Kelompok Kerja Indonesia-Argentina Dapat Tingkatkan Kelancaran Bisnis Eksportir
›
Kelompok Kerja...
Iklan
Kelompok Kerja Indonesia-Argentina Dapat Tingkatkan Kelancaran Bisnis Eksportir
Indonesia menandatangani pembentukan kelompok kerja perdagangan dan investasi atau WGTI dengan Argentina. Harapannya, kelompok kerja ini dapat memfasilitasi hubungan bisnis eksportir Indonesia ke Argentina.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menandatangani pembentukan Kelompok Kerja Perdagangan dan Investasi atau WGTI dengan Argentina. Harapannya, kelompok kerja ini dapat memfasilitasi hubungan bisnis eksportir Indonesia ke Argentina.
Penandatanganan antara Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih dan Duta Besar Argentina untuk Indonesia Ricardo Luis Bocalandro itu berlangsung di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
”Kelompok kerja ini turut mempertemukan sektor swasta dari kedua negara dan dapat memfasilitasi hubungan para pelaku bisnis kedua negara,” kata Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini saat ditemui, Rabu.
Marthini mengemukakan, dalam kelompok kerja itu akan terjadi tukar-menukar informasi antarpelaku usaha dari Indonesia dan Argentina. Hal ini merupakan peluang bagi pelaku usaha Indonesia untuk menyampaikan isu-isu perdagangan, seperti hambatan-hambatan nontarif saat mengekspor ke Argentina, misalnya perizinan yang terlalu lama.
Dengan pertukaran informasi ini, Kementerian Perdagangan mengharapkan, Pemerintah Argentina menjadi sadar terhadap persoalan ekspor yang dialami pelaku usaha Indonesia.
”WGTI Indonesia-Argentina berpotensi sebagai wadah penyelesaian hambatan nontarif atau isu perdagangan lainnya,” katanya.
Marthini menambahkan, WGTI Indonesia-Argentina juga bertujuan sebagai sarana promosi perdagangan dan investasi antarkedua negara. Dengan begitu, pelaku usaha Indonesia penting untuk terlibat.
Selain itu, kelompok kerja Indonesia-Argentina ini turut menjadi wadah peningkatan ekspor kedua negara melalui identifikasi pasar dan kebutuhan konsumen.
”Kita pelajari, Argentina bukan penghasil garmen, pakaian, dan sepatu. Selain itu, industri otomotif Argentina belum kuat. Produk pertanian juga berbeda karena Indonesia adalah negara tropis dan Argentina adalah negara subtropis. Ini kita lihat peluang peningkatan ekspornya,” tutur Marthini.
Argentina bukan penghasil garmen, pakaian, dan sepatu. Selain itu, industri otomotif Argentina belum kuat. Produk pertanian juga berbeda karena Indonesia adalah negara tropis dan Argentina adalah negara subtropis. Ini kita lihat peluang peningkatan ekspornya.
Karyanto menyatakan, WGTI Indonesia-Argentina yang menjadi wadah komunikasi rutin berpotensi menghasilkan forum bisnis antarpelaku usaha di kedua negara. Melalui forum bisnis tersebut, potensi hubungan perdagangan kedua negara dapat lebih optimal. Apalagi, Argentina merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia di kawasan Amerika Selatan.
Kementerian Perdagangan mencatat, Indonesia mengalami defisit sebesar 1,68 miliar dollar AS dalam neraca perdagangan sepanjang 2018 dengan Argentina. Ekspor Indonesia ke Argentina sebesar 238,34 juta dollar AS. Ekspor Indonesia ke Argentina berupa karet alam, mesin piston pembakaran, suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor, serta alas kaki.
Nilai impor Indonesia dari Argentina mencapai 1,44 miliar dollar AS. Produk yang diimpor berupa bungkil kedelai, gandum, jagung, kapas, dan pipa baja.
Perjanjian perdagangan
Ricardo berpendapat, WGTI Indonesia-Argentina dapat mengatasi masalah-masalah relasi perdagangan yang berpotensi muncul di antara kedua negara. Kelompok kerja ini juga berpeluang meningkatkan aspek-aspek yang dibutuhkan untuk memperkuat perdagangan bilateral.
WGTI Indonesia-Argentina dapat menjadi salah satu jalan untuk membuat perjanjian perdagangan. ”Argentina tidak bisa membahas perjanjian perdagangan secara independen karena tergabung dalam Mercosur. Namun, Mercosur terbuka untuk membuka dialog dengan Indonesia,” kata Ricardo.
Mercosur atau El Mercado Común del Sur merupakan pasar bersama Amerika Selatan yang dirintis sejak 1985. Blok kerja sama perdagangan regional itu kini beranggotakan Argentina, Brasil, Uruguay, dan Paraguay. Sementara keanggotaan Venezuela di Mercosur sedang ditangguhkan, sedangkan Bolivia dalam proses aksesi.
Pada Mei lalu, Indonesia dan Argentina telah sepakat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara 3,4 miliar dollar AS atau dua kali lipat dari 2018. Target itu diharapkan tercapai pada 2021 atau dalam dua tahun ke depan.
Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita serta Menteri Produksi dan Tenaga Kerja Argentina Dante Sica di kantor Kementerian Produksi dan Tenaga Kerja di Buenos Aires, Argentina, pada 14 Mei 2019.
Marthini menambahkan, jika ingin membentuk perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA), Indonesia mesti berdialog dengan Mercosur. Namun, pemerintah tidak terlalu merisaukan hal itu.
”Perjanjian dagang dengan Chile dapat dimanfaatkan untuk menembus pasar di Amerika Selatan, termasuk negara-negara anggota Mercosur,” ucapnya.
Indonesia dan Chile akan mengimplementasikan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (IC-CEPA) setelah ratifikasi perjanjian itu selesai pada Agustus 2019. Pada 11 Juni 2019, Indonesia-Chile telah bertukar instrumen ratifikasi sebagai upaya bersama meningkatkan kemitraan kedua negara.