Tingkatkan Layanan Rumah Sakit Seiring Pengoperasian Bandara Baru
›
Tingkatkan Layanan Rumah Sakit...
Iklan
Tingkatkan Layanan Rumah Sakit Seiring Pengoperasian Bandara Baru
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meminta rumah sakit di DIY meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas. Dua hal itu sangat penting menyambut pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta yang diprediksi bakal meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke DIY.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meminta rumah sakit di DIY meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas. Dua hal itu sangat penting menyambut pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta yang diprediksi bakal meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke DIY.
”Harapan saya, paramedis dan dokter-dokter punya koordinasi yang baik dalam peningkatan pelayanan,” kata Sultan HB X dalam acara peresmian Gedung Borromeus Rumah Sakit (RS) Panti Rapih, Yogyakarta, Sabtu (29/6/2019).
Dalam kesempatan itu, Sultan datang bersama sang istri yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah, Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Selain itu, hadir pula Uskup Agung Semarang Monsinyur (Mgr) Robertus Rubiyatmoko, Ketua Umum Yayasan Panti Rapih Tarsisius Hani Handoko, serta Direktur Utama RS Panti Rapih Teddy Janong.
Sultan HB X menyatakan, standar pelayanan rumah sakit di Indonesia terus meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit-rumah sakit di DIY mesti meningkatkan pelayanan agar mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan. ”Standar pelayanan itu, kan, makin meningkat,” ujarnya.
Sultan menambahkan, dengan pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta yang telah dimulai beberapa bulan lalu, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke DIY akan meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit di DIY juga mesti meningkatkan fasilitas dan standar pelayanan agar mampu melayani lebih optimal.
”Dengan selesainya bandar udara baru, akan banyak orang asing datang ke Yogyakarta. Oleh karena itu, saya berharap fasilitas rumah sakit itu memadai,” ucap Sultan yang juga Raja Keraton Yogyakarta.
Ia menuturkan, dari sisi teknologi dan fasilitas, sejumlah rumah sakit di Indonesia sebenarnya tidak kalah dari rumah sakit di luar negeri. Selain itu, keahlian dan kemampuan para dokter spesialis di Indonesia juga telah diakui.
”Rumah sakit kita sudah memiliki peralatan paling mutakhir seperti di negara maju. Demikian juga, secara individual, keahlian dokter spesialis tidak perlu diragukan kualitasnya,” ujar Sultan.
Dengan selesainya bandar udara baru, akan banyak orang asing datang ke Yogyakarta. Oleh karena itu, saya berharap fasilitas rumah sakit itu memadai.
Kerja tim
Namun, Sultan mengingatkan, rumah sakit di Indonesia mesti meningkatkan kerja tim antara dokter, paramedis, dan tenaga penunjang untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien.
”Yang perlu dibenahi adalah kerja tim dalam semua komunitas dokter, paramedis, dan penunjang medis. Kurangnya komunikasi itulah penyebab pasien Indonesia cenderung lebih percaya pada rumah sakit di Malaysia atau Singapura,” katanya.
Secara khusus, Sultan juga meminta peningkatan dalam layanan gawat darurat dan penanganan korban bencana alam. Apalagi, menurut dia, kedokteran kedaruratan (emergency medicine) telah berkembang menjadi disiplin ilmu khusus. ”Namun, di Indonesia, pendidikan ilmu kedokteran emergency masih dilakukan dengan disiplin ilmu klinis secara parsial,” lanjutnya.
Sultan menuturkan, ketepatan dan kecepatan perawatan pada jam-jam pertama sangat menentukan keberhasilan penyembuhan pasien. Oleh karena itu, kualitas layanan kedaruratan di Indonesia sangat penting untuk ditingkatkan. ”Penanggulangan satu jam pertama yang optimal dapat menyelamatkan 85 persen pasien dari kematian,” ujarnya.
Teddy Janong mengatakan, RS Panti Rapih terus berupaya meningkatkan pelayanan, antara lain dengan mengintegrasikan sejumlah layanan dokter spesialis. Integrasi itu penting agar para dokter spesialis dari bidang berbeda bisa bekerja sama sebagai tim sehingga perawatan pasien lebih komprehensif.
”Kami perlu mengubah style (model) pelayanan sehingga lebih terintegrasi. Dengan begitu, para dokter spesialis dapat bekerja sebagai tim,” ujar Teddy.
Terkait layanan kedaruratan atau emergency, Teddy mengakui, RS Panti Rapih memang belum memiliki dokter spesialis emergency. Namun, dalam penanganan emergency, RS Panti Rapih selalu menyertakan dokter spesialis anestesi atau pembiusan. ”Selain itu, para dokter dan perawat kami sudah terlatih dalam penanganan emergency yang lebih baik dan akurat,” katanya.
Gedung baru
Sementara itu, Tarsisius Hani Handoko menjelaskan, Gedung Borromeus merupakan gedung baru di RS Panti Rapih yang akan difungsikan untuk pelayanan rawat jalan terpadu. Gedung seluas 30.895 meter persegi itu terdiri dari 6 lantai dan 3 lantai basemen.
Menurut Hani, pembangunan gedung baru dilakukan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pasien di RS Panti Rapih yang jumlahnya terus meningkat. Pada 2008, jumlah kunjungan pasien di rumah sakit itu 694 orang per hari. Namun, pada 2018, jumlahnya meningkat menjadi 900 orang per hari.
Selain menjadi sarana pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit itu juga menjadi perwujudan konkret kasih Tuhan terhadap manusia.
”Pembangunan Gedung Borromeus juga dilatarbelakangi upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan perbaikan pelayanan secara lebih profesional yang disebabkan peningkatan pasien rawat jalan dari tahun ke tahun,” ujar Hani.
Adapun Mgr Robertus Rubiyatmoko menyebutkan, RS Panti Rapih yang didirikan sejak 90 tahun lalu memiliki beberapa peran sekaligus. Selain menjadi sarana pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit itu juga menjadi perwujudan konkret kasih Tuhan terhadap manusia.
”Semoga dengan adanya fasilitas rawat jalan terpadu, pelayanan terhadap pasien dan keluarganya serta masyarakat menjadi semakin baik dan profesional,” katanya.