Retno Gandeng Menlu China Kerja Sama Buru Agen Pengantin Pesanan di China
›
Retno Gandeng Menlu China...
Iklan
Retno Gandeng Menlu China Kerja Sama Buru Agen Pengantin Pesanan di China
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi bertemu dengan Menlu China Wang Yi dan menyampaikan dorongan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan China dalam memburu agen-agen pelaku pengantin pesanan di kedua negara.
Oleh
MH SAMSUL HADI, DARI BANGKOK, THAILAND
·3 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi bertemu dengan Menlu China Wang Yi dan menyampaikan dorongan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan China dalam memburu agen-agen pelaku pengantin pesanan di kedua negara. Kerja sama kedua negara diharapkan juga bisa mencegah kasus-kasus tersebut terulang.
Dorongan kerja sama itu disampaikan Retno dalam pertemuan bilateral dengan Wang di sela-sela pertemuan para menlu ASEAN di Bangkok, Thailand, Selasa (30/7/2019). Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perempuan dari beberapa wilayah di Indonesia menjadi korban perdagangan orang dengan modus pengantin pesanan atau kawin kontrak dengan pria asal China.
Jaringan pelaku perdagangan orang dengan modus pengantin pesanan itu berada di China dan Indonesia. Pelaku di China mencari pria China yang butuh perempuan, sedangkan pelaku di Indonesia bertugas merekrut korban, mengatur pertunangan, mengurus dokumen di daerah, hingga mengurus visa dan pemberangkatan korban ke China.
Saat ini terdapat 18 korban pengantin pesanan yang masih tertahan di Kedutaan Besar RI di Beijing, China, untuk menunggu kepastian pemulangan ke Indonesia. Dalam pertemuan dengan Wang, Retno meminta Pemerintah China agar bisa memfasilitasi kepulangan mereka ke Indonesia.
”Saya menjelaskan kepada Menlu Wang Yi mengenai situasinya, mengenai isunya, mengenai penjelasan yang diberikan oleh para korban yang saya temui di Pontianak,” kata Retno kepada wartawan, Selasa malam. ”Dari diskusi itu, saya sampaikan kepada Menlu Wang Yi bahwa ada pola yang sama yang semakin menguatkan dugaan kita bahwa ada TPPO (tindak pidana perdagangan orang, ada perdagangan orang ilegal.”
Dalam pertemuan bilateral itu, Retno menegaskan bahwa kasus-kasus pengantin pesanan yang melibatkan para pria warga China itu termasuk perdagangan orang. Ia meminta Wang agar melihat kasus-kasus tersebut melalui pendekatan perdagangan orang.
”Saya meminta kepada Menlu Wang Yi untuk mulai melihat isunya dari pendekatan trafficking (perdagangan orang), tidak hanya dari isu keluarga, tetapi dari pendekatan trafficking,” ujar Retno.
Selain menyampaikan permintaan agar Pemerintah China memfasilitasi pemulangan 18 korban pengantin pesanan yang masih tertahan di KBRI Beijing, Retno juga menyampaikan kepada Wang agar Pemerintah Indonesia dan Pemerintah China lebih berhati-hati dalam melegalisasi dokumen-dokumen yang terkait perkawinan campuran antara warga China dan Indonesia.
Saya meminta kepada Menlu Wang Yi untuk mulai melihat isunya dari pendekatan trafficking (perdagangan orang), tidak hanya dari isu keluarga, tetapi dari pendekatan trafficking.
Seperti diberitakan Kompas pada 11 Juli 2019, jaringan pelaku perdagangan orang dengan modus pengantin pesanan bekerja dengan rapi. Pelakunya berada di dua negara. Pelaku di China mencari pria China yang butuh perempuan, sedangkan pelaku di Indonesia ada tiga kelompok.
Mahadir, Ketua DPC Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Mempawah, mencontohkan, jaringan di Kalbar bertugas merekrut korban, mengatur pertunangan, dan mengurus dokumen di daerah. Adapun pelaku di Jakarta mengurus visa dan pemberangkatan korban ke China.
”Kita sadar bahwa pernikahan itu adalah hak asasi setiap orang. Namun, tidak ada salahnya—karena sudah banyak sekali korban—kita perlu menambah kehati-hatian pada saat dokumen-dokumen itu harus dilegalisasi,” kata Retno mengenai pertemuannya dengan Wang.
Kepada Wang, Retno juga menyampaikan hasil perjalanannya ke Pontianak, Kalimantan Barat, 25 Juli lalu, terkait kasus pengantin pesanan tersebut. Selain menyerahkan dua korban pengantin pesanan asal Kalbar yang baru dipulangkan dari China, saat itu Retno juga membahas penanganan kasus tersebut dengan Gubernur Kalbar Sutarmidji, Kepala Polda Kalbar Inspektur Jenderal Didi Haryono, dan sejumlah pemangku kepentingan terkait penanganan perdagangan orang di Kalbar.
Beberapa hari sebelumnya, Retno juga membahas kasus tersebut dengan Duta Besar China untuk Indonesia di Jakarta. Secara terpisah, Duta Besar Indonesia untuk China juga bertemu dengan pejabat Kementerian Luar Negeri China di Beijing.
”Saya sampaikan bahwa di Indonesia—paling tidak dari kunjungan saya ke Pontianak, dari (penjelasan) Pak Kapolda (Kalbar)—sudah ada empat orang yang menjadi tersangka. Mungkin dari pendalaman yang dilakukan oleh polisi kita, akan dapat kita share untuk mengejar agen-agen yang ada di China,” ujar Retno soal pertemuannya dengan Wang.
Dalam pertemuan itu, lanjut Retno, Wang menanyakan soal keterlibatan warga China sebagai agen pengantin pesanan. ”Saya sampaikan, biasanya kejahatan transnasional seperti ini melibatkan orang Indonesia di Indonesia dan juga China,” ujarnya. Menurut Retno, dalam pertemuan tersebut, Wang berjanji memberikan perhatian yang tinggi terhadap isu pengantin pesanan yang disampaikan Pemerintah Indonesia.