Saluran Irigasi di Lumbung Padi Nasional Butuh Perbaikan
›
Saluran Irigasi di Lumbung...
Iklan
Saluran Irigasi di Lumbung Padi Nasional Butuh Perbaikan
Perkara kekeringan di Jawa Barat bukan sekadar masalah cuaca. Sejumlah saluran irigasi sekunder dan tersier yang kondisinya rusak dan dangkal, ikut memicunya. Perbaikan infrastruktur perlu segera dilakukan bila tak ingin pasokan dari daerah yang menjadi lumbung pangan nasional ini terganggu.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Perkara kekeringan di Jawa Barat bukan sekadar masalah cuaca. Sejumlah saluran irigasi sekunder dan tersier yang kondisinya rusak dan dangkal, ikut memicunya. Perbaikan infrastruktur perlu segera dilakukan bila tak ingin pasokan dari daerah yang menjadi lumbung pangan nasional ini terganggu.
Berdasarkan pantauan di saluran irigasi sekunder di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (16/7/2019), kebocoran tampak di sisi kanan-kiri dinding saluran dan membasahi bagian luar. Di beberapa titik, dinding saluran bolong dan ditambal dengan tumpukan karung berisi tanah. Namun, air tetap merembes mengalir ke arah saluran pembuangan menuju desa lainnya.
Saluran yang membentang sepanjang 3.000 meter itu melintas di empat desa, yakni Ciranggon, Lemahmulya, Majalaya, dan Bengle di Kecamatan Majalaya. Hama air eceng gondok dan sampah tampak menumpuk di dekat pintu air.
Menurut Asep Saepudin (38), Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, kondisi saluran irigasi rusak sejak tahun 2015. Lebih banyak air yang terbuang ke luar sawah, sehingga membuat sawah kering karena tidak mendapatkan aliran air. Setidaknya, ada 200 hektar lahan sawah milik petani di desa itu yang terancam kekurangan air dalam tiga tahun terakhir.
Kondisi serupa juga tampak di saluran irigasi sekunder yang mengaliri persawahan di Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang. Di dekat pintu air Desa Kiara, dinding saluran retak dan setengah roboh. Akibatnya, air merembes ke luar saluran dan membasahi halaman rumah warga. Tumpukan sampah rumah tangga dan eceng gondok kering memenuhi pintu penyaring air.
Deden (33), petani Desa Kiara, Kecamatan Cilamaya Kulon, mengatakan, debit irigasi yang minim berdampak terhadap pengolahan sawah para petani di desanya. Bahkan, ia sendiri harus menunda pengolahan sawah hingga sebulan ke depan.
Menurut dia, kerusakan tersebut sudah lama terjadi pada beberapa tahun lalu. Namun, hingga saat ini belum ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki irigasi. Ia berharap agar perbaikan itu dilakukan saat bukan musim tanam, sehingga tidak mengganggu garapan petani.
Kerusakan sudah lama terjadi pada beberapa tahun lalu. Namun, hingga saat ini belum ada upaya dari pemerintah untuk memperbaiki irigasi.
Pendangkalan saluran irigasi juga menjadi pemicu debit air yang dialirkan tidak maksimal. Debit air berkurang drastis di daerah hilir akibat pendangkalan di sepanjang saluran. Kondisi ini terjadi di saluran irigasi sekunder yang dipenuhi lumpur tebal dan lumut sungai.
Sebelumnya, Supervisor Perum Jasa Tirta (PJT) II Unit Telagasari Alimin menyebutkan, telah berupaya membantu para petani memenuhi kebutuhan air sebaik mungkin. Upaya untuk mencegah kebocoran air irigasi juga dilakukan petani setempat dan PJT II melalui kerja bakti sebanyak dua kali dalam seminggu, antara lain pembersihan eceng gondok, pengangkatan sampah yang menutupi pintu air, serta pemasangan karung berisi tanah untuk menutup kebocoran di tembok saluran.
Upaya perbaikan
Perbaikan saluran irigasi tersebut melibatkan berbagai pihak terkait. Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karawang akan melakukan perbaikan saluran irigasi sekunder secara bertahap.
Menurut Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Karawang Dudi, tahun 2019 ini ditargetkan perbaikan saluran irigasi sekunder sepanjang 3 kilometer di seluruh kecamatan. Anggaran untuk proyek perbaikan yang disiapkan sebesar Rp 15 miliar. Perbaikan itu meliputi pengerukan endapan di saluran menggunakan eskavator dan penambalan dinding bolong.
Sementara untuk saluran irigasi tersier perbaikan ditangani Dinas Pertanian Karawang. Perbaikan itu berupa pembuatan turap, kolam pembagi, dan pintu air.
Kepala Seksi Pengelolaan Lahan dan Air di Dinas Pertanian Karawang Edi Suryana, mengatakan, selama tahun 2016—2017 tidak ada anggaran untuk rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Kemudian, pada tahun 2018— 2019 ditargetkan perbaikan sepanjang 2.000 meter. “Sisa saluran tersier yang perlu diperbaiki sebanyak 1.045.482 meter,” katanya.