Pertemuan Livi Zheng dengan seniman asal Bali, Nyoman Wenten, membuka jalan untuk mempromosikan gamelan di dunia melalui film yang disutradarai Livi, Bali: Beats of Paradise. Film akan tayang di Indonesia mulai 22 Agustus 2019.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Gamelan akan selalu punya tempat di dunia ini. Pesan itu disisipkan di akhir film, Bali: Beats of Paradise. Dan memang betul, zaman boleh berubah, tetapi lantunan gamelan akan selalu menggugah.
Bunyi gamelan terasa memikat bagi siapapun yang mendengarnya. Ada kesan magis dan misterius yang dirasakan ketika alat musik ansambel itu berbunyi. Rasanya seperti tertarik masuk ke dunia audio eksotik yang entah berasal dari mana.
Ini terutama bagi warga negara asing. Sayangnya, tidak banyak warga asing tahu gamelan berasal dari Indonesia. Jika mau jujur, bahkan masih ada banyak warga dunia yang tidak tahu Indonesia. Ini bukan salah siapa-siapa.
Kendati demikian, sayang sekali jika lantunan gamelan hanya dinikmati orang indigenos. Kenapa tidak dikenalkan saja musik beserta budaya Indonesia ke dunia luar? Warga asing dijamin tidak akan rugi kalau tahu budaya Indonesia.
Latar belakang film
Kira-kira itu yang melatari sutradara Livi Zheng untuk menggarap film, Bali: Beats of Paradise. Pertemuannya dengan seniman asal Bali, Nyoman Wenten, seakan membuka jalan untuk membagikan eksotisme Indonesia.
Semangat, The Indonesian Dream, terejawantahkan dalam film berdurasi lebih kurang sejam tersebut.
“Saat saya datang ke Amerika Serikat, saya sedih karena banyak yang tidak tahu Indonesia. Jadi, saya selalu punya cita-cita buat shooting di Indonesia supaya bisa mempromosikan Indonesia,” kata perempuan kelahiran Blitar, Jawa Timur itu saat acara screening film di Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Menurutnya, masih banyak kekayaan Indonesia lain yang bisa dieksplorasi dan diangkat dalam film. Kini, ia tengah menyiapkan banyak proyek lain berlatar Indonesia.
“Saya akan terus mengangkat Indonesia dalam film-film saya karena kita orang Indonesia, maka kita pula yang harus mempromosikannya,” kata Livi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya yang juga hadir dalam acara screening film itu, merasa bangga dengan karya Livi. Ia mengatakan, Kementerian Pariwisata siap mendukung dan mempromosikan karya-karya anak bangsa.
“Film merupakan media paling efektif untuk mempromosikan destinasi wisata. Kami harap film ini akan membuat Bali semakin populer di dunia,” kata Arief.
Kisah Wenten
Bali: Beats of Paradise merupakan film dokumenter naratif. Isinya tentang kisah nyata Nyoman Wenten yang selama hidupnya tidak lepas dari kebudayaan dan kesenian Bali. Ibarat film kartun Naruto, menjalankan kebudayaan Bali adalah jalan ninjanya.
Darah seni mengalir dalam diri Wenten. Kakeknya merupakan seorang pegiat seni di desanya. Kakeknya pula lah yang melihat bakat dalam diri Wenten dan mendorongnya untuk terus berlatih.
Di sisi lain, Wenten kecil melihat kesenian Bali sebagai caranya menunaikan rindu pada almarhum ibunya. Sang ibu meninggal ketika usianya sekitar dua tahun. Menari pun menjadi sarana mengisi kekosongan dalam hatinya.
Wenten yang beranjak dewasa lalu menjadi anggota tim untuk melaksanakan misi kebudayaan bersama Presiden Soekarno. Sejumlah negara sudah ia datangi, antara lain China dan Korea Utara. Tampil di hadapan Mao Zedong, pemimpin China, dan Kim Il Sung, pemimpin Korea Utara, meninggalkan kesan mendalam dalam diri Wenten hingga sekarang.
Meninggalkan Indonesia
Suatu masa, Wenten dan istrinya, Nanik, memilih meninggalkan Indonesia. Wenten mendapat kesempatan emas untuk mengenalkan budaya Indonesia, khususnya Bali, di Amerika Serikat. Tawaran itu bagus tetapi taruhannya besar. Wenten dan Nanik harus meninggalkan kedua anaknya di Bali.
Itu masa yang sulit buat Wenten. Namun, ia dan sang istri sepakat bahwa pilihan tersebut merupakan keputusan terbaik.
Kini, Wenten menjadi guru musik dan tari Bali di sejumlah kampus di AS. Ia mengajar di University of California Los Angeles (UCLA), UCLA Herb Alpert School of Music, dan The California Institute of the Arts (CalArts).
Dalam perjalanannya menjadi “virus” budaya Indonesia di negeri orang, Wenten bertemu dengan Judith Hill, musisi AS dan peraih anugerah Grammy Awards. Hill dan Wenten kemudian berkolaborasi menciptakan musik yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Keduanya mengawinkan musik funk dengan alunan gamelan.
Kolaborasi Hill dan Wenten menjadi bukti bahwa gamelan bukan melulu soal nilai tradisional. Gamelan bisa bergandengan tangan dengan musik berdimensi lain.
Gamelan juga pernah ditampilkan di beberapa film, salah satunya Star Trek. Selain itu, alunan musik gamelan juga bisa ditemui di film Avatar. Dengan karismanya sendiri, gamelan bisa masuk ke sejumlah lini. Gamelan masih punya tempat di dunia seni. Hal ini membuat Wenten lega seperti yang dikisahkan dalam akhir film.
Penulis skenario Bali: Beats of Paradise Ken Zheng berharap film ini menjadi media untuk mengenalkan budaya Indonesia secara tepat. Walaupun aliran film ini bukan tipe yang komersil, ia yakin orang-orang yang tepat akan datang dan menonton film berisi kisah nyata Wenten tersebut.
“Jika membuat film yang orang lain ingin tonton, maka film itu akan menjadi film yang generik. Kita fokus pada tujuan (promosi budaya Indonesia) dan mengejar tujuan itu,” kata Ken.