Upaya memadamkan api yang membakar sampah di Tempat Pengolahan Akhir Putri Cempo, Solo, Jawa Tengah, Selasa (30/7/2019), terus dilakukan. Namun, api sulit dipadamkan akibat sejumlah kendala.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Upaya memadamkan api yang membakar sampah di Tempat Pengolahan Akhir Putri Cempo, Solo, Jawa Tengah, Selasa (30/7/2019), terus dilakukan. Namun, api sulit dipadamkan akibat kencangnya tiupan angin serta banyaknya sampah kering dan berbahan plastik.
Berdasarkan pantauan, Selasa, asap putih mengepul dari sampah yang terbakar ataupun di titik yang telah dipadamkan. Api terlihat merembet ke tumpukan sampah yang menggunung di sisi timur.
Meskipun kebakaran belum padam, aktivitas pembuangan sampah tetap berjalan normal. Para pemulung juga masih beraktivitas di TPA tersebut. ”Pagi tadi api membesar lagi. Padahal, sebelumnya sudah mengecil,” kata Mbiyem (65), pemulung yang masih tetap beraktivitas mengumpulkan plastik bekas di TPA Putri Cempo.
Api mulai membakar tumpukan sampah di TPA Putri Cempo, Senin (29/7/2019) siang. Petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran Solo, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, dan para sukarelawan sejak kemarin berusaha memadamkan dan mengendalikan api.
”Ini kami kirimkan dua unit pemadam kebakaran, ditambah dua mobil tangki dari DLH Solo serta satu mobil tangki dari BPBD Solo,” kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Solo Gatot Sutanto.
Menurut Gatot, upaya pemadaman kebakaran sampah yang menggunung di TPA Putri Cempo mengalami sejumlah kesulitan, antara lain angin bertiup kencang. Selain itu, banyak sampah kering dan berbahan plastik sehingga mudah terbakar dan membuat api menyala lama.
Lokasi titik api juga sulit dijangkau karena berupa bukit sampah yang terjal sehingga kendaraan pemadam kesulitan mendekati titik api.
Selain itu, ia mengatakan, kendala juga muncul akibat sumber air yang jauh dari lokasi kebakaran. Hal itu menyebabkan api yang sudah mengecil dan hampir padam jadi membesar lagi saat ditinggalkan petugas untuk mengambil air.
Gatot menambahkan, lokasi titik api juga sulit dijangkau karena berupa bukit sampah yang terjal sehingga kendaraan pemadam kesulitan mendekati titik api. Petugas pemadam harus menaiki bukit sampah sambil membawa selang dan peralatan lain yang dibutuhkan.
”Pemadaman pada malam hari juga mengalami kesulitan karena kurangnya penerangan, untung kami dibantu peralatan dari sukarelawan,” katanya.
Kebakaran yang masih belum bisa dipadamkan membuat warga sekitar terdampak asap. Tuminah (55), warga Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mengatakan, asap tercium hingga perkampungan yang berada di sisi utara TPA Putri Cempo.
Lokasi TPA masuk wilayah Solo, tetapi berbatasan langsung dengan Karanganyar. ”Di rumah sudah pakai masker, masih bau asap juga. Semoga bisa segera dipadamkan,” ujarnya.
Asap juga memengaruhi kegiatan belajar-mengajar di SDN 2 Plesungan yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari TPA. Sejumlah siswa mengenakan masker untuk mengurangi dampak asap. Kepala SDN 2 Plesungan Sukatno mengatakan telah membagikan masker kepada siswa kelas I.
Namun, siswa kelas II-VI belum memakai masker karena persediaan milik sekolah sudah habis. ”Maskernya kurang. Masker yang dibagikan kepada siswa kelas I itu adalah kelebihan (sisa bantuan) waktu kebakaran TPA Putri Cempo tahun lalu,” ujarnya.
Sukatno mengatakan telah meminta bantuan masker kepada puskesmas setempat dan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Gondangrejo. Akan tetapi, bantuan masker belum dikirimkan. ”Jika asap pekat, siswa akan saya pulangkan lebih awal. Tetapi, ini asap tidak begitu pekat, jadi waktu pulang sekolah masih normal,” katanya.