Harimau yang Diduga Terkam Warga Dibawa ke Dharmasraya
›
Harimau yang Diduga Terkam...
Iklan
Harimau yang Diduga Terkam Warga Dibawa ke Dharmasraya
Palas, harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berumur lima tahun yang meresahkan warga Padang Lawas, Sumatera Utara lima bulan terakhir, bahkan diduga menerkam orang, akhirnya dikirim ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS -- Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berumur lima tahun yang meresahkan warga Padang Lawas, Sumatera Utara lima bulan terakhir, bahkan diduga menerkam orang, akhirnya dikirim ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat. Harimau jantan itu ditangkap dalam kondisi terluka di kaki depan kanannya.
Pelaksana Harian Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Irzal Azhar kepada wartawan, Kamis, (18/7/20190 mengatakan harimau yang diberi nama "Palas" itu masuk perangkap, Selasa (16/7) pagi. Jebakan disiapkan oleh BBKSDA Sumut bersama Pemkab Padang Lawas, Koramil 007 Sosopan, Polsek Sosopan, dan lembaga mitra lainnya di Desa Hutabargot, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Pandang Lawas, Sumatera Utara.
“Kami lalu mengevakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat dengan kondisi kaki kanan sebelah depan terluka,” tutur Irzal. “Kami mengapresasi peran serta dukungan semua pihak yang telah membantu penyelesaian konflik harimau di Padang Lawas,” tambah Irzal.
Kami mengapresasi peran serta dukungan semua pihak yang telah membantu penyelesaian konflik harimau di Padang Lawas. (Irzal Azhar)
Keputusan mengirim “Palas” ke Dharmasraya dilakukan karena Sanctuary Harimau Sumatera Barumun tidak memungkinkan untuk menerima tambahan harimau lagi karena sanctuary masih dihuni empat harimau. Empat harimau itu adalah “Monang” harimau jantan dewasa, “Gadis” harimau betina indukan, bersama dua anaknya yang berumur sekitar 10 bulan.
Meskipun harimau yang meresahkan itu sudah ditangkap, pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar tidak memasang jerat di hutan. Selain itu tidak berburu dan tidak melakukan perbuatan yang merusak kawasan hutan seperti penebangan kayu ilegal yang menyebabkan rusaknya habitat harimau.
Menerkam orang
Konflik harimau di Padang Lawas diawali pada 13 Maret 2019 lalu. Warga melaporkan adanya harimau yang berkeliaran di kebun. Harimau itu juga memangsa ternak kambing warga di Desa Pegarambira Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas. Namun setelah dua bulan tenang tidak ada konflik, peristiwa heboh kembali terjadi.
Pada 17 Mei 2019 dini hari, Abu Sasli Hasibuan (61), penduduk Desa Saraisan, Kecamatan Ulu Barumun, Padang Lawas ditemukan tewas mengenaskan di kebun karetnya. Beberapa organ tubuhnya bahkan hilang.
Sepuluh hari kemudian, Faisal Hendri Hasibuan (48), penduduk Desa Pagaran Bira Jae, Kecamatan Sosopan, Padang Lawas juga diserang harimau saat tengah duduk di depan rumahnya. Beruntung, Faisal masih selamat namun luka di tubuhnya sempat membuat dirinya kritis.
Sejak konflik itu, Tim Satgas Penanggulangan yang terdiri dari BBKSDA Sumatera Utara, Pemkab Palas, kepolisian, TNI dan lembaga terkait melakukan patroli. Tim lalu memasang kamera pengintai serta membuat kadang jebak.
Harimau yang dinamai "Palas" itu kemudian diketahui memasuki perkampungan. Ia memakan monyet dan ayam peliharaan warga pada Kamis, 10 Juli lalu. Selasa lalu, harimau berhasil dijebak.
Kepala Subbag Data Evlap dan Kehumasan BBKSDA Sumut Andoko Hidayat mengatakan "Palas" adalah bagian dari delapan harimau yang saat ini masih menghuni kawasan hutan di Padang Lawas di kawasan Suaka Margasatwa Barumun dan sekitarnya. Dengan ditangkapnya Palas, masih ada tujuh harimau lagi yang ada di habitatnya di Padang Lawas.
"Palas" masuk ke kawasan permukiman diduga karena kesulitan berburu setelah kakinya terluka, terkena jerat. “Kalau melihat lukanya, kejadian terlukanya belum lama. Kami masih menduga bahwa harimau itu yang berkonflik dengan warga. Namun kami masih melakukan analisis dengan kamera apakah semua konflik yang terjadi benar dilakukan oleh harimau yang sama,” kata Andoko.
Data BBKSDA Sumatera Utara menunjukkan selama 2017-2019 terdapat 17 kasus konflik harimau dengan manusia. Tiga ekor harimau mati ditombak warga, satu berhasil dievakuasi.
Harimau yang berhasil dievakuasi diberi nama "Monang". Ia dievakuasi setelah kakinya terjerat kawat baja di aresa konsesi PT Toba Pulp Lestari Desa Dolok Parmonangan, Dolok Pangaribuan, Simalungun Mei 2017.
Adapun korban manusia terdiri dari tiga orang terluka dan satu tewas. Korban luka selain Faisal warga Kecamatan Sosopan, Padang Lawas serta Harkat Nasution (48) dan Afdal Nasution (50) warga Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal yang dicakar harimau pada awal 2018. Korban meninggal adalah Abu Sasli Hasibuan warga Kecamatan Sosopan.
Puluhan hewan ternak juga mati dimakan harimau. Konflik terjadi tersebar di delapan kabupaten yakni di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, Pandang Lawas, Padang Lawas Utara, Deli Serdang, Mandailing Natal, Labuhan Batu Utara dan Langkat.