Menyaksikan Superioritas Udara TNI AU dalam Latihan Berbiaya Rp 217 Miliar
Suara pesawat terbang tanpa awak Skadron Udara 51 seketika memecah keheningan langit biru di kawasan Air Weapon Range Pandanwangi, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Rabu (24/7/2019) pagi, sekitar pukul 09.00. Wilayah berpasir di pinggiran pantai selatan Lumajang itu sontak menjadi ”arena tempur”.
Kedatangan pesawat ini sekaligus menandai dimulainya fire power demo (FPD) sebagai puncak dari latihan Angkasa Yudha 2019 oleh TNI Angkatan Udara. Sebelum operasi tempur dilaksanakan, kegiatan FPD kali ini didahului dengan operasi intelijen.
FPD atau demo penembakan udara secara langsung melibatkan seluruh jenis pesawat tempur TNI AU. Kegiatan ini menunjukkan kemampuan penembakan rudal, bom, roket, dan meriam pesawat serta unjuk kemampuan pasukan khas dalam segala jenis simulasi pertempuran matra udara.
Pesawat terbang tanpa awak (PTTA) Skadron Udara 51 yang terbang pada ketinggian 12.000 kaki melaksanakan pengintaian udara terhadap sasaran target yang akan dihancurkan. Pesawat ini memiliki kemampuan pengintaian taktis yang dapat beroperasi pada siang ataupun malam hari.
Selain itu, ketahanan PTTA Skadron Udara 51 juga cukup lama sehingga proses pengumpulan data intelijen menjadi sangat efektif. Ketahanan ini guna mendukung pelaksanaan operasi udara ataupun operasi lain yang bersifat interoperability, baik dengan matra darat, laut, maupun kepolisisan.
Skadron Udara 51 sebagai unsur intai taktis berkemampuan menyajikan data secara real time. Dengan begitu, fungsi kontrol dalam pelaksanaan operasi serta mekanisme pengambilan keputusan dapat dilaksanakan secara cepat, efektif, dan efisien.
Tak lama setelah itu, Boeing 737-200 dari Skadron Udara 5, Lanud Hasanudin, Makassar, juga melaksanakan operasi pengamatan dan pengintaian udara strategis. Operasi ini untuk memetakan kekuatan lawan dan sasaran yang akan dihancurkan oleh pesawat-pesawat militer yang berada dalam wilayah musuh.
Boeing 737 intai maritim milik TNI AU mempunyai durasi terbang selama 3,5 jam non-stop serta dapat menjelajah sejauh 2.400 kilometer. Kemampuan ini membuat Boeing 737 Skadron Udara 5 cocok untuk digunakan dalam berbagai misi intai, khususnya maritim, dan dapat memantau wilayah Indonesia yang luas secara berkesinambungan.
Boeing 737 Surveillance Skadron Udara 5 juga telah dilengkapi sensor kamera resolusi tinggi MX-20HD Electro Optical and Infrared (EO/IR). Kamera MX-20HD merupakan sensor digital elektro-optik dengan kemampuan high-definition.
Kamera ini mampu untuk melakukan tugas intelijen, pengawasan, dan pengintaian yang dilakukan oleh pesawat patroli maritim dengan ketinggian hingga 35.000 kaki atau setara dengan 10,6 km.
Selain itu, kamera mampu melakukan pengawasan selama 24 jam tanpa henti dengan wide angle zoom. Untuk memindai suatu obyek di kejauhan pun, laser range finder milik kamera Boeing 737 Skadron Udara 5 mempunyai jarak efektif hingga 30 km dengan range resolution 2-5 meter.
Pesawat B-737-200 Skadron Udara 5 dalam misi kali ini akan melaporkan situasi medan operasi kepada Komando Atas untuk dipancarkan kepada mission commander dan flight leader dalam setiap package pada composite strike.
Setelah dua pesawat mengintai, kemudian dilakukan penerjunan infiltrasi dua prajurit pasukan khas (paskhas). Kedua prajurit paskhas terjun dari pesawat CN-295 dengan ketinggian 10.000 kaki yang dilengkapi wingsuit.
Pakaian terjun wingsuit baru pertama kali digunakan di Indonesia. Pakaian terjun ini memiliki desain khusus, yaitu sebelum payung mengembang, peterjun dapat melayang lebih lama di udara. Selain itu, pakaian wingsuit mampu menginfiltrasi dengan jarak jauh dan memiliki tingkat kerahasiaan tinggi.
