Minat Belanja Konsumen Berubah, Ritel Besar Bersiasat
›
Minat Belanja Konsumen...
Iklan
Minat Belanja Konsumen Berubah, Ritel Besar Bersiasat
Gaya belanja konsumen yang cenderung sesuai kebutuhan berdampak pada ritel skala menengah ke besar. Oleh sebab itu, ritel-ritel tersebut bersiasat mengubah konsep gerai sebagai langkah adaptasi.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gaya belanja konsumen yang cenderung sesuai kebutuhan berdampak pada ritel skala menengah ke besar. Oleh sebab itu, ritel-ritel tersebut bersiasat mengubah konsep gerai sebagai langkah adaptasi.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, pola belanja barang bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG) konsumen cenderung sesuai dengan kebutuhan. Perubahan ini berdampak pada ritel tipe supermarket ke atas, terutama hipermarket.
”Konsep gerai hipermarket didesain bagi konsumen yang tergolong impulsif atau membeli barang setelah keliling melihat-lihat tanpa berdasarkan kebutuhan,” katanya saat dihubungi, Jumat (19/7/2019).
Sebagai gambaran, kata Tutum, jika hipermarket menjual 50.000 barang dalam satu gerai, supermarket menjual 25.000 barang di antaranya. Sementara, minimarket menjual 2.500 barang dari yang dijual di supermarket.
Pola belanja barang bergerak cepat (fast moving consumer goods/FMCG) konsumen cenderung sesuai dengan kebutuhan. Perubahan ini berdampak pada ritel tipe supermarket ke atas, terutama hipermarket.
Dampak perubahan pola belanja konsumen itu tampak dari pertumbuhan penjualan Giant dan Hypermart. Giant merupakan anak usaha dari PT Hero Supermarket Tbk, sedangkan Hypermart merupakan anak usaha PT Matahari Putra Prima Tbk. Keduanya bergerak di tingkat supermarket dan hipermarket.
Berdasarkan laporan keuangan triwulan-I 2019 yang diakses lewat situs Bursa Efek Indonesia, pendapatan dan penjualan usaha PT Hero Supermarket Tbk sebesar Rp 3,059 triliun. Angka ini meningkat 0,49 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun penjualan bersih PT Matahari Putra Prim Tbk tercatat Rp 1,99 triliun pada triwulan-I 2019. Nilai ini lebih rendah 31,67 persen dibandingkan triwulan-I 2018.
Di sisi lain, salah satu ritel yang bergerak di tingkat minimarket ialah Alfamart dan Indomaret. Alfamart merupakan anak usaha dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, sedangkan Indomaret adalah anak usaha PT Indoritel Makmur Internasional Tbk.
Pada triwulan-I 2019, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 16,71 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pendapatan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk pada triwulan-I 2019 mencapai Rp 38,93 miliar. Angka ini meningkat 57,68 persen dibandingkan triwulan-I 2018.
Menurut Tutum, pertumbuhan minimarket lebih signifikan karena desain gerainya mampu mengakomodasi pola belanja konsumen yang berdasarkan pada kebutuhan. ”Jika ada barang FMCG yang dibutuhkan konsumen, konsumen cenderung ke minimarket yang terjangkau secara jarak dan lebih praktis,” katanya.
Oleh sebab itu, Tutum menilai, supermarket dan hipermarket tidak sekadar memajang barang untuk menghadapi perubahan pola belanja konsumen. Gerai ritel tersebut perlu menawarkan pengalaman selain berbelanja kepada konsumen. Misalnya, dengan menempatkan wahana bermain atau mendesain gerai yang membuat konsumen ingin berfoto dan membagikannya di media sosial.
Giant tengah mengubah sejumlah gerainya agar berkonsep satu tempat berbelanja atau one stop shopping. Salah satunya di Giant Ekspres di Bojongsari, Sawangan, Depok, Jawa Barat.
”Kami ingin konsumen pergi ke Giant tak hanya sekadar berbelanja. Misalnya, kami sediakan kedai kopi agar konsumen bisa ngopi dan berbelanja di tempat yang sama,” kata Project Coordinator Giant Refit PT Hero Supermarket Tbk Maler Oliya saat ditemui di Sawangan, Jumat.
Adapun Giant Ekspres di Bojongsari itu merupakan gerai keempat yang direvitalisasi sejak 2018. Sebelumnya, perusahaan merevitalisasi Giant Ekspres di Kota Baru Parahyangan, Bandung; Cikarang Festival, Bekasi; dan Graha Raya, Tangerang Selatan.
Meskipun tidak mau menyebutkan angkanya, Maler menyatakan, revitalisasi berdampak pada peningkatan transaksi yang tergolong drastis di gerai-gerai tersebut. Perusahaan merevitalisasi gerai Giant demi beradaptasi dengan pola belanja konsumen dan memberikan pengalaman selain berbelanja kepada konsumen.
Perusahaan merevitalisasi gerai Giant demi beradaptasi dengan pola belanja konsumen dan memberikan pengalaman selain berbelanja kepada konsumen.
Volume transaksi turut menjadi pertimbangan gerai Giant yang direvitalisasi. Rata-rata transaksi Giant Ekspres di Bojongsari sebesar Rp 70 juta per hari. Setelah direvitalisasi, gerai ini memiliki kedai kopi dan arena bermain.
Sebelumnya, PT Hero Supermarket Tbk akan menutup enam gerai Giant pada 28 Juli 2019. Direktur PT Hero Supermarket Tbk Hadrianus Wahyu Trikusumo menyatakan, penutupan tersebut dalam rangka transformasi bisnis perusahaan.