JAKARTA, KOMPAS – Indonesia siap bersaing dalam turnamen tenis beregu putra Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania 2019 tanpa kehadiran Christopher Rungkat atau ”Christo”. Dengan tim yang mayoritas diisi pemain yunior, Anthony Susanto dan kawan-kawan akan ditantang Selandia Baru.
Anthony mengatakan, mereka siap bersaing tanpa kehadiran Christo. ”Sebagai atlet, kami dilahirkan menjadi pahlawan. Kalau sudah di lapangan, tidak boleh takut. Kalah atau menang urusan belakangan, yang penting menampilkan yang terbaik,” ujar Anthony, Kamis (15/8/2019).
Piala Davis Grup II Zona Asia Oseania berlangsung di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 13-14 September. Selandia Baru merupakan tim unggulan kedua. Tim ini diperkuat Marcus Daniell, peringkat ke-43 ATP di nomor ganda putra.
Indonesia dan Selandia Baru telah lima kali bertemu di ajang Piala Davis, dimulai pada 1977. Hingga pertemuan terakhir pada 2009, Selandia Baru empat kali menang. Satu-satunya kemenangan Indonesia terjadi pada 2002 dengan skor 3-2.
Sepuluh tahun lalu di Hamilton, Selandia Baru, Indonesia takluk 0-5. Kini, kedua tim diisi sebagian besar pemain baru yang belum pernah saling berhadapan di Piala Davis. Kehadiran pemain yunior di tim Indonesia menuntut mental kuat untuk bersaing pada turnamen yang memainkan tiga laga tunggal dan dua ganda.
Anthony pernah merasakan menjadi tunggal pertama pada babak play-off Grup II Zona Asia/Oseania 2017. Dia mengaku merasa terbebani karena bertanding membawa nama negara. “Tantangan terbesar itu ada pada mental karena merasa semua mata orang Indonesia memperhatikan. Melawan siapa pun, termasuk yang peringkatnya lebih tinggi atau lebih rendah, yang penting punya kekuatan mental maka masih ada harapan menang,” kata dia.
Pelatih tenis putra Indonesia, Febi Widhiyanto mengatakan, pemain yunior dipilih karena memang itulah komposisi yang tersedia di Indonesia saat ini. Christo, yang sepuluh tahun terakhir membela nama Indonesia, berpeluang absen karena menjalani tour dunia.
Oleh karena itu, harapan dibebankan kepada pemain muda. Selain Anthony dan David Agung Susanto yang berpengalaman tampil di Piala Davis, harapan ada pada petenis berusia 18 tahun, M Rifqy Fitriadi. Kandidat lainnya adalah petenis yunior seperti Arif Fahrezi, Ali Akbar, Odeda Muhammad Arazza, dan Nauvaldo Jati Agatra.
Memberi kepercayaan kepada petenis muda, menurut Febi tidak mudah karena jam terbang mereka masih tertinggal dari lawan. Selain itu, tim Indonesia belum mempunyai sosok penerus Christo. “Tetapi, kalau kita tidak mulai sekarang, kapan lagi? Kalau terus-terusan mengandalkan Christo, dalam tiga tahun ke depan tidak akan ada pertumbuhan. Kita harus ambil risiko ini,” ujarnya.
Kemarin, Anthony/David tersingkir di babak perempat final turnamen ITF Combiphar Terbuka Seri II. Ganda putra Indonesia ini kalah dari Hiroyasu Ehara/Sho Shimabukuro (Jepang), 5-7, 1-6.
David mengatakan, seharusnya dia bisa bermain lebih fokus lagi dalam setiap perebutan poin. “Kalau selisih poin jauh, pasti lawan akan bermain tertekan. Tetapi, kami sering tidak fokus jadi akhirnya harus kejar-kejaran poin,” katanya.
Minggu depan, David akan kembali bermain untuk seri III. Agar dapat tampil prima, proses pemulihan tubuh harus benar-benar diperhatikan karena David baru saja pulih dari cedera angkle.
WTA Future Stars
Untuk memilih petenis yang menjadi peserta program pencarian petenis muda, WTA Future Stars di Shenzhen, China, 20-28 Oktober, PP Pelti melakukan seleksi dalam turnamen WTA Future Stars Indonesia. Direktur Turnamen Susan Soebakti mengatakan, turnamen akan berlangsung di lapangan tenis Hotel Sultan, Jakarta, 27 Agustus-1 September, Akan dipilih satu petenis putri pada kategori U-14 dan U-16 untuk diberangkatkan ke Shenzhen. "Tiket akan diberikan pada petenis yang menjadi juara dalam tiap kelompok umur,"kata Susan.
WTA Future Stars adalah program Asosiasi Tenis Putri (WTA) untuk mempromosikan kesehatan, pengembangan program atlet level tinggi, dan memberdayakan kekuatan perempuan melalui tenis untuk kawasan Asia Pasifik. Tahun ini, acara yang diselenggarakan sebagai pembuka dari turnamen Final WTA tersebut, juga akan diikuti petenis muda dari Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.
Indonesia pernah melahirkan Priska Madelyn Nugroho sebagai juara WTA Future Stars U-14 2017 di Singapura. Tahun ini, Priska tampil di Wimbledon yunior dan bertahan hingga perempat final.