Kemunculan Ikan Tidak Berhubungan dengan Lempeng Tektonik
›
Kemunculan Ikan Tidak...
Iklan
Kemunculan Ikan Tidak Berhubungan dengan Lempeng Tektonik
Sejumlah gempa mengguncang Banyuwangi, Jawa Timur, dan sekitarnya dalam seminggu terakhir. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut, itu terjadi sebagai penanda aktifnya kembali zona transisi megathrust.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah gempa mengguncang Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan sekitarnya dalam seminggu terakhir. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono menyebut, hal itu terjadi sebagai penanda aktifnya kembali zona transisi megathrust.
Belakangan muncul juga fenomena munculnya sejumlah ikan di permukaan perairan Banyuwangi selatan. Sejumlah warga menghubungkan fenomena tersebut dengan potensi gempa besar yang akan terjadi di selatan Jawa. Namun, hal tersebut dibantah oleh Daryono.
Aktifnya Zona Transisi Megathrust-Benioff sempat disampaikan Daryono melalui cuitan di media sosial Twitter pada 29 Juli. ”Zona Transisi Megathrust-Benioff di selatan Banyuwangi dan Bali aktif lagi M 4,7 guncang Banyuwangi,” tulisnya.
Dihubungi dari Banyuwangi, Kamis (1/8/2019), Daryono menjelaskan, lempeng tektonik memiliki bagian yang dangkal, landai, dan menukik. Zona Transisi Megathrust-Benioff adalah lempeng tektonik yang menukik, menujam (tersubduksi) ke bawah lempeng lain itu.
”Lempeng tektonik yang landai dan dangkal disebut zona megathrust, sedangkan yang dalam dan menukik itu disebut zona Benioff. Lempeng pada bagian yang menghubungkan antara zona megathrust dan Benioff itu disebut transisi Megathrust-Benioff,” tuturnya.
Daryono mengatakan, aktifnya Zona Transisi Megathrust merupakan hal yang normal. Menurut dia, zona subduksi aktif pasti akan terus aktif dan aktif kembali.
Kompas mencatat, sedikitnya ada tujuh gempa berkekuatan M 5 hingga M 6 yang terjadi dalam dua minggu terakhir. Gempa yang paling kuat terjadi pada 16 Juli hingga menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan, melukai dua orang, dan menyebabkan satu orang meninggal.
Gempa yang mengguncang Banyuwangi beberapa minggu terakhir mengingatkan masyarakat pada bencana tsunami yang menyapu Banyuwangi bagian selatan 25 tahun lalu, tepatnya 3 Juni 1994. Kala itu, tsunami menyebabkan korban jiwa mencapai 300 orang.
”Kendati sama-sama di bagian selatan Jawa, penyebab gempanya pada bagian yang berbeda. Kalau tsunami 1994 itu di zona megathrust, bagian subduksi yang lebih dangkal. Berbeda dengan yang aktif saat ini Zona Transisi Megathrust,” ujarnya.
Setelah sejumlah gempa yang mengguncang Banyuwangi, beredar kabar kemunculan sejumlah ikan di perairan selatan Banyuwangi. Sejumlah warga pun menyangkutpautkan fenomena tersebut dengan potensi gempa yang bakal mengguncang Banyuwangi.
Fenomena munculnya ikan di permukaan dibenarkan oleh Umar Hasan Sein, nelayan di Muncar. ”Belakangan sering terjadi (ikan muncul ke permukaan). Itu ikan belanak atau sledeng. Munculnya ikan tersebut bukan penanda terjadinya musim ikan,” katanya.
Namun, Daryono membantah fenomena tersebut berkaitan dengan potensi gempa. Ia juga tidak membenarkan bahwa fenomena tersebut akibat kembali aktifnya Zona Transisi Megathrust.
”Fenomena alam itu (ikan naik ke permukaan) merupakan hal biasa. Kejadian serupa pernah terjadi di Pantai Canggu, Bali. Hal ini terjadi karena suhu muka laut dingin sehingga banyak ikan naik ke permukaan, lalu ikan-ikan tersebut terbawa ombak hingga ke tepi pantai,” ujarnya.