JAKARTA, KOMPAS — Penulis dan mantan wartawan Kompas, Arswendo Atmowiloto, meninggal karena kanker kandung kemih yang diidapnya selama satu tahun terakhir. Ia menghembuskan napas terakhir pada Jumat (19/7/2019) pukul 17.38 di kediamannya, wilayah Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Caecilia Tiara, anak ketiga Arswendo, menyampaikan bahwa kondisi Arswendo memang memburuk pada dua bulan terakhir. Arswendo sempat menjalani perawatan di rumah sakit, hingga akhirnya pihak keluarga sepakat untuk merawat Arswendo di rumah.
"Selama dua bulan terakhir ini, pihak keluarga bolak-balik membawa bapak ke rumah sakit. Stadium kankernya sudah semakin lanjut, dari pihak keluarga akhirnya sepakat untuk merawat bapak di rumah. Ini karena bapak merasa paling bahagia saat di rumah," kata Tiara di rumah duka, Jakarta Selatan, Jumat malam. Selama sebulan terakhir, Arswendo lebih banyak berbaring di kamar.
Penulis dan mantan jurnalis Kompas Bre Redana mengatakan, kondisi Arswendo memang sudah turun sekali saat dijenguk beberapa minggu lalu.
Arswendo dikenal sebagai jurnalis dan penulis yang aktif melaporkan serta memberikan kritik kepada dunia pertelevisian. Bre menyatakan, Arswendo adalah orang pertama dan satu-satunya yang konsisten mendalami bidang tersebut pada masanya.
"Kala itu televisi baru hanya TVRI. Pada waktu itu, saya kira tidak ada satupun orang yang punya perhatian yang begitu mendalam pada perkembangan televisi seperti halnya Arswendo," kata Bre.
Arswendo juga dikenal di dunia pertelevisian karena terlibat sejumlah produksi televisi, antara lain Keluarga Cemara. Selain itu, Arswendo juga dikenal sebagai penggagas media yang mengeritisi dunia pertelvisian bernama Tabloid.
Sastrawan
Arswendo Atmowiloto lahir di Solo, 26 November 1948. Cikal bakal jadi sastrawan sekaligus penulis diawali dengan menulis di majalah berbahasa Jawa, Dharma Kanda, pada 1969.
Arswendo juga dikenal di dunia pertelevisian karena terlibat sejumlah produksi televisi, antara lain Keluarga Cemara
Ia bahkan pernah menjadi wartawan harian berbahasa Jawa, Dharma Kandha dan Dharma Nyata ketika di Solo. Sambil bekerja di dua media itu, ia juga aktif sebagai koresponden majalah Tempo. Tahun 1972 ia ke Jakarta dan bergabung dengan kelompok Kompas Gramedia.
Arswendo juga dikenal sebagai penulis skenario, novel, cerpen, atau naskah drama. Sekadar menyebut beberapa karya, ada skenario Arie Hanggara (FFI 1986), Pacar Ketinggalan Kereta (FFI 1989), Jendela Rumah Kita (1995), serta Keluarga Cemara. Lainnya, novel Canting, Kau Memanggil Ku Malaikat, Blakanis, serta Senopati Pamungkas.
Ia juga menulis buku antara lain Keluarga Cemara, Menghitung Hari, Sudesi: Sukses dengan Satu Istri, Imung, serta Projo dan Brojo. Salah satu buku yang dicetak berulang kali, Mengarang Itu Gampang.