Yudi Ahmad Tajudin dan Pementasan Teater Inter-Asia

ARSIP TEATER GARASI

Sutradara dan dramaturg dari Teater Garasi, Yudi Ahmad Tajudin.

Kelompok Teater Garasi mementaskan cerita Peer Gynts di Larantuka (Para Pengelana dari Asia) di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dua pekan lalu. Pementasan itu menghadirkan seniman lintas negara di kawasan Asia. Keterhubungan adalah hal lain yang didapat dari pementasan itu.

Pentas itu adalah inisiatif dari Teater Garasi yang bermarkas di Yogyakarta. Setelah mendapat ide cerita ketika berada di Larantuka, dua tahun silam, Yudi mendiskusikan lebih jauh dengan beberapa seniman lain, yaitu Takao Kawaguchi, Micari, dan Yasuhiro Morinaga dari Jepang, Venuri Perera dari Sri Lanka, serta Nguyen Manh Hung dari Vietnam.

”Kami menyebutnya pertemuan inter-Asia,” kata Yudi di Larantuka sebelum pementasan. Sebutan itu makin utuh karena melibatkan sepuluh seniman dari kota Larantuka, Pulau Adonara, dan Pulau Solor—ketiganya masuk di Kabupaten Flores Timur. ”Silvester (Petara Hurit) adalah narasumber pertama saya di sini. Dia yang mengumpulkan seniman sini,” lanjut Yudi.

Keterlibatan seniman dari beberapa negara di Asia ini, bagi Yudi, adalah keniscayaan. Sebab, tema pementasan itu adalah isu rasa takut yang muncul dari dunia yang makin terhubung. Dia melihat, kondisi itu tak cuma terjadi di Indonesia, tetapi di banyak tempat, termasuk Larantuka.

”Itu adalah isu besar, ya. Tetapi, kami mau menampilkan refleksi setiap seniman yang terlibat atas isu itu. Makanya, pertemuannya adalah dari seniman ke seniman, bukan pertemuan negara ke negara,” katanya.

Yudi yang berinisiatif memulai proyek ini bersama Ugoran Prasad berencana mementaskan cerita ini di Tokyo dan Shizouka, Jepang, tahun ini.