Perpustakaan Dituntut Beradaptasi dan Bertransformasi Digital
›
Perpustakaan Dituntut...
Iklan
Perpustakaan Dituntut Beradaptasi dan Bertransformasi Digital
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di era digital, perpustakaan sebagai pusat informasi dan pengetahuan dituntut beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan teknologi digital, masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkan perpustakaan lebih optimal.
Hal ini disampaikan dalam seminar bertajuk ”Indonesia Heritage and Library Collections” di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Selasa (25/6/2019). Seminar ini diadakan sebagai salah satu acara dalam perayaan 50 tahun eksistensi Instituut voor Taal-. Land-, en Volkenkunde (KITLV) Universitas Leiden, Belanda, di Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut Rector Magnificus and President Leiden University, Belanda, Carel JJM; Director of Leiden University Libraries and Leiden University Press, Kurt De Belder; Head of Research KITLV, Henk Schulte Nordholt; dan Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Mego Pinandito.
Mego mengatakan, dengan adanya perkembangan teknologi, peran perpustakaan masa kini bukan sekadar merawat dan mempertahankan koleksi. Salah satu tantangan yang dihadapi perpustakaan adalah akses kepada masyarakat.
”Selain dituntut mampu menjaga dan mempertahankan koleksi, publik juga harus bisa mengakses dan memanfaatkan koleksi-koleksi bernilai sejarah,” katanya.
Perkembangan teknologi, peran perpustakaan masa kini bukan sekadar merawat dan mempertahankan koleksi. Salah satu tantangan yang dihadapi perpustakaan adalah akses kepada masyarakat.
Menurut Mego, LIPI telah menyediakan akses informasi bagi publik dengan mekanisme digitalisasi. Masyarakat dapat mengakses informasi yang dibutuhkan dan mengunduh arsip digitalnya.
Keterbukaan informasi bernilai sejarah bagi publik ia nilai penting. Sebab, pengetahuan yang dipreservasi dalam perpustakaan akan digunakan pada masa depan, baik sebagai basis perencanaan, analisis, pengembangan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.
Masa lalu Indonesia
Fotografer Kompas, Arbain Rambey, dalam tulisannya di rubrik Klinik Fotografi, Tips & Catatan berjudul ”Foto Masa Lalu Indonesia di KITLV”, menyatakan, dokumentasi foto yang sangat lengkap tentang Indonesia dari abad ke-19 sampai awal abad ke-20 ada di dokumentasi digital Universitas Leiden seksi KITLV.
Arbain menuliskan, melalui koleksi digital KITLV, kita akhirnya bisa melihat wajah asli pahlawan nasional Cut Nyak Dien yang berbeda dengan sketsa-sketsa di beberapa buku sejarah anak sekolah. Bahkan, dari laman itu kita mendapatkan wajah seorang wanita yang sering disebut sebagai wajah asli Cut Nyak Dien, padahal dia sesungguhnya adalah istri pahlawan asal Aceh lain, Panglima Polim.
Pemerintah Indonesia diharapkan membeli berbagai koleksi itu untuk dijadikan sebuah buku sejarah yang bisa diakses semua warga.
Pada akhir tulisannya itu, Arbain berharap Pemerintah Indonesia membeli berbagai koleksi itu untuk dijadikan sebuah buku sejarah yang bisa diakses semua warga. Dokumentasi visual itu adalah dokumentasi sangat berharga dan lebih memberikan data asli yang bisa memancing data selanjutnya (Kompas, 25 Juni 2019).