Tim LKG-SKF Indonesia lolos dari penyisihan Grup 4 Boys 15 Piala Gothia setelah menang 2-1 atas tim asal Portugal AF Alcoitao di SKF Arena, Gothenburg, Swedia, Selasa (16/7/2019).
Oleh
Adrian Fajriansyah dari Gothenburg, Swedia
·4 menit baca
GOTHENBURG, KOMPAS — Tim LKG-SKF Indonesia lolos dari penyisihan Grup 4 Boys 15 Piala Gothia setelah menang 2-1 atas tim asal Portugal AF Alcoitao di SKF Arena, Gothenburg, Swedia, Selasa (16/7/2019). Namun, kemenangan Indonesia tidak memuaskan tim pelatih. Banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi kalau tim itu mau melangkah lebih jauh saat fase gugur nanti.
Kemenangan tim LKG-SKF Indonesia ditentukan oleh gol penyerang Muhammad Faiz Mualana pada menit ke-8 dan penyerang Raka Cahyana Rizky pada menit ke-50. Sementara gol balasan tim Portugal dibuat oleh penyerang Ricardo Lima pada menit ke-29.
Gol Faiz berawal dari permainan di sisi sayap kanan. Bek sayap kanan Muhammad Adlin Cahya Prastya memberi umpan datar kepada Faiz. Kemudian, Faiz memberanikan diri menusuk jantung pertahanan lawan.
Dengan sedikit tekukan, Faiz mengecoh lawannya, lalu ia menembak dengan kaki kiri ke gawang lawan. Walau tidak terlalu keras, tembakan yang mengarah ke sisi kiri gawang lawan itu tidak mampu dijangkau kiper.
Sejatinya, tim Indonesia bisa terus menekan lawan di sepanjang babak pertama. Namun, pelatih Jumhari Saleh tidak puas karena minim gol. Ia pun mengubah taktik dari 4-3-3 menjadi 3-5-2 pada babak kedua.
Ternyata, keputusan mengubah taktik itu kurang tepat. Permainan tim justru semakin tidak karuan. Pemain justru tampil individualis. Aliran bola ke depan menjadi buntu.
Mereka cenderung individualis.
Hal itu dioptimalkan lawan. Puncaknya, lawan bisa membuat gol balasan. Gol balasan itu membuat bangku pemain cadangan tim Indonesia tegang. Pemain di lapangan juga ikut tegang. Akibatnya, beberapa kali, lawan justru bisa menyerang balik.
Sekitar 10 menit sebelum pertandingan usai, Jumhari kembali memakai formasi 4-3-3. Ia memasukkan kembali gelandang pengatur serangan Muhammad Rendy Apriansyah.
Keputusan itu cukup tepat. Permainan tim Indonesia kembali hidup dan pada detik-detik akhir pertandingan, Raka membuat gol. Gol lahir lewat sepakan data ke sudut kanan gawang lawan. Kesempatan itu datang setelah terjadi kemelut hebat di depan gawang lawan.
Setelah gol tercipta, wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga yang berlangsung dalam 2 x 25 menit itu. Semua pemain di lapangan ataupun bangku cadangan bersorak gembira. Pendukung Indonesia pun puas dan terharu dengan perjuangan hingga titik darah penghabisan tersebut.
Dengan kemenangan itu, Indonesia memimpin klasemen Grup 4 dengan 6 poin. Mereka dibuntuti oleh Alcoitao di peringkat kedua dengan 3 poin. Secara matematis, Indonesia sudah pasti lolos penyisihan grup. Bahkan, mereka berpeluang besar lolos sebagai juara grup.
Bahan evaluasi
Jumhari mengatakan, kendati menang dan lolos penyisihan grup, dirinya tidak puas. Menurut dia, tim tidak bermain seperti biasanya. Mereka cenderung individualis. Terlalu lama memegang bola. Tidak simpel dalam mengalirkan bola ke lini depan.
Harusnya pemain bisa mengukur sendiri bagaimana cara mengumpan dan menembak dengan bola itu.
Akibatnya, tim cenderung bermain berputar-putar di lini tengah. Ketika bola sampai ke depan, lawan sudah membacanya. Bahkan, lawan bisa mencuri bola itu untuk melakukan serangan balik.
Jumhari menilai, tim belum juga beradaptasi dengan kondisi bola yang cenderung lebih berat. Beberapa kali mereka kesulitan mengontrol bola itu. Beberapa kali juga mereka tidak bisa menyampaikan umpan dengan tepat ataupun menembak hingga ke gawang karena bolanya berat.
”Tapi, ini bukan alasan. Lawan juga merasakan hal sama. Harusnya pemain bisa mengukur sendiri bagaimana cara mengumpan dan menembak dengan bola itu,” ujarnya.
Dari dua pertandingan yang dilalui, Jumhari menilai, formasi 4-3-3 akan menjadi pakem utama yang tidak diubah-ubah lagi. Sebab, ketika memakai 3-5-2, tim tidak bisa mengimplementasikannya dengan baik. Padahal, tadinya, formasi itu akan digunakan melawan tim yang punya sayap cepat.
Saya akan banyak merotasi pemain agar tidak lelah untuk pertandingan sore.
Adapun Adlin menilai, para pemain memang seperti ingin tampil menonjol sendiri-sendiri di kejuaraan ini. Itu harus dibenahi. Komunikasi juga harus diperbaiki agar lebih kompak. ”Tapi, yang paling terasa, banyak pemain kecapekan. Apalagi kemarin kami ikut acara pembukaan sampai larut malam (pukul 22.00),” katanya.
Indonesia akan menjalani laga terakhir Grup 4 melawan tim tuan rumah Nockebyhovs IF di SKF Arena, Rabu (17/7/2019) pagi waktu setempat. Setelah lolos penyisihan grup, mereka akan langsung bertanding di babak penyisihan atau 128 besar pada Rabu petang. ”Saya akan banyak merotasi pemain agar tidak lelah untuk pertandingan sore. Waktu istirahat mereka juga akan dioptimalkan,” kata Jumhari.