Menggeliat dengan produk Mitsubishi Xpander dan Pajero Sport, kini Mitsubishi mencoba memperluas pasarnya. Di Indonesia, mereka mulai memasuki arena pertarungan ”kendaraan hijau”.
Kendaraan hibrida, paralel antara mesin pembakaran internal (internal combustion engine), sudah diperkenalkan kepada konsumen Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Sebagian besar merupakan kendaraan premium.
Namun, Mitsubishi masih melihat peluang yang besar untuk ikut terjun ke dalam persaingan pasar ini. Peluang masih terbuka lebar.
Naoya Nakamura, Presiden Direktur PT MMKSI, yang bertanggung jawab pada penjualan produk Mitsubishi di Indonesia, pekan lalu memastikan pihaknya mulai menggarap pangsa pasar ini dengan serius pada kuartal kedua 2019.
”Indonesia merupakan pasar otomotif yang sangat potensial. Namun, kami juga ingin berkontribusi dengan komitmen kami untuk meningkatkan kualitas hidup konsumen dengan menghadirkan kendaraan yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Produk kendaraan hijau yang dibawa Mitsubishi ke Indonesia adalah Mitsubishi Outlander PHEV (plug-in hybrid electric vehicle). Produk ini dilepas ke pasaran dengan harga Rp 1,2 miliar-Rp 1,3 miliar.
Sumber tenaga
Wartawan harian Kompas pernah mencoba kendaraan ini pada pertengahan tahun 2018 di Marseille, Perancis. Salah satu hal yang dicatat adalah betapa sunyi senyap kendaraan ini bergerak melalui jalan pedesaan Saint Saturnin Les-Apt, Departemen Vaucluse, kawasan Provence Alpes-Cote d’Azur, Perancis.
Seperti mobil hibrida lainnya, Outlander PHEV 2019 dibekali dua sumber tenaga penggerak, yaitu mesin bensin konvensional berkapasitas 2.4 liter (2.360 cc) serta dua motor listrik di poros roda depan dan belakang mobil. Motor depan berkekuatan 82 PS dengan torsi 137 Nm, sedangkan motor belakang mampu menghasilkan 95 PS dengan torsi 195 Nm. Sementara mesin bensin mampu menghasilkan tenaga hingga 135 PS dengan torsi 211 Nm.
Sumber listrik untuk kedua motor itu berasal dari baterai lithium-ion 300 volt dan berkapasitas 13,8 kilowatt per jam. Dalam kondisi normal, baterai dapat dicas penuh dalam empat jam dari sumber listrik tegangan 230 volt dan arus 16 ampere. Untuk pengecasan singkat di stasiun pengecasan, baterai dapat diisi hingga 80 persen dalam 25 menit.
Selain memerankan fungsi sebagai sebuah kendaraan, Outlander PHEV juga bisa dimanfaatkan sebagai generator.
Takashi Hiromatsu, Assistant Division General Manager of Product Strategy Mitsubishi Motor Corp Jepang, menyatakan, jika hanya memanfaatkan motor listrik (EV mode), mobil dapat berkendara sejauh lebih kurang 50 kilometer. Namun, jika menggunakan perpaduan motor listrik dan mesin, Outlander PHEV dapat menjelajah hingga 600 kilometer.
Hiromatsu menjelaskan, mobil ini punya tiga mode penyaluran tenaga. Mode pertama adalah EV mode, saat seluruh tenaga penggerak berasal dari motor listrik. Mode kedua adalah series hybrid mode, saat mesin bensin aktif dan berfungsi sebagai generator penyuplai listrik ke baterai untuk digunakan motor listrik.
Mode ketiga adalah parallel hybrid mode, saat mesin konvensional menyalurkan tenaga langsung ke roda guna mendongkrak tenaga dari motor listrik. Mode ini biasanya dibutuhkan saat mobil melaju dalam kecepatan tinggi, misalnya di jalan bebas hambatan.
Selain memerankan fungsi sebagai sebuah kendaraan, Outlander PHEV, menurut Hiromatsu, juga bisa dimanfaatkan sebagai generator. Apabila terjadi pemadaman listrik di lingkungan sekitar dan berdampak ke rumah, pemilik mobil ini bisa memanfaatkan Outlander PHEV sebagai generator atau pembangkit listrik sementara.