IHSG Anjlok, Gangguan Listrik Salah Satu Faktornya
›
IHSG Anjlok, Gangguan Listrik ...
Iklan
IHSG Anjlok, Gangguan Listrik Salah Satu Faktornya
Indeks Harga Saham Gabungan terus terkoreksi sejak pembukaan pada Senin (5/8/2019).
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan terus terkoreksi sejak pembukaan pada Senin (5/8/2019). Anjloknya IHSG dinilai terjadi salah satunya akibat gangguan listrik di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang terjadi sejak Minggu siang.
Selain faktor itu, perang dagang Amerika Serikat dengan China dan pelemahan rupiah akibat rilis pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019 juga menjadi penyebab anjloknya IHSG. Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2019 sebesar 5,05 persen dibandingkan periode sama 2018.
Pada penutupan Senin sore, IHSG turun 2,59 persen sejak pembukaan pada Senin pagi ke level 6.175. Ini merupakan level terendah IHSG sejak 17 Juni 2019 yang sempat menyentuh level 6.190.
Hans Kwee, Direktur Utama Investa Saran Mandiri, mengatakan, salah satu penyebab IHSG terkoreksi adalah persoalan domestik. Persoalan itu meliputi gangguan listrik yang terjadi di sebagian wilayah Pulau Jawa sejak Minggu pukul 11.50.
Pemadaman listrik pada Minggu terjadi hingga malam hari disebabkan kerusakan pada tiga sirkuit saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di jalur selatan dan utara Jawa. Kejadian tersebut menyebabkan pasokan listrik ke wilayah barat Pulau Jawa terhenti total.
”Dari dalam negeri, pemadaman listrik yang cukup panjang memengaruhi terkoreksinya IHSG. Itu menjadi salah satu yang menekan pasar,” kata Hans, Senin, kepada Kompas.
Menurut Hans, gangguan listrik yang cukup lama hingga 7 jam dan belum pulih seutuhnya hingga Senin siang membuat investor cukup khawatir. Pemadaman listrik akan mengganggu aktivitas bisnis. Apalagi, pemadaman terjadi di pusat ekonomi nasional, yakni Pulau Jawa.
Pengaruh pemadaman listrik itu bersifat sementara. Kendati demikian, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus menjamin hal tersebut tidak terulang lagi kemudian hari. ”Kalau terus-menerus pasti membuat kepercayaan investor menurun,” ujarnya.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus menjamin hal tersebut tidak terulang lagi kemudian hari. Kalau terus-menerus pasti membuat kepercayaan investor menurun.
Tekanan perang dagang
Di sisi lain, tekanan terbesar penurunan IHSG berasal dari perang dagang Amerika Serikat dan China. Perang dagang semakin memanas akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya, pada Kamis, Trump mengumumkan, AS akan mengenakan bea masuk sebesar 10 persen bagi produk impor asal China, yakni senilai 300 dollar AS. Kebijakan tersebut menurut rencana berlaku mulai awal September.
”Kondisi perang dagang menjadi faktor utama penyebab IHSG terkoreksi. Anjloknya IHSG itu turut didorong persoalan domestik, yaitu gangguan listrik,” kata Hans.
Kondisi perang dagang menjadi faktor utama penyebab IHSG terkoreksi. Anjloknya IHSG itu turut didorong persoalan domestik, yaitu gangguan listrik.
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan, penurunan IHSG lebih karena faktor global. Salah satunya perang dagang. ”Kita bisa lihat pasar Asia juga terkoreksi cukup dalam. Ini membuktikan penurunan lebih karena faktor global dibandingkan domestik,” kata Nafan.
Penurun IHSG diikuti juga oleh indeks negara lain khususnya Asia yang masuk zona merah. Indeks Nikkei turun 1,74 persen ke level 20.720, indeks Hang Seng turun 2,85 persen ke level 26.151, sementara indeks Shanghai melemah 1,62 persen ke level 2.821.
Menurut Nafan, faktor domestik yang memengaruhi penurunan IHSG adalah pelemahan nilai rupiah. Setelah rilis pertumbuhan ekonomi Badan Pusat Statistik triwulan II-2019, Senin siang, rupiah melemah ke posisi 14.290 per dollar AS.
”Faktor pelemahan rupiah turut memengaruhi walaupun yang utama merupakan sentimen global. Faktor domestik lain juga ada seperti pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019 yang hanya 5,05 persen, menurun dari triwulan I-2019, 5,17 persen,” tutur Nafan.
Nafan tidak melihat gangguan listrik berdampak secara langsung terhadap pasar. Meski demikian, dia berharap pemerintah bergerak cepat menyelesaikan persoalan listrik.
”Saya melihat belum terlalu berpengaruh karena pasar global termasuk Asia juga negatif. Namun, harus secepatnya diselesaikan karena ini urusan infrastruktur di bidang energi. Jangan sampai berlarut larut dan menjadi isu nasional,” tuturnya.
Adapun gangguan listrik tidak mengganggu operasional Bursa Efek Indonesia (BEI). Fithri Hadi Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI mengatakan, perdagangan di bursa berjalan normal meski terjadi pemadaman listrik. BEI memiliki sumber listrik cadangan di pusat data mereka untuk mengantisipasi pemadaman.