Alunan suara angklung menghangatkan suasana dingin di halaman gereja Carmen di Jose Galves, Villa Maria Triunfo, sekitar satu jam perjalanan arah selatan Lima, Peru, Minggu (14/7/2019) sore waktu setempat.
Oleh
M Subhan SD dari Lima, Peru
·2 menit baca
Alunan suara angklung menghangatkan suasana dingin di halaman gereja Carmen di Jose Galves, Villa Maria Triunfo, sekitar satu jam perjalanan arah selatan Lima, Peru, Minggu (14/7/2019) sore waktu setempat. Musik angklung itu dimainkan oleh delapan perempuan yang merupakan anggota staf Kedutaan Besar RI dan Dharma Wanita Persatuan. Tak hanya itu, para pemain angklung juga tampil dengan dress code sama, yaitu batik.
Para penonton yang merupakan warga setempat tampak asyik menikmati alunan musik bambu yang berasal dari tanah Pasundan itu. Tak heran, begitu penampilan usai, mereka memberi tepuk tangan yang cukup meriah.
Duta Besar RI untuk Peru merangkap Bolivia, Marina Estella Anway Bey, menghadiri acara itu dan menyaksikan penampilan para pemain angklung beraksi.
Penampilan musik angklung itu merupakan partisipasi Kedubes RI di Lima dalam acara peringatan 70 tahun Ordo Carmen di Peru. Terkait peringatan itu, digelarlah berbagai acara, di antaranya penampilan musik angklung.
Relasi antara Kedubes dan pihak gereja Ordo Carmen itu terjalin baik karena banyak rohaniwan asal Indonesia yang ditugaskan memberi pelayanan kepada umat Katolik di Peru dan Amerika Latin umumnya.
Menurut Dubes, angklung merupakan sarana untuk memperkenalkan Indonesia di mata masyarakat Peru. Dengan demikian, lewat kesenian dan kebudayaan, akan semakin banyak warga Peru yang mengenal Indonesia.
Selama ini, tampaknya masih banyak orang Peru belum mengenal Indonesia. Padahal, hubungan Indonesia dan Peru telah terjalin lama, yaitu sejak 1975.
Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk semakin memopulerkan Indonesia di Peru dan Bolivia. Misalnya saja mempromosikan keindahan alam Indonesia, keanekaragaman budaya, karakter penduduknya yang ramah, termasuk promosi bahasa Indonesia, yakni membuat kelas bahasa di sekolah-sekolah.
Penampilan kelompok musik angklung itu disambut antusias oleh para rohaniwan asal Indonesia yang ditugaskan di Peru. Kehadiran musik asli Indonesia itu seakan mengobati kerinduan pada Tanah Air. Hendrikus Yosep Gheta, rohaniwan asal Flores yang sudah tiga tahun bertugas di Peru, menyambut baik penampilan musik angklung tersebut.