Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) setiap tahun kekurangan dana 3 triliun dollar AS secara global, sedangkan program ditargetkan baru selesai pada 2030. Investasi dalam keuangan syariah, yang memiliki tujuan sama untuk keberlangsungan lingkungan dan sosial, dinilai bisa menjadi jawaban.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) setiap tahun kekurangan dana sebesar 3 triliun dollar AS secara global, sedangkan program ditargetkan baru selesai pada 2030. Investasi dalam keuangan syariah, yang memiliki tujuan sama untuk keberlangsungan lingkungan dan sosial, dinilai bisa menjadi jawaban.
SDGs merupakan kesepakatan pada 2015 oleh 193 negara untuk kemajuan ekonomi yang mencegah kerusakan lingkungan dan memperhatikan isu sosial. Investasi berdampak itu sebagai wujud kepedulian terhadap semakin banyaknya dampak dari pembangunan.
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) sebagai inisiator SDGs menyebutkan, setiap tahun biaya untuk pembangunan kekurangan 3 triliun dollar AS. Jumlah itu terus meningkat setiap tahun dengan bertambanya populasi dunia.
Joanne Manda, Senior Advisor for Innovative Financing UNDP, mengatakan, pihaknya sangat tertarik untuk menggabungkan investasi berdampak dengan keuangan syariah. Sebab, keuangan syariah memiliki misi yang sama, yakni untuk pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan faktor lingkungan dan sosial.
”SDGs masih tersisa 11 tahun lagi dari sekarang. Untuk ini kunci agenda ini financing karena program kekurangan biaya 3 triliun dollar AS setiap tahun. Kami ingin berkolaborasi dengan keuangan syariah karena memiliki visi sama dan sangat potensial,” tutur Joanne dalam 4th Annual Islamic Finance Conference (AIFC), Rabu (24/7/2019), di Surabaya, Jawa Timur.
Sebelumnya, salah satu elemen keuangan syariah, zakat, pernah terlibat dengan pembangunan berkelanjutan pada 2018. Saat itu, Badan Amil Zakat Nasional dan Bank Jambi membangun pusat listrik tenaga air untuk empat desa di Jambi. Total proyek itu mencapai Rp 4,8 miliar.
Menurut Joanne, UNDP berharap kolaborasi keuangan syariah dan investasi berdampak bisa kembali terwujud. Adapun UNDP sedang mencari celah lain dari instrumen investasi di keuangan syariah selain dana sosial. Mereka mencari celah agar investasi tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
Walid Abdelwahab, Director General Country Relations and Services Islamic Development Bank (IsDB), mengucapkan, prospek Indonesia sangat besar untuk menggabungkan investasi berdampak dan keuangan syariah. Adapun Indonesia merupakan negara dengan potensi keuangan syariah terbesar di Asia Tenggara. Menurut Islamic Banker Association, Indonesia berada di peringkat ke-6 dalam hal keuangan syariah.
Potensi besar tersebut didukung dengan banyaknya persamaan keuangan syariah dan investasi berdampak. ”Mereka ini sama-sama berbasis nilai. Nilai yang berkontribusi langsung ataupun tidak langsung terhadap kehidupan sosial, pembangunan, dan standar lingkungan,” kata Walid.
Prospek Indonesia sangat besar untuk menggabungkan investasi berdampak dan keuangan syariah. Indonesia merupakan negara dengan potensi keuangan syariah terbesar di Asia Tenggara.
Berdasarkan Mekar Impact Fund, Indonesia berpotensi terlibat dalam investasi berdampak mencapai 23 miliar dollar AS pada 2019-2023. Segmen paling potensial adalah energi yang diperkirakan mencapai 4,4 miliar dollar AS.
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo menyampaikan, keuangan syariah memiliki potensi peran yang besar dalam investasi berdampak.
”Tujuan investasi syariah adalah untuk mencapai hal yang baik dan menghindari hal yang haram serta adanya kewajiban mengeluarkan zakat kepada yang berhak. Hal ini sejalan dengan impact investing, yaitu tujuan bisnis tetap tercapai dan bisa memberikan manfaat kepada masyarakat dalam mencapai SDGs,” ucap Mardiasmo.
Selain itu, lanjutnya, dana sosial yang dikelola secara syariah bisa dalam bentuk wakaf tunai. Hasilnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas masyarakat seperti sanitasi serta nutrisi ibu dan anak. Pemerintah juga sedang mengembangkan investasi dalam green sukuk.
AIFC merupakan acara tahunan yang menghadirkan para pembuat kebijakan, ekonom, akademisi, dan pelaku industri, baik dari dalam negeri maupun dari internasional, untuk mendiskusikan berbagai isu ekonomi dan keuangan syariah. Dalam penyelenggaraan keempat kalinya ini, AIFC membawa topik penggabungan keuangan syariah dan investasi berdampak untuk SDGs.