JAKARTA, KOMPAS – Menjelang Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Bogor, 1-7 Agustus, para atlet muda pelatnas PB PASI mulai waspada terhadap terhadap atlet-atlet potensial daerah. Mereka pun berupaya menjaga peluangnya bertahan di pemusatan latihan nasional.
Adapun Kejurnas Atletik 2019 menjadi ajang promosi-degradasi atlet. Atlet pelatnas yang kalah dari atlet-atlet daerah kemungkinan besar akan terdegradasi dan digantikan atlet-atlet daerah tersebut. Para atlet remaja sangat mewaspadai sistem tersebut. Mereka sangat ingin bertahan di pelatnas guna menjaga asanya menjadi atlet elite nasional.
Pelari 100 meter putri remaja Erna Nuryanti (17) mengatakan, nomor lari 100 meter adalah nomor yang popular. Banyak daerah yang memiliki atlet di nomor tersebut. Untuk itu, atlet asal Cirebon, Jawa Barat itu tidak bisa santai dalam menghadapi Kejurnas Atletik 2019.
”Di nomor ini, banyak pelari bagus dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Kalau saya tidak waspada, saya bisa kalah dari mereka,” ujar di Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Untuk itu, sebulan terakhir, Erna mempersiapkan diri dengan menambah porsi latihan core atau pembentukan otot. Dalam dunia atletik, ada istilah core training for faster running. Maksudnya, core adalah salah satu latihan inti yang sangat mendukung peningkatan kecepatan.
Hal itu dilakukannya untuk mengantisipasi potensi atlet-atlet daerah. Padahal, di atas kertas, Erna adalah pelari 100 meter putri remaja terbaik saat ini. Ia memiliki catatan waktu terbaik 12,08 detik kala meraih emas 100 meter putri di Kejuaraan Asia Tenggara Atletik 2019 di Filipina, 2-3 Maret.
”Tapi, saya tidak pernah tahu bagaimana atlet daerah berlatih. Bisa jadi, mereka sudah berkembang. Kalau saya tidak mempersiapkan diri dengan matang, saya bisa kalah,” katanya.
Sebelum tampil di Kejurnas Atletik 2019, Erna akan berpartisipasi di ASEAN School Games 2019 di Semarang, Jawa Tengah, 17-25 Juli. ”Kejuaraan itu menjadi pemanasan saya sebelum tampil di Kejurnas Atletik,” tutur Erna.
Tidak anggap remeh
Dari nomor lari gawang, pelari gawang putri remaja Liza Putri Ramandha (17) juga tidak mau meremehkan atlet-atlet daerah. Memang tidak semua daerah punya fasilitas lari gawang yang artinya tidak semua daerah punya pelari gawang.
Namun, Liza tidak mau menganggap remeh. Sebab, dia yakin tetap ada pelari gawang potensial di daerah. Paling tidak, ia mewaspadai pelari gawang asal Lampung, yakni Ajeng Anggraini dan Nabela Ariantika.
Setahu Liza, terakhir berjumpa, Ajeng punya catatan waktu terbaik sekitar 15,00 detik dan Nabela punya catatan waktu terbaik sekitar 14,8 detik. Sementara itu, catatan waktu terbaik Liza adalah 14,34 detik ketika meraih emas lari gawang putri di Kejurnas Atletik Antar PPLP 2018 di Gorontalo.
”Tapi, saya harus tetap waspada. Bisa saja Ajeng dan Nabela sudah berkembang. Belum lagi daerah lain, seperti Sumatera Barat, Jawa Timur, dan NTB, kabarnya mereka juga punya pelari gawang remaja,” ujarnya.
Pelati kepala sprint PB PASI Eni Nuraini menyampaikan, sistem promosi-degradasi itu harusnya jadi motivasi lebih para atlet pelatnas agar menjadi lebih baik dan tidak kalah dari atlet-atlet daerah. Pengurus PB PASI tidak akan segan-segan memulangkan atlet pelatnas ke daerah kalau mereka kalah dari atlet-atlet daerah pada Kejurnas Atletik 2019.
”Tak hanya berlaku untuk atlet remaja, sistem promosi-degradasi ini juga berlaku untuk atlet yunior dan senior. Semua atlet pelatnas diwajibkan ikut Kejurnas Atletik sebagai bahan evaluasi mereka,” tegas Eni.