Secara volume, kontribusi ekspor kopi Indonesia terhadap total ekspor dunia ada di urutan keempat, tetapi secara nilai ada di peringkat ke-12. Soal mutu yang tak standar jadi salah satu faktornya.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komoditas kopi diharapkan bisa berperan penting pada ekspor nasional. Standar mutu dan kualitas menjadi persoalan utama yang harus segera mendapat solusi.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara dalam diskusi ”Membawa Kopi Nusantara Merajai Pasar Kopi Dunia”, Minggu (14/7/2019), di Jakarta, menyebutkan, total ekspor kopi secara global mencapai sekitar 33 miliar dollar AS pada 2017. Indonesia mengekspor kopi senilai sekitar 1,6 miliar dollar AS.
Diskusi ini bagian dari acara Karya Kreatif Indonesia 2019 yang diselenggarakan oleh BI pada dari 12 - 14 Juli 2019 di Jakarta Convention Center.
Meski Indonesia kerap disebut-sebut sebagai negara pengekspor terbesar keempat dunia, dia mengatakan, ekspor kopi terhadap total ekspor nasional baru 1 persen. Belakangan, pasar kopi di dalam negeri turut diisi oleh impor yang setiap tahun menunjukkan tren kenaikan.
Menurut dia, situasi itu perlu dikaji mendalam, mulai dari sisi produksi hingga tahap ekspor. ”Pemerintah menginginkan kopi Indonesia berperan penting dalam ekspor dan industri pariwisata,” ujar Mirza.
Terkait produksi, dia menuturkan bahwa produktivitas perkebunan kopi Indonesia kalah dari Vietnam. Produktivitas perkebunan kopi Indonesia hanya sekitar 0,55 ton per hektar, sedangkan Vietnam 2,4 ton per hektar.
Mirza memandang, rendahnya produktivitas perkebunan kopi di Indonesia dipengaruhi oleh faktor lahan yang sudah berusia di atas 20 tahun. Padahal, lahan yang baik untuk produksi seharusnya berusia maksimal 20 tahun.
Ditambah lagi, sekitar 1,2 juta hektar perkebunan kopi di Indonesia berstatus perkebunan rakyat. Lainnya, 8.172 hektar perkebunan kopi berstatus perkebunan negara dan sekitar 25.000 hektar milik swasta. Standar pengelolaannya pun belum setara.
BI telah berpartisipasi membina 48 UMKM kopi yang 15 UMKM di antaranya sudah berhasil melakukan ekspor.
Secara volume, kontribusi ekspor kopi Indonesia terhadap total ekspor dunia ada di urutan keempat, tetapi secara nilai ada di peringkat ke-12.
Wakil Ketua Specialty Coffee Association of Indonesia Daroe Handojo mengatakan, secara volume, kontribusi ekspor kopi Indonesia terhadap total ekspor dunia berada di urutan keempat. Akan tetapi, secara nilai, kontribusi ekspor kopi Indonesia menempati peringkat ke-12. Posisi ini membuat Indonesia berada di bawah Swiss, Jerman, dan beberapa negara kawasan Afrika.
”Padahal, mereka mengimpor kopi dari Indonesia. Tren turunnya harga kopi pun turut memengaruhi bisnis kopi Indonesia ke dunia,” ujarnya.
Untuk menyikapi situasi tersebut, Daroe menyarankan beberapa langkah. Langkah pertama, para pengusaha di ekosistem industri kopi harus menciptakan bisnis berkelanjutan, bukan sekadar produk. Kedua, pengusaha dan lembaga pemerintah harus bekerja sama, terutama untuk menciptakan citra kopi tingkat nasional.
Langkah ketiga, pendekatan pemasaran kopi Indonesia diubah menjadi lebih bercerita. Asosiasi sudah menyiapkan katalog berisikan informasi perkebunan sampai perdagangan kopi lengkap dengan harga jual-beli.
”Langkah penting yang tidak boleh dilupakan adalah menciptakan standar mutu kopi Indonesia, konservasi, dan mengikutsertakan dalam kurasi internasional. Dengan demikian, kopi daerah Indonesia lebih mudah memperoleh pengakuan global,” lanjut Daroe.
Artis dan penikmat kopi Katon Bagaskara, yang turut hadir sebagai pembicara, menceritakan, saat berkunjung ke gerai minuman kopi internasional, kopi dari sejumlah daerah di Indonesia terpampang di etalase untuk dijual. Sayangnya, kopi itu mewakili daerah, belum ada kemasan dengan citra ”kopi Indonesia”.
Dia memandang, kualitas biji kopi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat pun berbeda-beda. Hal ini semestinya menjadi perhatian pemerintah.
”Agar bisa terus berdaya saing di kancah internasional, ekosistem industri kopi di Indonesia seharusnya berjuang kualitas. Kalau kualitasnya bagus, harga kopi Indonesia pun akan naik. Jadi, jangan melulu mengejar kuantitas,” tutur Katon.