Isu kebudayaan yang paling sentral adalah menjaga kebinekaan dan mengeksplorasi sumber-sumber kebudayaan lokal. Selain itu, Indonesia juga tetap harus dipertahankan sebagai negara superpower kebudayaan.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semangat memajukan kebudayaan Indonesia kini membutuhkan langkah nyata dari berbagai pemangku kepentingan. Bukan hanya oleh pegiat kebudayaan, langkah tersebut butuh konsolidasi dari pemerintah dan kalangan masyarakat sipil.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi mengatakan, arah besar strategi kebudayaan kini harus diwujudkan melalui kerja nyata, bukan hanya sebatas tukar pikiran. Jangkauan kerja kemajuan kebudayaan juga perlu diperluas dengan melibatkan unsur masyarakat sipil dan lintas instansi pemerintah.
”Sekarang yang kita butuhkan adalah semangat membangun jiwa gotong royong dan banting tulang bersama,” ujar Mendikbud saat membuka Forum Gelora Kebangsaan di Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Muhadjir menambahkan, saat ini isu kebudayaan yang paling sentral adalah menjaga kebinekaan dan mengeksplorasi sumber-sumber kebudayaan lokal. Selain itu, Indonesia juga tetap harus dipertahankan sebagai negara superpower kebudayaan.
”UNESCO sudah menyatakan kebanggaannya terhadap Indonesia berkat keanekaragaman budayanya,” katanya.
Saat ini, menurut Muhadjir, Rencana Induk Kemajuan Kebudayaan sedang disusun Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Di dalamnya akan berisi penjabaran rinci dan pembagian kerja lintas 60 kementerian, lembaga, dan badan usaha milik negara (BUMN) yang berkaitan dengan kebudayaan.
”Dokumen tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan konkret bagi setiap instansi pemerintah yang hendak menjalankan tugasnya memajukan bangsa,” lanjutnya.
sejauh ini Indonesia telah menghasilkan produk-produk kebudayaan dari hasil akulturasi dalam sektor kuliner, kriya, musik, atau film dari proses akulturasi budaya.
Muhadjir mengatakan, beberapa lembaga yang terlibat antara lain Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). ”Di satu sisi kebudayaan harus dikembangkan, di sisi lain pemanfaatannya juga penting untuk perkembangan ekonomi. Bekraf berfungsi memberikan nilai tambah produk-produk kebudayaan tersebut,” ujarnya.
Kepala Bekraf Triawan Munaf menjelaskan, sejauh ini Indonesia telah menghasilkan produk-produk kebudayaan dari hasil akulturasi dalam sektor kuliner, kriya, musik, atau film dari proses akulturasi budaya. Hasil akulturasi tersebut kini bisa dinikmati pelaku kreatif.
”Contohnya, mitos hantu Indonesia seperti pocong dan tuyul kini sudah mendunia lewat gim Ghost Parade. Gim yang berisi tentang pertemanan hantu dan manusia untuk melawan perusak hutan itu laku keras,” ucapnya.
Triawan menyebutkan, cara pandang yang toleran menjadikan budaya Indonesia berpotensi menjadi alat diplomasi, negosiasi, dan aset yang produktif. Hal tersebut penting untuk membentuk budaya kontemporer Indonesia di masa depan.
Selesai Juli
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid menyampaikan, Rencana Induk Kemajuan Kebudayaan diperkirakan akan disahkan Juli ini. Penetapannya akan disertai dengan keputusan presiden.
”Rencana induk juga sudah dimasukkan dalam draf RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah),” katanya.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga telah menganggarkan dana abadi kebudayaan sebesar Rp 5 triliun. Menurut Hilmar, hal tersebut akan direalisasikan pada 2020. Dana tersebut akan dikelola badan independen di bawah pengawasan Kemdikbud.
”Tahun ini sudah dianggarkan dan realisasinya pada 2020, ya. Jumlahnya masih kami diskusikan dengan Kementerian Keuangan, tapi Presiden sudah menyebut angka Rp 5 triliun,” ujarnya.