JAKARTA, KOMPAS – Indonesia meraih dua medali perunggu di Kejuaraan Asia Catur Yunior 2019 di Solo, Jawa Tengah, 1-9 Juli. Dua medali itu diraih oleh FM Catur Adi Sagita (2.240) di catur standar putra, dan WFM Sharfina Juwita Ardelia (1.803) di catur kilat putri. Dari perolehan medali, prestasi Indonesia ini tidak lebih baik dibanding ketika IM Novendra Priasmoro (2.474) menjadi juara catur standar kejuaraan tersebut tahun lalu di Ulanbator, Mongolia.
Namun, untuk jangka panjang, Indonesia mendapatkan banyak manfaat dari kejuaraan itu. Paling tidak, dua pecatur belia Indonesia meraih banyak pengalaman dan tambahan rating poin dari kejuaraan tersebut, terutama bagi pecatur putra berusia 13 tahun CM Aditya Bagus Arfan (2.202) dan pecatur putri berusia 11 tahun WFM Samantha Edithso (1.786).
Dari sembilan babak yang dilalui, Catur mengumpulkan enam poin dari lima kemenangan, dua hasil imbang, dan dua kekalahan. Dengan hasil itu, pecatur berusia 18 tahun tersebut berada di peringkat ketiga atau di bawah pecatur Vietnam IM Nguyen Anh Khoi (2.516) yang meraih emas dengan poin delapan, dan pecatur India IM Kaumandur Srihari Raghunandan (2.441) yang meraih perak dengan poin tujuh.
”Catur sebenarnya sudah mendapatkan hasil yang bagus ketika berada di peringkat kedua sampai selesai babak keenam, Jumat (5/7/2019). Tapi, dua babak selanjutnya, dia main takut-takut karena melihat lawannya lebih kuat. Akhirnya, dia tidak dapat hasil maksimal. Dia baru menang lagi di pertandingan terakhir sehingga bisa berada di peringkat ketiga,” ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem dihubungi dari Jakarta, Senin (8/7/2019).
Raihan prestasi Catur dan Juwita jadi yang terbaik dari 19 pecatur putra dan 19 pecatur putri, atau seluruh pecatur Indonesia yang berpartisipasi di kejuaraan itu. Di sektor putri, capaian tertinggi di bawah Juwita adalah WIM Dita Karenza (2.046) yang berada di peringkat ketujuh catur standar dengan enam poin. Emas sektor putri catur standar direbut oleh pecatur Kazakhstan WFM Assel Serikbay (2.071) dengan poin tujuh, perak diraih oleh pecatur India WIM Agrawal Vantika (2.243) dengan poin tujuh, dan perunggu diraih oleh pecatur India WIM Hagawane Aakanksha (2.246) dengan poin enam setengah.
”Pecatur putri Indonesia performanya masih naik-turun. Itu karena mental dan jam terbang mereka yang masih minim. Di sisi lain, wawasan mereka masih perlu ditambah. Lagi pula, pecatur-pecatur Kazakhstan dan India memang berkualitas. Khususnya India, mereka melakukan pembinaan intensif dan berkembang sangat pesat dua puluh tahun terakhir,” kata Kristianus.
Pada hari terakhir perlombaan, Senin (8/7), Juwita meraih perunggu catur kilat setelah duduk di peringkat ketiga dengan raihan lima setengah poin hasil dari lima kali menang, sekali remis, dan sekali kalah. Ia hanya kalah setengah poin dari pecatur Kazakhstan WFM Nazerke Nurgali yang meraih emas dan pecatur India WIM Hagawane Aakanksha yang meraih perak.
Adapun catur kilat berlangsung tiga menit plus dua detik per babak. Total, ada tujuh babak catur kilat yang dilalukan seusai gelaran catur standar.
Di sektor putra catur kilat, raihan terbaik Indonesia dibuat oleh IM Novendra Priasmoro yang berada di peringkat kedelapan dengan empat setengah poin. Ia tertinggal dua setengah poin dari pecatur Filipina IM Daniel Quizon yang meraih emas, tertinggal satu poin dari pecatur Iran Orimi Mahdi Gholami yang meraih perak, dan tertinggal setengah poin dari pecatur India FM Belurkar Nitish yang meraih perunggu.
Secara keseluruhan, Indonesia meraih satu perak dan dua perunggu dari kejuaraan kali ini. Sebelum meraih dua perunggu tersebut, IM Novendra Priasmoro meraih perak di catur cepat putra pada pembukaan kejuaraan, 1 Juli lalu.
"Kalau dilihat dari jumlah medali, kali ini Indonesia mendapatkan medali lebih banyak dibanding kejuaraan sebelumnya. Pada tahun lalu di Ulanbator, kita cuma dapat satu emas dari catur standar dan satu perunggu dari catur cepat lewat Novendra," ujar Kristianus.
Sesuai ekspektasi
Anggota Dewan Pembina PB Percasi Eka Putra Wirya mengatakan, raihan prestasi para pecatur muda Indonesia di kejuaraan kali ini sudah sesuai ekspektasi. Memang Indonesia kali ini tidak bisa kembali meraih emas sebagaimana yang diperoleh Novendra tahun lalu. Akan tetapi, untuk jangka panjang, Indonesia meraih modal sangat besar.
Setidaknya, dua pecatur belia Indonesia mampu bersaing dengan para pecatur yang rata-rata berusia 18-20 tahun tersebut. Di sektor putra, ada pecatur belia Aditya yang berhasil duduk di peringkat kesembilan dari total 34 pecatur dengan raihan lima setengah poin. Dengan hasil tersebut, Aditya mendapatkan tambahan 25,6 poin rating.
Di sektor putri, ada pecatur belia Samantha yang duduk di peringkat ke-23 dari total 37 pecatur dengan raihan empat poin. Juara dunia catur cepat kategori kadet itu pun berhasil mendapatkan tambahan 21,2 poin rating.
Menurut Eka, hasil itu sudah luar biasa untuk pecatur yang masih sangat belia dalam menghadapi pecatur-pecatur yang jauh lebih tua dari mereka. Raihan tersebut diharapkan menjadi bekal pengalaman dan jam terbang berharga untuk kedua pecatur cilik tersebut.
”Sekarang, kami berusaha untuk membina mereka dengan baik secara berkelanjutan. Sebab, mencetak pecatur hebat itu butuh waktu yang tidak singkat. Itu semua harus dilakukan melalui proses panjang,” pungkas Eka.