BMKG melalui laman resminya memprakirakan, puncak musim kemarau di wilayah DKI Jakarta akan terjadi pada September 2019. Berkaitan dengan itu, masyarakat dan pemerintah di Ibu Kota harus waspada terhadap potensi kekeringan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melalui laman resminya memprakirakan, puncak musim kemarau di wilayah DKI Jakarta akan terjadi pada September 2019. Berkaitan dengan itu, masyarakat dan pemerintah di Ibu Kota harus waspada terhadap potensi kekeringan.
Kemarau di Jakarta berlangsung sejak Mei dan puncaknya September. Berdasarkan pemantauan hari tanpa hujan (HTH), Rawa Badak dan Rorotan di Jakarta Utara berstatus siaga kekeringan karena HTH sangat panjang, yaitu 30-61 hari. Wilayah lainnya masuk kriteria HTH panjang, yaitu 21-30 hari.
BMKG setiap hari memantau HTH di seluruh wilayah DKI Jakarta dengan 6.607 alat penakar hujan yang tersebar di setiap kecamatan.
”Jika ada wilayah yang melaporkan kesulitan air, pemerintah daerah perlu waspada dan mengantisipasi kekeringan karena puncak kemarau masih dua bulan lagi,” ucap Kepala Staf Sub-Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat Adi Ripaldi di Jakarta, Senin (8/7/2019).
BMKG memberikan peringatan dini dan melaporkan informasi cuaca kepada instansi terkait. Sementara masyarakat diimbau bijak dan hemat dalam menggunakan air. Hal ini berlaku pula untuk irigasi, tanaman, dan kebutuhan air lainnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta menyiagakan mobil tangki untuk memasok air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau. Mobil tangki itu berkapasitas 2.500 liter, 4.000 liter, dan 10.000 liter.
”Sejauh ini belum ada laporan kekurangan air. Kami pantau perkembangan di wilayah dan siap memasok air apabila dibutuhkan,” ucap Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo.
BPBD juga berkoordinasi dengan PAM Jaya untuk mengantisipasi kekurangan air bersih.
Berbahaya
Jumlah kasus kebakaran di Jakarta meningkat selama musim kemarau ini. Sepanjang Juli terjadi 34 kebakaran. Sejak Januari terjadi 857 kebakaran.
Berdasarkan data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, pada Maret terjadi 133 kebakaran, April sebanyak 122 kebakaran, Mei 137 kebakaran, dan Juni sebanyak 159 kebakaran.
Kebakaran paling banyak terjadi di Jakarta Selatan sebanyak 226 kasus, Jakarta Timur 217 kasus, Jakarta Barat 154 kasus, Jakarta Utara 135 kasus, dan Jakarta Pusat 125 kasus.
”Api lebih cepat menyebar saat kebakaran di musim kemarau karena udara kering,” kata Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Saepuloh.
Selain itu, petugas juga akan menghadapi berkurangnya sumber air. Oleh karena itu, warga harus semakin waspada dan berhati-hati agar tidak terjadi kebakaran. Misalnya, dengan penggunaan instalasi dan peralatan listrik yang aman atau sesuai standar.