Hampir selama 10 tahun, vokalis Band Slank Akhadi Wira Satriaji (45) atau yang akrab disapa Kaka menyukai olahraga menyelam. Olahraga itu pula yang hingga kini membawanya peduli sekaligus belajar mengurangi penggunaan plastik.
Baginya, sampah plastik yang sering ditemukan di permukaan laut atau di pinggir pantai belum ada apa-apanya. Dari menyelam, Kaka sadar betapa banyaknya sampah plastik di dasar laut bahkan pada destinasi-destinasi wisata.
“Ada di banyak tempat diving kayak Bali, Bunaken atau Ambon. Ngenes juga, ternyata yang ngambang itu paling cuma 20 persen,” ungkapnya di Jakarta, Sabtu (20/7/2019).
Semakin seringnya menjumpai plastik atau botol, dalam lima tahun terakhir ia selalu membawa tas jaring saat menyelam. Sambil menikmati pemandangan bawah laut dan memotret, sampah-sampah plastik Kaka kumpulkan dalam tas jaring tersebut.
Salah satu yang menyadarkannya tentang bahaya plastik yakni pengalamannya menyelam di Raja Ampat, Papua. Saat itu, Kaka menemukan sebuah plastik hitam besar di permukaan laut. Saat akan melipatnya, ternyata di dalamnya banyak ikan-ikan kecil yang terjebak.
“Gue kasian aja ngeliat hewan laut yang masih kecil harus jadi korban karena adanya sampah plastik,” katanya.
Pengalaman-pengalaman semacam itu pula yang membuatnya terlibat dalam banyak kampanye tentang sampah plastik. Terakhir, ia terlibat pada aksi penolakan penggunaan sampah plastik sekali pakai bersama 48 kontributor lainnya. Ia turut mengarak replika monster berbahan plastik dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Monumen Nasional (Monas) dalam gelaran Car Free Day (CFD), Minggu (21/7/2019).
Bagi Kaka, terlibat dalam kampanye-kampanye semacam itu membuatnya bisa belajar dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dari dirinya sendiri. Tak mudah menurutnya, apalagi harus mengajak orang lain, skala besar pula.
Meski begitu, cara-cara itu bisa dimulai lewat hal yang sederhana. Menolak sedotan plastik misalnya. Baginya, jauh lebih menyegarkan meneguk minuman dingin langsung dari gelasnya. Sensasi segar langsung menyebar di tenggorokan. Kenikmatan semacam itu, menurutnya tak bisa didapat jika lewat sedotan plastik.
“Mudah aja, kalau pesen minum es teh di warung gak usah lah pakai sedotan. Kalau beli kelapa muda langsung aja diteguk, biarin aja basahnya sampai ke muka, lebih seger,” ujarnya.