Penerjunan dua paskhas diikuti enam penerjun dari Satuan Bravo 90 Paskhas yang bertugas melaksanakan operasi khusus intelijen dan sabotase terhadap sasaran strategis musuh. Infiltrasi dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan operasi puncak dengan tujuan mengumpulkan data intelijen aktual tentang cuaca, medan, dan musuh di wilayah lawan.
Kemudian 13 personel tim pengendali tempur (dalpur) juga diterjunkan dari pesawat CN-295 yang terbang pada ketinggian 10.000 kaki dari permukaan tanah. Tim dalpur dikenal sebagai tim elite paskhas yang merupakan pasukan pendahulu sebelum serangan untuk menyusup ke wilayah musuh dan mengumpulkan data intelijen.
Keberadaan tim dalpur berguna untuk membantu perencanaan dan pelaksanaan operasi bantuan tembakan udara, operasi penerjunan, dan operasi pendaratan. Tim ini bertugas memberikan informasi daerah operasi, mengendalikan pesawat udara untuk penembakan udara, dan penerjunan.
Penggempuran obyek vital musuh
Dalam puncak latihan Angkasa Yudha 2019 juga dilaksanakan operasi udara serangan strategis (OUSS), operasi udara perlawanan, operasi mobilitas udara, dan operasi khusus. Berbagai operasi ini melibatkan 59 pesawat, termasuk pesawat tempur, pesawat transportasi militer, dan helikopter.
Baca juga: ”Fire Power Demo” dan Superioritas TNI AU
OUSS berupa composite strike merupakan penggempuran sasaran-sasaran bernilai strategis yang menjadi centre of gravity musuh guna menetralisir kemampuan dan menurunkan moril musuh dalam peperangan. Operasi ini dilakukan sebanyak dua kali.
Composite strike yang diawali suppression of enemy air defense (SEAD) dilaksanakan oleh dua pesawat F-16 Figthing Falcon dengan rudal air to ground missile AGM-65 Maverick dan dua pesawat Sukhoi Su-27/30 rocket air to ground S-8.
Pesawat-pesawat ini bertugas menghancurkan kekuatan pertahanan udara musuh. SEAD diperlukan agar musuh tidak dapat melacak keberadaan unsur pesawat composite strike lainnya. Dengan melakukan serangan ini, unsur composite strike berikutnya dapat lebih mudah dan aman untuk menghancurkan sasaran obyek vital milik lawan.
Pesawat F-16 Fighting Falcon mempunyai kemampuan yang ditakuti dalam pertarungan udara. Dengan desain aerodinamis, performa engine yang superior, serta persenjataan canggih, pesawat F-16 Fighting Falcon TNI AU akan memberikan efek deterrent yang tinggi kepada musuh.
Sementara pesawat Sukhoi Su-27/30 Skadron Udara 11 merupakan pesawat multirole fighter generasi 4,5. Pesawat ini memiliki fungsi sebagai alat buru sergap dan mampu melaksanakan operasi tempur taktis. Dengan kecepatan terbang hingga 2,35 MN, pesawat ini mampu mengejar atau meng-intercept musuh dengan jarak 650 Nautical Mile atau setara dengan 1.200 km.
Pesawat Sukhoi Su-27/30 menggunakan dua mesin jenis AL-31F yang merupakan mesin turbo jet dan mampu memberikan kekuatan maksimal sebesar 27.560 lb. Pesawat ini mampu terbang hingga ketinggian maksimum 57.400 kaki atau setinggi 17.500 km dengan kemampuan menanjak sebesar 759 kaki per detik atau sebesar 230 meter per detik.
Dalam mempersiapkan latihan puncak Angkasa Yudha 2019, dana yang digunakan mencapai Rp 217 miliar. Dana ini digunakan untuk segala kebutuhan latihan selama kurang lebih tiga bulan.
Pesawat Sukhoi memiliki luas sayap 668 feet persegi atau 62.037 meter persegi dan pembangkit listrik dengan dua mesin bertenaga tinggi dan stabil. Dengan begitu, pesawat Sukhoi dapat mengembangkan sistem mode manuveribility yang dapat menjadi efek detterant yang sangat besar dalam hubungan international, khususnya dalam bidang pertahanan.
Dalam era modern saat ini, pesawat Sukhoi merupakan salah satu pesawat canggih dan ditakuti oleh lawan. Sukhoi dapat menyerang dan menghancurkan berbagai obyek vital musuh, antara lain sistem pertahanan udara musuh, berbagai jenis radar, jembatan, fasilitas industri, kendaraan lapis baja, dan kapal perang.
