Untuk sementara, keluarga Mbah Moen telah sepakat jenazah Mbah Moen akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la yang berlokasi di utara Masjidil Haram, Mekkah.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Negara siap membantu pemakaman KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen, baik di Arab Saudi maupun di Tanah Air. Untuk sementara, keluarga Mbah Moen sepakat jenazah akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la yang berlokasi di utara Masjidil Haram, Mekkah.
Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi, Mohammad Hery Saripudin saat dihubungi Kompas dari Jakarta, Selasa (6/8/2019), menjelaskan, pihaknya telah berkomunikasi dengan keluarga KH Maimoen Zubair di Indonesia mengenai lokasi pemakaman almarhum.
Untuk sementara, mereka sepakat memakamkan jenazah Mbah Moen di Mekkah, Arab Saudi. Akan tetapi, keputusan tersebut belum final. Pihaknya masih menunggu pertimbangan dari istri Mbah Moen yang mendampinginya melaksanakan ibadah haji.
Pertimbangan istri penting karena, selain adanya keinginan agar almarhum dimakamkan di Mekkah, ada pula harapan agar Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta tokoh sepuh di Partai Persatuan Pembangunan tersebut dipulangkan dan dimakamkan di Tanah Air.
”Kami akan menyiapkan proses pemakaman, apa pun opsi yang akan diambil nantinya,” kata Hery.
Hery menjelaskan, jika keputusannya di Arab Saudi, jenazah akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la yang berlokasi di utara Masjidil Haram, Mekkah. Di kompleks pemakaman tersebut, bersemayam para keturunan Nabi Muhammad SAW, di antaranya buyut, paman, kakek, dan istri.
”Kalau dipulangkan ke Tanah Air, butuh waktu 2-3 hari karena kami harus mengurus sejumlah perizinan,” kata Hery.
Dikutip dari Kompas.com, Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Dalam Negeri Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan bahwa jenazah tokoh Nahdlatul Ulama Kiai Haji Maimoen Zubair akan dimakamkan di Mekkah.
”Keluarga menghendaki almarhum dimakamkan di Mekkah,” ujar pria yang akrab disapa Gus Rozin ini kepada Kompas.com, Selasa.
Menurut Gus Rozin, jenazah Mbah Moen akan dishalatkan di Masjidil Haram selepas waktu shalat dzuhur. Setelah itu, jenazah dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la.
Wasiat Mbah Moen
Khatib Aam PBNU sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Yahya Cholil Staquf mengenang Mbah Moen sebagai sosok yang teguh dalam menjaga nilai-nilai kebinekaan. Pada 2018, Yahya dan beberapa akademisi dan aktivis kemanusiaan dari California, Amerika Serikat, sempat mengunjungi almarhum.
Saat itu, mereka terkesima dengan nasihat Mbah Moen yang menekankan ihwal persaudaraan sesama umat manusia. Hal itu juga harus dijaga bangsa Indonesia yang masyarakatnya multikultur.
”Kita semua ini, seluruh umat manusia, adalah saudara. Sama-sama keturunan Nuh ’alaihis salaam. Maka, yang terpenting adalah bagaimana agar bangsa Indonesia ini bisa memberi teladan kepada dunia tentang kehidupan ber-Bhinneka Tunggal Ika,” kata Yahya menirukan nasihat Mbah Moen.
Sementara tokoh Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, mengatakan, meninggalnya Mbah Moen merupakan kehilangan besar bagi Indonesia, terutama bagi warga nahdliyin, serta santri-santri beliau yang tersebar di seluruh Indonesia. Wafatnya beliau juga kehilangan yang teramat besar bagi dunia ilmu-ilmu keislaman.
Sama seperti Yahya, Ulil juga melihat Mbah Moen sebagai kiai yang paling fasih membela NKRI dengan argumentasi keagamaan yang kokoh. Ceramah publiknya menjelang akhir hayat banyak mengandung pesan agar bangsa terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.
”Seolah-olah hal tersebut merupakan wasiat akhir hayat beliau agar umat Islam terus mencintai dan mempertahankan NKRI dan Pancasila,” kata Ulil.