Hampir setahun pascagempa yang mengguncang pulau Lombok pada 2018 lalu, aktivitas pariwisata di kawasan tiga gili di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kembali menggeliat. Hal itu ditandai dengan kembali ramainya wisatawan, terutama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke salah satu kawasan unggulan pariwisata Lombok itu.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
LOMBOK UTARA, KOMPAS – Hampir setahun pascagempa yang mengguncang pulau Lombok tahun 2018, aktivitas pariwisata di kawasan tiga gili di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kembali menggeliat. Ratusan wisatawan berkunjung, terutama wisatawan mancanegara ke salah satu kawasan unggulan pariwisata Lombok itu.
Pantauan Kompas, geliat pariwisata tiga gili bisa dilihat dari ramainya kawasan pelabuhan Bangsal. Pelabuhan itu merupakan titik keberangkatan bagi wisatawan domestik maupun mancanagara yang akan ke gili, baik Gili Trawangan, Gili Meno, maupun Gili Air. Ada yang berangkat dengan kapal umum atau dengan kapal sewa.
Akhir tahun lalu, penyeberangan ke tiga gili itu hanya 3-5 unit, sedangkan saat ini sudah dilayani 17 unit kapal yang dikelola Koperasi Karya Bahari. Jumlah penumpang juga sudah kembali 40 orang per satu kali keberangkatan. Sebelumnya, dikurangi menjadi 30 orang per kapal.
Ramainya wisatawan yang berkunjung ke gili juga terlihat di area dermaga Gili Trawangan. Beberapa kali, kapal cepat yang membawa wisatawan mancanegara dari Bali bersandar. Dari kapal itu, ratusan penumpang keluar. Setelah kapal kosong, giliran wisatawan yang akan kembali ke Bali yang naik.
“Sekarang memang sudah mulai puncak kunjungan (high season). Sudah mulai masuk tamu, tetapi dibandingkan dengan tahun lalu, ini belum 100 persen. Paling sekitar 70 persen,” kata Kepala Desa Gili Indah Suburudin, Selasa (16/7/2019).
Begitu tiba di gili, wisatawan tersebut langsung menyebar ke berbagai titik penginapan. Setelah itu, mereka melakukan berbagai aktivitas seperti berkeliling gili dengan sepeda, cidomo (kendaraan tradisional Lombok yang ditarik kuda), atau berjalan kaki. Ada juga yang berjemur, snokeling, surfing, dan menyelam.
Aktivitas snorkeling tidak hanya di area pantai, tetapi juga ke tengah laut. Wisatawan menyewa kapal menuju area snokeling di kawasan antara Gili Trawangan dan Gili Meno. Di kawasan itu, selain melihat langsung puluhan patung manusia karya seniman laut Jason Decaires Taylor yang ditenggelamkan di dasar laut, pengunjung juga melihat penyu.
“Dua titik, yakni patung dan penyu memang jadi favorit wisatawan. Masing-masing lokasi durasinya satu jam,” kata Ojan (30), juru kemudi salah satu kapal sewa ke area snorkeling tersebut.
Geliat pariwisata di tiga gili tidak hanya bisa dilihat dari mulai ramainya kedatangan wisatawan, tetapi juga okupansi hotel dan tamu perjalanan wisata. Pelaku wisata di kawasan gili, Ifan Abdillah (31) yang juga pengelola #Wonderfullombok (penyedia paket perjalanan wisata di Lombok), mengatakan, okupansi hotel hampir penuh di tiga gili. “Saat ini banyak tamu dari Australia dan bisa berlangsung hingga Agustus nanti,” kata dia.
Ifan menambahkan, meski masih jauh dari target bulanan, tamunya juga mulai meningkat dibanding kondisi pascagempa 2018. “Sudah mulai terasa ada peningkatan. Sekarang sekitar 65 persen dari target 16 perjalanan per bulan,” kata dia.
Gelar kegiatan
Suburudin menambahkan, upaya untuk terus memulihkan pariwisata di tiga gili agar seperti semula terus dilakukan berbagai pihak terkait. Selain menggunakan media sosial, mereka juga menggelar kegiatan langsung.
“Kami, bersama pelaku pariwisata di gili misalnya, baru saja menggelar Gili Menggawe Festival 2019 di Gili Air. Kegiatan ini untuk mempromosikan pariwisata tiga gili ke masyarakat luas,” kata Suburudin.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama satu bulan (15 Juni – 15 Juli) itu digelar berbagai acara, seperti gelaran adat budaya, pasar rakyat, lomba-lomba, dan lainnya. Pengunjung tidak hanya wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara.