Observatorium Bosscha Peringati 50 Tahun Pendaratan Pertama di Bulan
›
Observatorium Bosscha...
Iklan
Observatorium Bosscha Peringati 50 Tahun Pendaratan Pertama di Bulan
Observatorium Bosscha di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat turut memperingati 50 tahun pendaratan pertama manusia di Bulan dengan menggelar “open house” bagi masyarakat umum untuk bersama-sama mengamati bulan, Sabtu (13/7/2019).
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
Pengunjung mencoba melihat bulan dengan menggunakan teleskop dalam acara open house peringatan 50 tahun pendaratan pertama manusia di bulan di Observatorium Bosscha, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (13/7/2019).NGAMPRAH, KOMPAS—Observatorium Bosscha di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat turut memperingati 50 tahun pendaratan pertama manusia di Bulan dengan menggelar “open house” bagi masyarakat umum untuk bersama-sama mengamati bulan, Sabtu (13/7/2019).
Open house yang digelar selama dua hari, dari 12-13 Juli itu juga dilakukan serentak di berbagai negara. Tema ini diusung pula oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU), yang memperingati ulang tahunnya yang ke-100 tahun ini. Perayaan ini menandai 50 tahun pendaratan pertama manusia di Bulan, yakni Neil A Amstrong, Michael Collins, dan Edwin E Aldrin Jr di bulan, pada Juli 1969.
“Filosofi dari pendaratan pertama manusia di bulan ini, bahwa dengan kerja keras, komitmen, dan kesunggguhan, angan-angan dapat menjadi kenyataan. Setinggi-tingginya sains dan teknologi juga menghargai harkat dan martabat manusia, sehingga mereka bisa kembali dengan selamat di bumi,” kata kata Direktur Observatorium Bosscha, Premana W Premadi di Lembang, Bandung Barat, Sabtu.
Filosofi dari pendaratan pertama manusia di bulan ini, bahwa dengan kerja keras, komitmen, dan kesunggguhan, angan-angan dapat menjadi kenyataan.
Dalam open house dua hari ini, ditargetkan masyarakat dapat hadir maksimal 200 orang seharinya. Hal ini mengingat kapasitas yang terbatas, dan masyarakat yang ingin ikut harus mendaftar terlebih dulu. Masyarakat yang datang umumnya dari kawasan Bandung Raya.
Pengamatan Bulan ini dilakukan dari pukul 17.00 - 21.00 WIB, dengan memakai empat teleskop. Namun sering kali karena cuaca tidak mendukung, seperti adanya awan, bulan menjadi tak tertutup atau terhalang, sehingga pengunjung mesti bersabar awan itu melintas baru Bulan dapat diamati dengan jelas.
Premana menambahkan, pengamatan Bulan ini penting dalam mengingatkan, bahwa Bulan sebagai obyek langit wajib dikenal. Bulan juga merupakan sahabat setia manusia, akan tetapi pengetahuan manusia tentang Bulan masih terbatas.
“Kegiatan semacam ini penting pula untuk memperkaya pengetahuan anak-anak tentang bulan lebih dari apa yang telah mereka peroleh di sekolah. Diharapkan pula menjadi inspirasi bagi generasi muda supaya tertarik dengan sains,” ujarnya.
Premana juga menyinggung, sejak peradaban manusia ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu sudah memiliki kearifan lokal terkait obyek langit, di antaranya bintang dan Bulan lewat proses pengamatan dalam kurun waktu yang panjang. Sebagai contoh untuk penanda, adanya kumpulan bintang tertentu dinilai akan masuk musim hujam atau masa tanam.
“Peran sains untuk mengoreksi jika dari kearifan lokal itu terdapat pergeseran, tak hanya menjelaskan korelasinya, melainkan mengapa ada korelasi, dan sains juga dapat memprediksi. Dengan kemampuan ini, manusia dapat terhindar dari bencana, memanfaatkan lingkungan, sehingga kualitas kehidupan menjadi lebih baik,” ucap Premana.
Humas Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty menjelaskan, dalam rangkaian open house itu digelar sejumlah kegiatan, di antaranya kunjungan ke rumah teleskop besar Zeiss, acara mendongeng tentang bulan, juga sejumlah permainan bagi anak-anak di antaranya mewarnai permukaan bulan.
“Dalam pengamatan bulan ini disediakan empat teleskop untuk melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Ini juga dimaksudkan bagi kalangan anak-anak akan menarik, di antaranya mereka dapat melihat secara utuh atau melihat seluruh permukaan bulan, atua pun sebagian kecil bulan dengan obyek lebih jelas, seperti kawaj,” ucap Yatny.
Menurut Yatny, dibatasi pengunjung maksimal 200 orang per hari itu juga dimaksudkan selain memberi kenyamanan, bagi pengunjung diharapkan dapat fokus dalam mengamati bulan, sehingga mendapat manfaat yang optimal.
Retno Dwi Astuti (44), warga Kelurahan Cisaranten, Kecamatan Arcamanik,Kota Bandung yang datang bersama keluarganya mengatakan, dirinya memilih Observatorium Bosscha sekalian berekreasi. “Saya memilih ke sini (Observatorium Bosscha) sekalian beriwisata, juga ada nilai edukasinya bagi anak-anak,” tuturnya.