Balita Kembar Siam dengan Satu Hati di Kendari Butuh Perhatian Pemerintah
›
Balita Kembar Siam dengan Satu...
Iklan
Balita Kembar Siam dengan Satu Hati di Kendari Butuh Perhatian Pemerintah
Balita kembar siam, Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina, asal Kendari, Sulawesi Tenggara, membutuhkan perhatian pemerintah. Berumur 1 tahun lima bulan dan hanya memiliki satu hati, keduanya harus segera dioperasi agar bisa hidup lebih baik kelak.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Balita kembar siam, Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina, asal Kendari, Sulawesi Tenggara, membutuhkan perhatian pemerintah. Berumur 1 tahun lima bulan dan hanya memiliki satu hati, keduanya harus segera dioperasi agar bisa hidup lebih baik kelak.
Akibat keterbatasannya, putri kembar pasangan Jayasrin (25) dan Selvina Dewi (20) ini tidak bisa bermain layaknya balita pada umumnya. Perut mereka menempel.
Rabu (17/7/2019) pagi, Akila dan Azila bermain di kasur di kediaman orang tuanya, di Kecamatan Kadia, Kendari, Sulawesi Tenggara. Memegang botol susu, keduanya meminum habis isi botol lalu merengek meminta digendong. Setelah permintaannya dipenuhi, wajah keduanya ceria, menunjukkan beberapa gigi, dan tidak lagi cemberut.
Akila dan Azila saat ini seberat 10 kilogram. Seperti balita lainnya, keduanya ingin bermain dan bergerak. Namun, karena kondisi tubuh, keduanya hanya bisa bermain di kasur, atau meminta untuk digendong.
"Kami tidak bisa berbuat banyak karena belum bisa melakukan operasi pemisahan keduanya," ujar Jayasrin, mantan sopir truk tembak ini, di Kendari, Sultra.
Jayasrin menceritakan, baru dua bulan terakhir, kedua putrinya berada di rumah. Sejak lahir hingga berumur 1 tahun 3 bulan, mereka dirawat di RSUD Abu Nawas, Kendari. Lahir prematur pada umur tujuh bulan, Akila dan Azila harus dirawat intensif.
Sejak Januari lalu, ucap Jayasrin, putrinya dijadwalkan bakal dipisahkan di RS Dr Soetomo, Surabaya. Rumah sakit itu memiliki fasilitas penanganan operasi kembar siam dan cangkok hati terbaik di negeri ini. Namun, rencana itu batal hingga tiga kali kesempatan.
“Katanya dananya tidak cukup. BPJS tidak bisa tanggung,” ucap Jayasrin.
Menurut Jayasrin, kedua anaknya terdaftar dan memiliki kartu BPJS. Ia membayar iuran Rp 75.000 per bulan. Namun, sejak tiga bulan lalu, Jayasrin tidak bekerja. Dia harus mengurus putri kembarnya. Istrinya tidak sanggup terus mengggendong keduanya seorang diri. Untuk makanan, susu, popok, dan segala tetek bengek urusan anaknya, Jayasrin hanya mengandalkan donasi dan bantuan dari berbagai pihak.
Jayasrin tidak tahu lagi mengapa anaknya belum juga dioperasi. Berbagai upaya telah dilakukan. Bantuan dari dokter dan perawat RSUD Abu Nawas juga terus mengalir. “Katanya operasinya mahal. Sampai miliaran. Kita dapat uang dari mana ?,” lanjutnya.
Selvina, istri Jayasrin menambahkan, tidak tahu lagi kemana harus meminta tolong. Ia tidak tahan melihat kondisi dua putrinya yang tersiksa dengan segala keterbatasan.
