Labuan Bajo Disiapkan untuk Sambut Lebih Banyak Turis
Dari 10 destinasi unggulan ini, pemerintah menetapkan Labuan Bajo, Danau Toba, Candi Borobudur, dan Mandalika sebagai super-prioritas. Bahkan, Labuan Bajo ditetapkan menjadi destinasi kunjungan delegasi pertemuan IMF-WB pada Oktober 2018.
Presiden Joko Widodo membuktikan komitmennya untuk menjadikan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi wisata prioritas dengan mempercepat agenda pembangunan infrastruktur yang memudahkan konektivitas daerah ini dengan jaringan wisata domestik dan internasional. Pengembangan Bandar Udara Komodo diyakini sebagai kunci mewujudkan konektivitas tersebut.
Labuan Bajo dipilih pemerintah menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata unggulan di Indonesia sejak Juni 2018. Sembilan daerah lain ialah Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kalayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Gunung Bromo (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Dari 10 destinasi unggulan ini, pemerintah menetapkan Labuan Bajo, Danau Toba, Candi Borobudur, dan Mandalika sebagai super-prioritas. Bahkan, Labuan Bajo, yang merupakan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, juga ditetapkan menjadi destinasi kunjungan delegasi pertemuan IMF-WB pada Oktober 2018.
Untuk merangsang kunjungan wisata di Labuan Bajo, sejak Juni 2018 Kementerian Pariwisata membuat program jangka pendek yang mencakup pembangunan jalur pedestrian di Jalan Soekarno-Hatta dan pembangunan pusat wisata kuliner Kampung Ujung. Program cepat lain adalah pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) di Kampung Air (eks Sail Komodo) dan pembangunan jembatan penghubung Kampung Air dengan Bukit Pramuka.
Adapun program pembangunan yang dicanangkan Presiden Jokowi pada kunjungan ke Labuan Bajo, 10 Juli 2019, difokuskan pada revitalisasi Bandara Komodo dan akselerasi Labuan Bajo dengan jaringan pariwisata dunia. Program ini merupakan kelanjutan dari program-program jangka pendek yang dikerjakan sejak Juni 2018.
Revitalisasi bandara
Revitalisasi Bandara Komodo meliputi pembangunan terminal dan landasan pacu yang ditargetkan rampung pada 2020. Panjang landasan pacu yang sekarang 2.250 meter akan ditambah menjadi 2.450 meter. Apron diperluas menjadi 20.200 meter persegi, sementara terminal domestik diperluas jadi 6.500 meter persegi.
Terminal internasional akan dibangun dengan luas 5.538 meter persegi dan terminal kargo 2.860 meter persegi. Revitalisasi bandara termasuk pula pembangunan beberapa fasilitas pendukung lain.
Revitalisasi juga akan direalisasikan dengan penambahan rute penerbangan menuju beberapa daerah di sekitarnya. Rute domestik yang akan diperbanyak adalah penerbangan ke Makassar, Atambua, Waingapu, Sabu, dan Rote. Adapun Malaysia dan Singapura direncanakan menjadi rute internasional baru yang akan dibuka.
”Yang ingin kami percepat, pertama bandara, terminal akan kami besarkan. Runway (landasan pacu) diperpanjang, maksimal tahun depan sudah rampung semua,” kata Presiden Jokowi di Puncak Waringin, Labuan Bajo, NTT, Rabu (10/7/2019).
Jokowi menyebut akan melelang pengelolaan bandara ke swasta. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah menyiapkan skema pengembangan Bandara Komodo lewat pembiayaan kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) yang memiliki masa kerja sama 25 tahun.
Pengelola Bandara Komodo harus memiliki jaringan pariwisata internasional sehingga bandara itu dapat mempunyai konektivitas internasional. ”Yang datang ke sini turis-turis yang diharapkan meningkatkan devisa,” ujar Presiden.
Pengembangan Bandara Komodo bertujuan mendorong pertumbuhan lalu lintas udara hingga 4 juta penumpang dan 3.500 ton muatan kargo pada 2044. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, lalu lintas angkutan udara di Bandara Komodo cenderung turun dalam tiga tahun terakhir. Padahal, sejak Sail Komodo diselenggarakan tahun 2013, arus lalu lintas udara dengan destinasi Labuan Bajo sempat meningkat.
Pada 2013-2015, jumlah pesawat yang datang dan berangkat ke Bandara Komodo bisa lebih dari 2.000 penerbangan. Arus lalu lintas pesawat terbanyak pada 2014, yang tercatat hingga 2.945 penerbangan kedatangan dan keberangkatan. Setahun kemudian, jumlah penerbangan ke bandara ini menurun, bahkan lebih rendah daripada tahun 2013 ketika Sail Komodo berlangsung. Kondisi lebih suram terjadi pada 2016-2018 ketika lalu lintas pesawat terbanyak hanya 1.417 pesawat pada 2016.