Serangan udara langsung
Setelah sasaran obyek vital musuh hancur, pertempuran dilanjutkan dengan empat pesawat Hawk 209 dengan sebutan ”Elang Flight” dan empat pesawat T-50i Golden Eagle dengan sebutan ”Dolphin Flight”. Pesawat-pesawat ini sebagai gelombang ketiga dalam composite strike untuk melaksanakan misi serangan udara langsung (SUL).
Misi SUL dilaksanakan untuk menghancurkan sisa kekuatan musuh yang dianggap berpotensi menghambat dan mengganggu jalannya misi operasi perebutan dan pengendalian pangkalan udara (OP3U). Misi ini dilaksanakan rocketting sebanyak 28 rocket FFAR dan delivery bombing sebanyak 4 Bomb Mk 82.
Pesawat Hawk 209 memiliki teknologi glass cockpit sehingga seluruh informasi pesawat ditampilkan dalam head Up display dan multi purpose display. Teknologi ini memudahkan pilot dalam mengendalikan pesawat walaupun bermanuver dalam kecepatan tinggi.
Sementara Pesawat T-50i merupakan pesawat tempur buatan Korea Selatan yang didatangkan pada 2014 dan ber-home base di Skadron Udara 15 Pangkalan Udara (Lanud) Iswahjudi. Kecepatan pesawat ini mencapai 1,5 kali kecepatan suara atau setara dengan 1.200 km per jam sehingga dapat cepat menyergap pesawat lawan yang berusaha memasuki wilayah kedaulatan Indonesia.
Bantuan tembakan udara
Setelah sasaran berupa obyek-obyek vital musuh hancur akibat OUSS berupa composite strike serta keberhasilan misi OP3U, pasukan musuh mulai terdesak. Namun, para gerilyawan musuh masih berusaha melakukan perlawanan dengan mendirikan pos-pos pertahanan di daerah yang terlindung.
Dari informasi intelijen, pasukan musuh berusaha mencegat pasukan darat yang akan melaksanakan infiltrasi dan penghancuran ke daerah sasaran yang telah ditentukan. Untuk itu, Panglima Komando Tugas Udara Gabungan memberikan perintah kepada Satuan Tugas Tempur unsur Super Tucano untuk melaksanakan operasi bantuan tembakan udara.
Operasi ini merupakan serangan dari udara ke darat untuk menghancurkan kekuatan musuh yang berada di titik-titik strategis. Dengan begitu, pasukan darat kawan dapat diterjunkan dan bergerak maju untuk menguasai medan pertempuran.
Dalam misi ini, diterjunkan tiga pesawat Super Tucano dengan sebutan ”Tucano Flight” menggunakan profil dive bombing CCIP. Pesawat ini datang dari ketinggian 1.500 kaki dengan kecepatan 250 knot. Seluruh pesawat tucano dipersenjatai dengan total 8 Bomb MK-81 yang memiliki radius ledakan sejauh 700 meter.
Biaya hingga Rp 217 miliar
Dalam mempersiapkan latihan puncak Angkasa Yudha 2019, dana yang digunakan mencapai Rp 217 miliar. Dana ini digunakan untuk segala kebutuhan latihan selama kurang lebih tiga bulan.
Latihan diawali dengan geladi posko untuk membuat rencana operasi yang disimulasikan melalui komputer. Dana dalam latihan ini mencapai Rp 852 juta.
Kemudian dilanjutkan latihan orientasi misi sebelum masuk dalam tahap manuver lapangan. Dalam tahap manuver lapangan, terdapat latihan baik di darat maupun udara dengan total dana mencapai Rp 55,5 miliar.
Sementara untuk fire power demo, total biaya yang digunakan mencapai Rp 160 miliar. Dengan begitu, total dana yang digunakan selama latihan hingga puncaknya mencapai Rp 217 miliar.
Biaya ini juga termasuk dalam biaya jam terbang latihan yang menghabiskan sekitar Rp 123,3 miliar untuk 640 jam terbang. Untuk pesawat tempur mencapai 300 jam terbang, pesawat angkut mencapai 228 jam terbang, dan helikopter mencapai 31 jam.
Kegiatan fire power demo didukung 2.400 prajurit TNI AU, 59 pesawat, dan 18 skadron. Latihan puncak ini menjadi bekal bagi para prajurit TNI AU sebelum mengikuti latihan gabungan bersama matra lain pada September mendatang.
Baca juga: Puncak Latihan Angkasa Yudha TNI AU
Latihan Angkasa Yudha 2019 menunjukkan profesionalisme tinggi dari para prajurit TNI AU, termasuk dalam mengoperasikan alat utama sistem senjata. Hal ini menunjukkan bahwa TNI AU siap melindungi kedaulatan negara Indonesia.