Mappi dan Merauke Jadi Pusat Konservasi Lahan Gambut
›
Mappi dan Merauke Jadi Pusat...
Iklan
Mappi dan Merauke Jadi Pusat Konservasi Lahan Gambut
Kabupaten Mappi dan Kabupaten Merauke menjadi pusat konservasi lahan gambut di Papua tahun ini. Kegiatan perlindungan lahan gambut dengan melibatkan masyarakat setempat dalam penanaman sagu dan padi.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kabupaten Mappi dan Kabupaten Merauke menjadi pusat konservasi lahan gambut di Papua tahun ini. Kegiatan perlindungan lahan gambut dengan melibatkan masyarakat setempat dalam penanaman sagu dan padi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Martha Mandosir di Jayapura, Rabu (26/6/2019), mengatakan, total anggaran yang disiapkan untuk program ini Rp 5,3 miliar. Anggaran bersumber dari Badan Restorasi Gambut (BRG). Luas lahan gambut di Papua mencapai 3,2 juta hektar. Sementara total luas lahan gambut yang harus direhabilitasi seluas 82.000 hektar.
Penanaman sagu di Mappi terlaksana untuk 15 kampung, dengan rincian 13 kampung dengan luas tanam sagu mencapai 5 hektar dan dua kampung lainnya masing-masing 4,5 hektar. Sementara di Merauke, sagu ditanam di satu kampung seluas 10 hektar dan padi di dua kampung seluas 50 hektar.
”Saat ini, kegiatan penanaman sagu dan padi di dua kabupaten tersebut tengah berjalan. Kegiatan ini akan selesai pada Desember mendatang,” ujar Martha.
Martha mengatakan, penggunaan sagu dan padi karena cocok dengan kondisi alam setempat dan menjaga ketahanan pangan masyarakat di dua daerah tersebut. Dengan program penanaman sagu, lanjutnya, pemerintah bisa mengalihkan pola pikir masyarakat setempat yang sering membakar lahan gambut untuk membuka ladang.
”Kami ingin program konservasi tak hanya melindungi lahan gambut, tetapi juga memberi kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Sekretaris Tim Restorasi Gambut Provinsi Papua ini.
Ia mengatakan, program revitalisasi lahan gambut di dua kabupaten ini sama sekali tidak mengalami hambatan. Itu karena sudah dilakukan pendekatan dan sosialisasi terhadap masyarakat setempat.
Sebelumnya, program revitalisasi lahan gambut di Papua sudah terlaksana untuk tujuh kabupaten di Mappi pada 2018. Total luas tanam sagu di tujuh kampung ini 34,8 hektar. ”Kami berharap upaya restorasi lahan gambut di Papua berjalan lancar. Menurut rencana, pihaknya akan melaksanakan revitalisasi lahan gambut di Asmat pada tahun depan,” ucapnya.
Direktur WWF Indonesia Program Papua Benja Mambay mengatakan, penggunaan sagu lebih cocok dengan kondisi masyarakat ketimbang padi. ”Komoditas sagu lebih efektif dalam program perlindungan lahan gambut dan ketahanan pangan lokal. Sebab, penanaman sagu tidak memakan waktu untuk pemupukkan dan perawatan intensif,” tutur Benja.
Ia menambahkan, WWF juga memprioritaskan program perlindungan lahan gambut di Papua selama lima tahun ke depan. ”Salah satu kegiatan perlindungan sagu ialah regulasi tata ruang yang jelas untuk melindungi lahan gambut dari aktivitas perusahaan-perusahaan,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam Manderi mengapresiasi upaya revitalisasi lahan gambut di Mappi dan Merauke yang masuk kawasan wilayah selatan Papua. ”Biasanya wilayah itu rawan kebakaran. Mudah-mudahan dengan program ini tak ada lagi kasus kebakaran lahan di kawasan tersebut,” ujarnya.