Rizky Said (11), seorang kroser muda tengah asyik menyaksikan penampilan para kroser senior di lintasan tanah merah tempat dihelatnya Kejuaraan Dunia MXGP di Sirkuit OPI Mall, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (6/7/2019). Aksi memukau dari para seniornya membuat pandangannya tak berpaling dari lintasan.
Rizky ditemani rekannya sesama kroser muda, juga dengan pelatihnya, memperhatikan gerakan para kroser yang sedang bertanding. Sesekali mereka berteriak melihat keseruan pertandingan. Dengan menggunakan seragam balapan, pandangan Rizky tetap terpaku pada lintasan, seakan sudah tidak sabar untuk menjajal lintasan tersebut. Menurutnya, trek ini cukup menantang terutama bagi pembalap muda seperti dirinya.
Rizky merupakan kroser muda yang datang dari Kota Pekanbaru, Riau. Dia datang ke Sumsel untuk menjajal trek internasional ini. Hasil latihan yang ia lakukan selama ini akan dia terapkan dalam balapan. Bagi Rizky, balapan merupakan hobi sehingga dimanapun ada kejuaraan akan terus ia kejar. “Hampir setiap minggu ada kejuaraan, tidak terhitung lagi,” ungkap Rizky yang sudah mulai membalap sejak usia lima tahun.
Bakat membalapnya dia dapatkan dari sang ayah Said Nurzan yang juga seorang kroser. “Setiap hari saya melihat ayah membalap, dari sana saya mulai tertarik dengan motokros,” katanya. Ketika mengendarai motor kros memberinya kesenangan tersendiri. Sejumlah kecelakaan yang dialami tidak menurunkan minat untuk membalap.
Sekitar tiga bulan lalu, Rizky mengalami patah tulang di lengan kanan. Itu adalah keempat kalinya, kroser muda ini mengalami patah tulang. Cedera itu merupakan hasil dari sejumlah balapan yang ia lalui. “Saya sering mengalami tabrakan, jatuh dari motor atau bahkan terjepit di lintasan,” katanya.
Namun, kecelakaan itu tidak membuatnya trauma, bahkan Rizky tetap bertekad untuk tetap menggeber motornya di lintasan. “Memang pertama-tama merasa nyeri, namun nyeri itu akan hilang ,” katanya Rizky, siswa kelas V sekolah dasar tersebut.
Said Nurzam selalu memberikan dorongan bagi anak keduanya itu untuk mengikuti kejuaraan. “Bagi Rizky, membalap bukan lagi hobi karena dia sudah ketagihan untuk membalap,” katanya.
Melihat keinginan yang tinggi dari anaknya, Said yang mulai membalap sejak 1992 ini mendukung keinginan Rizky untuk terus membalap. Bahkan, hingga saat ini, dirinya telah mengeluarkan uang hingga Rp 2 miliar sebagai biaya untuk dapat mengikuti sejumlah kejuaraan.
Namun, biaya yang dikeluarkan sebanding dengan prestasi. Beberapa kali Rizky menjadi merengkuh juara pada kejuaraan daerah untuk kelas 65 CC dan 85 CC. Bahkan Rizky dan pernah mendapat podium empat pada Kejurnas tahun 2017 lalu. Alhasil, dua pabrikan motor telah bersedia menjadi sponsor. "Hingga saat ini, sudah ada 11 motor yang Rizky tunggangi,” katanya.
Geliat motokros di Riau cukup tinggi. Terhitung ada 30 komunitas motokros di sana. Hal ini berdampak pada sering munculnya kompetisi. “Di Riau juga sering ada kejuaraan yang tentu akan mengasah kemampuan kroser muda,” kata Said yang juga seorang promotor motokros di Riau.
Ketat
Hal serupa juga dilakukan oleh pembalap muda dari Tim Klub Motokros Bintang 3 VMX, Panji Topan (13). Kroser kelas 85 CC itu tengah beristirahat di paddock yang terletak di belakang sirkuit. Bertanding di lapangan berskala internasional adalah baru pertama kali dia alami.
“Saya baru pertama kali mencoba trek untuk pertandingan dunia. Untuk itu, tidak akan saya lewatkan,” katanya. Dalam kualifikasi kelas 85 CC, dia berada di peringkat tiga hanya terpaut dua detik dengan peringkat pertama dan kedua. “Balapan kali ini memang sangat ketat,” katanya.
Dia memasang semua peralatan yang diperlukan untuk balapan seperti pelindung lutut, sabuk, dan pakaian untuk balapan. Di bagian akhir dia melihat kondisi motor yang akan ditungganginya. Bertanding di trek internasional memang yang paling dia nantikan. Untuk itu, dia rela jauh-jauh dari Bekasi untuk bertanding di Palembang.
Selama ini, Panji hanya mengikuti sejumlah kejuaraan tingkat daerah dan nasional dan tidak pernah menjajal kejuaraan internasional.” Mumpung ada kejuaraan dunia di Indonesia, kesempatan ini tidak akan saya lewatkan,” ungkap Panji.
Menurutnya, trek yang disiapkan untuk kejuaraan dunia MXGP cukup menantang. Sejumlah gundukan menjadi tantangan tersendiri apalagi, saat melakukan kualifikasi lintasan cukup licin setelah sebelumnya diguyur hujan.
Bagi Panji, mengikuti sejumlah kejuaraan termasuk menjajal beragam treck akan memberikannya pengalaman terutama modal untuk naik kelas. “Dua tahun lagi, saya akan masuk ke kelas 125 CC,” kata Panji. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini bercita-cita ingin menjadi pembalap internasional.
Antusias
Manager Tim Motokros Bintang 3 VMX, Iwan Tohawan mengatakan antusiasme generasi muda untuk menjadi kroser cukup tinggi. Di timnya saja, dalam satu tahun jumlah pembalap baru bisa mencapai 5-8 pembalap baru.
Menurutnya, dengan menjadi kroser maka minat anak muda dapat tersalurkan. “Daripada mengikuti balapan liar atau nongkrong tidak jelas, menjadi kroser juga bisa menjadi pilihan,” kata Iwan.
Menurutnya, kejuaraan motokros di Indonesia juga sudah cukup memadai. Mulai dari kejuaraan tingkat daerah maupun nasional. Apalagi, kejuaraan dunia sudah beberapa kali dilaksanakan di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat menumbukan minat para kroser muda Indonesia.
Pada Kejuaraan Dunia MXGP Seri ke 11 di Palembang, Sumatera Selatan, ada 46 pembalap dari 18 negara. Ratusan penonton pun tampak antusias melihat pergerakan lincah dari para pembalap tersebut. Sebelumnya, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menerangkan, kejuaraan dunia ini diharapkan menjadi tonggak terciptanya kroser baru terutama dari wilayah Sumatera Selatan.