Kematian Anggota Paskibraka Diduga akibat Kelelahan
›
Kematian Anggota Paskibraka...
Iklan
Kematian Anggota Paskibraka Diduga akibat Kelelahan
Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2019 Kota Tangerang Selatan, Banten, Aurellia Quratu Aini, meninggal diduga karena kelelahan saat menjalani pelatihan. Demam yang diderita akibat kelelahan itu mengakibatkan ia terjatuh di kamar mandi rumahnya dan akhirnya mengembus napas terakhir saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2019 Kota Tangerang Selatan, Banten, Aurellia Quratu Aini, meninggal diduga karena kelelahan saat menjalani pelatihan. Demam yang diderita akibat kelelahan itu mengakibatkan ia terjatuh di kamar mandi rumahnya dan akhirnya mengembus napas terakhir saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengevaluasi bentuk pelatihan fisik untuk anggota Paskibraka agar tidak ada korban lagi setelah Aurel, panggilan akrab Aurellia.
”Sejauh ini belum ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Belum tampak adanya kekerasan pada tubuh korban. Berdasarkan hasil pemeriksaan di rumah sakit, keterangan dokter dan perawat, pemandi jenazah, serta anggota Paskibraka lainnya dan orangtuanya, korban meninggal diduga karena kelelahan,” ujar Kepala Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Ferdy Irawan kepada wartawan di Markas Polres Tangerang Selatan di Jalan Letnan Sutopo, Lengkong Gudang Timur, Serpong, Selasa (13/8/2019).
Dalam jumpa pers tersebut hadir Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi.
Ferdy mengatakan, pihaknya tidak melakukan otopsi atas korban karena permintaan dari pihak keluarga.
Aurel meninggal pada Kamis (1/8/2019) dini hari sekitar pukul 04.30 dalam perjalanan dari rumah orangtuanya ke Rumah Sakit Mahkota. Sehari sebelumnya, korban demam dan mengeluh kepada ibunya kalau ia kelelahan.
Awalnya, korban mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, ia terjatuh. Korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Mahkota dan dinyatakan sudah meninggal. Setelah kejadian itu, Airin meminta agar inspektorat dan Polres Tangerang Selatan menyelidiki penyebab kematian korban.
Ferdy menjelaskan, dari semua data yang telah didapatkan dari penyelidikan, klarifikasi, dan pemeriksaan para saksi menyatakan korban sewaktu mengikuti pelatihan mendaftar untuk motivasi dan mengikuti pelatihan selama Paskibraka dalam keadaan sehat. Hal itu dibuktikan dari hasil pemeriksaan kesehatan yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
Korban melaksanakan pelatihan Paskibra oleh purna Paskibraka, antara lain peraturan baris berbaris untuk meningkatkan ketahanan fisik agar mereka maksimal menjalani proses pelatihan sebagai anggota Paskibraka.
Dalam pelatihan itu, korban bersama anggota Paskibraka lainnya diwajibkan push up dengan tangan mengepal sehingga terlihat ada bekas lebam berwarna hitam di jari korban saat meninggal. Bahkan, buku harian Aurel ditemukan dalam kondisi tersobek.
Ferdy membatah atas berita yang beredar selama ini bahwa korban meninggal karena kekerasan yang dilakukan selama dalam pelatihan.
”Di media cetak atau media online dinyatakan bahwa seolah-olah meninggalnya almarhum ini akibat adanya aksi atau tindakan kekerasan dari pelatih kepada korban. Sama sekali tidak ada penganiayaan atau kekerasanbyang dialami korban,” ujar Ferdy.
Minta maaf
Sepeninggalan Aurellia, jumlah anggota Paskibraka berkurang dari 50 orang menjadi 49 orang. Tidak ada yang menggantikan posisi Aurellia, kecuali tugasnya sebagai pembawa baki bendera duplikat pada penurunan bendera pada 17 Agustus 2019 mendatang.
Airin meminta maaf atas kejadian yang dialami Aulrellia. Permintaan maaf itu telah disampaikan juga kepada orangtua korban dan dihadiri kedua orangtua korban, Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Kepala Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Ferdy Irawan, pemerhati anak dari LPAI Seto Mulyadi, dan perwakilan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) di Kantor Wali Kota Tangsel, Selasa kemarin.
”Saya minta maaf atas kejadian ini. Saya juga sudah meminta maaf kepada kedua orangtua dan keluarga kakak Aurellia,” ujar Airin.
”Saya minta maaf atas kejadian ini. Saya juga sudah meminta maaf kepada kedua orangtua dan keluarga kakak Aurellia,” ujar Airin.
Airin mengatakan, pihaknya akan terus mengawal kasus yang saat ini dalam penyelidikan pihak inspektorat Pemerintah Kota Tangerang.
”Dengan adanya kejadian ini, ke depan kami akan terus mengevaluasi kegiatan pelatihan, pengecekan kesehatan, termasuk asupan gizi,” kata Airin.
”Saya juga purna Paskibraka. Orangtua kakak Aurellia juga adalah purna Paskibraka. Saya mengikuti betul sejumlah latihan, memang di zaman saya itu tidak ada push up mengepal. Sebagai bentuk tanggung jawab, saya akan evaluasi soal ini,” ujar Airin
Airin mengatakan, semangat adik-adik Paskibraka harus terus dimotivasi setelah kematian Aurellia.