Fenomena serupa terlihat pada jumlah penumpang melalui Bandara Komodo. Dalam lima tahun ini, kemampuan tertinggi Bandara Komodo menyerap penumpang terjadi pada 2014. Menurut Ditjen Perhubungan Udara, pada tahun itu Bandara Komodo menerima kedatangan 106.198 penumpang dan memberangkatkan 114.678 penumpang. Semua penumpang ini menggunakan penerbangan domestik.
Jumlah penumpang terendah terjadi pada 2017 dengan 61.341 orang datang dan 61.647 orang berangkat. Tahun 2018, Ditjen Perhubungan Udara baru mencatat 291 penumpang datang dan 298 penumpang berangkat. Pertanyaannya, arus lalu lintas udara yang cenderung turun tersebut apakah dipicu kondisi fisik bandara yang kurang layak atau para wisatawan mulai jenuh dengan destinasi Labuan Bajo?
Akselerasi destinasi
Agar target yang ditetapkan bisa dicapai, pemerintah mengakselerasi Labuan Bajo sebagai tujuan wisata. Akselerasi ini berupa promosi agar Labuan Bajo mempunyai konektivitas dengan jaringan pariwisata internasional. Akselerasi dilakukan dengan melelang pengelolaan Bandara Komodo kepada pengelola yang memiliki jaringan pariwisata internasional sekaligus mempromosikannya sebagai destinasi premium.
Segmentasi premium yang dimaksud Presiden Jokowi adalah membuat Labuan Bajo menjadi destinasi bagi wisatawan kelas menengah atas. ”Kami mau ambil yang berbeda, yakni segmentasinya premium,” ujar Presiden (Kompas, 10/7).
Gubernur NTT Viktor Laiskodat menyiapkan langkah untuk memenuhi keinginan Presiden. Ia berjanji menyesuaikan kebijakan daerah agar bisa menunjang pariwisata dengan segmen kelas menengah atas. Salah satunya mengizinkan pembangunan hotel bintang dua ke atas.
”Presiden mengatakan, NTT dikhususkan untuk middle class sampai deluxe tourism. Maka, pengusaha hanya bisa membangun hotel bintang 3, 4, dan 5,” kata Viktor (Kompas, 10/7). Pemerintah daerah akan menyiapkan pula agar masyarakat lebih sadar wisata. Masyarakat diberi pelatihan wisata berbasis masyarakat. Rumah warga bisa disiapkan untuk menampung turis.
Akselerasi yang tak kalah penting untuk menunjang suksesnya promosi Labuan Bajo adalah peningkatan kualitas infrastruktur lokasi wisata yang akan mempermudah turis untuk mendatanginya. Pembangunan infrastruktur pendukung diprioritaskan pada sejumlah jalan akses menuju obyek wisata di daratan Manggarai Barat, Pulau Flores. Penataan obyek wisata di daratan ditingkatkan sehingga turis bisa menikmati pemandangan alam pegunungan selain obyek wisata laut dan komodo yang sudah populer.
Karena itulah, Presiden Jokowi menyambut rencana penataan kawasan Puncak Waringin yang menjadi salah satu pilihan lokasi wisata baru di Labuan Bajo. Pemerintah juga akan menata obyek wisata daratan yang berpotensi untuk dipromosikan, seperti kawasan Kampung Baru dan integrasi tempat pelelangan ikan (TPI) dengan kawasan wisata kuliner Kampung Ujung.
Kawasan Puncak Waringin yang dikunjungi Presiden dipersiapkan untuk menjadi pusat cendera mata di Labuan Bajo. Penataannya dikerjakan bertahap 2019-2020. Tahun ini ditargetkan berlangsung pembangunan gedung utama 350 meter persegi dua lantai untuk pusat cendera mata.
Tahun depan, pemerintah mendirikan bangunan komersial 525 meter persegi setinggi dua lantai untuk kios, lengkap dengan mushala, toilet, dan area tenun. Selain itu, dibangun juga ruang terbuka publik sekitar 1.700 meter persegi yang dilengkapi dengan amfiteater 267 meter persegi dan area parkir.
Penataan lanjutan akan dilakukan pula di salah satu daerah penyangga Labuan Bajo, yakni Kampung Baru, dengan pekerjaan pembangunan ruang terbuka publik, toilet wisata, dermaga nelayan, dan Jalan Gertak Bukit Pramuka (460 meter). Sebelumnya, pada 2017-2018, Kementerian PUPR membelanjakan Rp 40,35 miliar untuk penataan kawasan Kampung Ujung, Kampung Air, Kampung Tengah, dan Pulau Komodo.
Potensi Labuan Bajo
Labuan Bajo sejak dulu menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan Pulau Flores bagian barat. Letaknya di pesisir pantai dan menjadi daerah transit dari Pulau Bali ke Flores membuat ekonomi daerah ini berkembang cepat.
Labuan Bajo dulu bukanlah kawasan wisata sehingga belum dikenal turis. Semenjak Komodo ditemukan, nama Labuan Bajo mulai mendunia. Adapun pemerintah pusat dan daerah mulai mempromosikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata dunia sejak 2013 melalui Sail Komodo.(LITBANG KOMPAS)