Pelari Gawang Putri Perkuat Otot dengan Berlatih Sapta Lomba
›
Pelari Gawang Putri Perkuat...
Iklan
Pelari Gawang Putri Perkuat Otot dengan Berlatih Sapta Lomba
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pasca Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, 1-7 Agustus, pelatih lari gawang PB PASI menilai para atlet nasional masih lemah dalam kekuatan dan daya tahan. Untuk itu, seusai Kejurnas Atletik 2019, mereka menambahkan menu latihan sapta lomba dalam program latihan.
Sapta lomba terdiri atas lari gawang 100 meter, loncat tinggi, tolak peluru, lari 200 meter, lompat jauh, lempar lembing, dan lari 800 meter.
”Sapta lomba terdiri dari banyak nomor pertandingan. Nomor-nomor itu juga menunjang latihan lari gawang. Tolak peluru dan loncat tinggi bisa menambah kekuatan otot lengan dan pinggul. Lompat jauh bisa menambah kekuatan lompatan, sedangkan lari 800 meter bisa menambah daya tahan,” ujar pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi di Jakarta, Senin (12/8/2019).
Dalam Kejurnas Atletik 2019, ada tiga pelari gawang pelatnas yang berpatisipasi. Mereka adalah Liza Putri Ramandha di nomor lari gawang 100 meter putri U-20, Ken Ayu Thaya di nomor lari gawang 100 meter senior, dan Rio Maholtra di nomor lari gawang 110 meter senior. Menurut Ongky, semua pelari itu menunjukkan kelemahan berbeda-beda.
Liza dan Thaya dinilai masih lemah dari sisi kekuatan saat melewati gawang. Hal itu karena otot lengan dan pinggulnya masih kurang kuat. Otot lengan dan pinggul turut memengaruhi kekuatan untuk melewati gawang.
Untuk itu, Ongky coba memasuki latihan sapta lomba dalam program latihan seusai kejurnas. Pada latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin, Ongky meminta para atlet putrinya melakukan latihan tolak peluru dan loncat tinggi. Dengan latihan itu, ia berharap para atlet putri itu bisa memperkuat otot lengan dan pinggulnya.
”Latihan sapta lomba ini dilakukan minimal dua nomor per hari. Saya akan coba dulu di bulan ini. Kalau sukses, saya akan teruskan di bulan-bulan berikutnya, minimal satu sesi sapta lomba dalam sebulan,” kata Ongky.
Ongky mengatakan, dirinya berharap cara itu bisa sesukses ketika ia melatih pelari gawang putri andalan Indonesia Emilia Nova sekitar enam tahun lalu. Saat itu, Ongky fokus memberikan latihan sapta lomba kepada Emilia kurang lebih setahun. Ternyata, latihan itu membuat fisik Emilia mumpuni sehingga bisa memecahkan rekornas lari gawang 100 meter putri yunior dengan waktu 13,69 detik pada 18 Desember 2014.
Apalagi catatan waktu dua pelapis Emilia di pelatnas masih tertinggal jauh dari Emilia. Liza yang pertama kali turun di level yunior memang meraih emas Kejurnas Atletik 2019 tetapi waktunya masih 14,63 detik. Padahal, di level yang sama, Emilia sudah bisa lari di bawah 14 detik.
Ken meraih emas Kejurnas Atletik 2019 tetapi waktunya masih 14,45 detik atau turun dibanding waktu terbaiknya 14,04 detik. Catatan waktu itu jauh di bawah rekor terbaik Emilia 14,33 detik ketika meraih perak Asian Games 2018 atau dibanding rekornas Dedeh Erawati 13,18 detik yang dicetak pada 20 Mei 2012. ”Selain untuk menghilangkan jenuh latihan rutin, semoga latihan sapta lomba ini bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap performa para atlet ini,” tutur Ongky.
Reaksi start
Untuk Rio, Ongky menilai, atlet asal Sumatera Selatan itu masih lambat dalam reaksi start. Bahkan, Rio cenderung main aman ketika Kejurnas Atletik 2019. Saat latihan, reaksi startnya sekitar 0,206-0,207 detik. Saat kejurnas, reaksi startnya antara 0,216-0,219 detik.
”Mungkin, Rio hati-hati karena sempat ada pelari yang didiskualifikasi saat final kejurnas kemarin karena mencolong start,” ujarnya. Dalam final lari gawang 100 meter putra senior kejurnas, Rio meraih emas dengan waktu 14,11 detik.
Kalau Rio bisa melakukan reaksi start lebih cepat, Ongky menuturkan, dia bisa saja memecahkan rekornas atas namanya sendiri dari 14,02 detik menjadi 14,01 detik atau 13,9 detik. ”Sekarang, saya berusaha agar reaksi start Rio bisa lebih baik. Sebab, kalau reaksi start lambat, ke sananya sudah seusah lagi mengejarnya. Padahal, secara teknik, Rio sudah bagus,” katanya.
Emilia dan Rio diproyeksikan untuk tampil di SEA Games 2019 Filipina. Andai bisa mengulang catatan waktu terbaiknya yang 13,33 detik, Emilia berpeluang meraih emas SEA Games 2019. Pada SEA Games 2017 Malaysia, peraih emas lari gawang 100 meter putri adalah pelari Vietnam Tran Thi Yen Hoa dengan waktu 13,40 detik.
Andai bisa menjaga waktu sekitar 14,02 detik, Rio berpeluang meraih perak SEA Games 2019. Pada SEA Games 2017, peraih emas adalah pelari Malaysia Rayzam Shah Wan Sofian dengan waktu 13,83 detik dan peraih perak adalah pelari Thailand Jamras Rittidet 14,10 detik.