Dua prajurit TNI Angkatan Darat terluka akibat ditembak kelompok kriminal separatis bersenjata di Habema, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (16/8/2019) sore.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dua prajurit TNI Angkatan Darat ditembak kelompok kriminal separatis bersenjata di Habema, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (16/8/2019) sore. Prajurit Satu Panji terluka akibat tembakan di lengan kiri dan Prajurit Satu Sirwandi tertembak di paha kiri tembus pinggang.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih, saat peristiwa itu, kedua korban bersama 10 personel lainnya dalam perjalanan dari Wamena, ibu kota Jayawijaya, ke Distrik Mbua di Kabupaten Nduga. Jalur itu melintasi Habema, wilayah pegunungan di Jayawijaya.
Mereka diserang dalam perjalanan membawa logistik makanan bagi anggota yang bertugas di Mbua.
Perjalanan ke Distrik Mbua dipimpin Sersan Kepala David. Tiba-tiba, mereka dihadang sekelompok orang yang diduga kelompok kriminal bersenjata di bawah pimpinan Egianus Kogoya pada pukul 15.30 WIT. Kelompok ini melepaskan tembakan ke arah rombongan personel TNI AD. Akibatnya, Panji dan Sirwandi, anggota Batalyon 751/Raider Sentani, terluka tembak.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel (Cpl) Eko Daryanto, saat dikonfirmasi, membenarkan insiden tersebut. ”Mereka diserang dalam perjalanan membawa logistik makanan bagi anggota yang bertugas di Mbua. Keduanya telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Wamena,” kata Eko.
Ia mengatakan, kondisi kesehatan kedua prajurit itu telah membaik setelah dioperasi tim medis RSUD Wamena. ”Saya mendapatkan informasi bahwa keduanya sudah sadarkan diri setelah menjalani operasi di RSUD Wamena pada Jumat sore,” kata Eko.
Ia mengatakan, Kodam XVII/Cenderawasih telah menginstruksikan kepada semua anggota TNI AD di seluruh wilayah agar waspada terhadap serangan kelompok kriminal separatis bersenjata menjelang pelaksanaan HUT ke-74 Kemerdekaan RI, Sabtu ini.
”Kami tidak menetapkan status keamanan siaga satu di wilayah Papua pada Sabtu ini. Namun, semua anggota dalam kondisi siap menghadapi kelompok tersebut,” ucapnya.
Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey berpendapat, insiden penembakan aparat keamanan yang sering terjadi menunjukkan kelompok-kelompok tersebut bukan berjuang karena perbedaan ideologi, melainkan tindakan kriminalitas.
”Kejadian ini sudah melanggar nilai kemanusiaan dan murni tindakan kriminalitas. Aparat keamanan harus menggunakan upaya penegakan hukum untuk menghadapi kelompok ini,” tutur Frits.
Dalam catatan Kompas, kelompok kriminal separatis bersenjata telah terlibat dalam 38 kasus penembakan sejak tahun 2018 hingga Agustus 2019. Akibatnya, sebanyak 23 warga sipil dan 15 aparat keamanan dari pihak TNI dan Polri meninggal. Adapun korban luka dari warga sipil 7 orang dan aparat keamanan 16 orang.