Saya sampai mau gendong anak saya ke kantor Wali Kota, minta bantuan karena tidak tahu mau bagaimana lagi
“Ini mereka sekarang saling tarik. Tulang belakangnya itu sudah tidak lurus lagi. Saya cuma mau lihat mereka seperti anak orang lain. Saya sampai mau gendong anak saya ke kantor Wali Kota, minta bantuan karena tidak tahu mau bagaimana lagi,” tutur Selvina, yang tidak mampu menahan cucuran air matanya.
Sementara itu, Yeni Hariani, dokter spesialis anak di RSUD Abu Nawas Kendari yang menangani kedua anak ini sejak lahir menjelaskan, jantung dan paru-paru keduanya terpisah. Namun, hatinya hanya satu dan ada bagian usus yang tersambung.
“Waktu lahir tidak langsung dioperasi karena kondisi bayi bisa bertahan. Jadi, ditunggu saat kondisinya optimal, beratnya cukup, dan kondisinya bagus. Sebab ini operasi berat yang akan memakan waktu puluhan jam,” terang Yeni.
Terkait belum dirujuknya balita ini untuk dioperasi ke RS Dr Soetomo di Surabaya, Yeni mengucapkan, ia bisa saja segera merujuk kedua bayi itu. Namun, pihak RS Soetomo meminta kejelasan pembiayaannya. Operasi ini diperkirakan bakal memakan biaya hingga miliaran rupiah. Selama ini, ia telah berusaha untuk mencarikan dana, baik sumbangan personal, komunitas, hingga urun dana melalui platform digital.
Akan tetapi, semuanya belum cukup. Tidak hanya pihaknya, tambah Yeni, RS Dr Soetomo di Surabaya juga telah berupaya untuk mencari dana tambahan operasi.
“Mereka bahkan berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Timur, Wali Kota Surabaya, juga perusahaan-perusahaan untuk mencari dana operasi. Jadi, bukan RS Soetomo yang tidak mau atau BPJS yang tidak mau menanggung. Biasanya ada partisipasi pemerintah. Terakhir yang saya tahu, bayi kembar siam di Cirebon ditanggung sama pemerintahnya. Di Ternate dan Batam juga,” lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Instalasi PKRS dan Humas RSUD Dr Soetomo Pesta Parulian menjelaskan, operasi bayi kembar siam termasuk operasi yang kompleks. Dengan kondisi itu, kemungkinan besar nantinya akan ada penambahan biaya di luar yang ditanggung BPJS.
"Pada prinsipnya, sebagai pusat kembar siam di Indonesia, pihak rumah sakit Dr Soetomo, siap melakukan operasi. Saat ini, kami sedang menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan ini. Termasuk menggalang dana dari berbagai cara, juga berkoordinasi dengan Pemprov Jawa Timur," terang Pesta.
Menurut Pesta, pihaknya tidak menunda pelayanan karena persoalan biaya. Hanya saja, banyak hal yang perlu dipastikan terkait operasi ini ke depannya. Pihaknya akan berkoordinasi dengan RSUD Abu Nawas Kendari, termasuk kesiapan klinis dari kondisi balita tersebut.
Kepala Cabang BPJS Kesehatan Kendari Iwan Kurnia mengungkapkan, kedua balita ini terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan kategori mandiri. Dalam catatan, keduanya pernah dirawat di RSUD Abu Nawas Kendari pada 2018 lalu dan mendapat jaminan BPJS.
"Kalau terkait operasinya, sesuai aturan dan diagnosa dokter, ada indikasi medis, akan dijamin. Hal itu sesuai aturan tindakan yang berlaku. Hanya saja, kita tidak tahu kalau nantinya akan ada biaya di luar yang ditanggung, karena ini bukan operasi biasa," tutur Iwan.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kendari Rahminingrum Pujirahayu menyampaikan, baru mengetahui adanya anak kembar siam yang harus dioperasi. Pihaknya akan mencari tahu informasi ini, dan berusaha mencari bantuan dan solusi terbaik.
“Karena tidak ada pos (anggaran) untuk di sini. Saya cari informasi dan usahakan dulu,” tuturnya.