Etape I balap sepeda internasional Bank BRI Tour de Indonesia 2019 merupakan etape yang menyajikan trek mendatar dan menjadi peluang bagi para sprinter termasuk dari Indonesia untuk meraih hasil terbaik.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
NGAWI, KOMPAS — Etape I balap sepeda internasional Bank BRI Tour de Indonesia 2019 merupakan etape yang menyajikan trek mendatar dan menjadi peluang bagi para sprinter termasuk dari Indonesia untuk meraih hasil terbaik. Namun, etape ini justru menjadi santapan bagi para pebalap yang jago melahap tanjakan.
Etape pertama sejauh 186,6 kilometer yang ditempuh dari Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, hingga Alun-alun Ngawi, Jawa Timur, Senin (19/8/2019), dimenangi Angus Lyons dari tim Oliver’s Real Food Racing. Lyons yang mencatat waktu 3 jam 55,58 detik ini disusul Ryan Roth (Xspeed United Continental), dan Mario Vogt (Team Sapura Cycling).
Lyons, pebalap dari Australia yang baru berusia 23 tahun, pernah meraih gelar raja tanjakan di beberapa balapan sebelumnya. Tahun ini, ia menjadi raja tanjakan di Tour de Tochigi (Jepang) pada Maret dan Tour de Langkawi (Malaysia) pada April. Di etape 1 Tour de Indonesia (TdI) 2019 ini, ia merasakan pengalaman pertama kali menjuarai sebuah etape dalam penampilannya di ajang balap kalender UCI.
Mendekati garis finis di Ngawi, Lyons memanfaatkan kelengahan Roth yang terburu-buru melakukan selebrasi. Roth mengira ia yang terdepan sehingga langsung mengangkat tangan kirinya dan tidak menyadari bahwa Lyons masih melakukan sprint. ”Saya berharap bisa menang hari ini, tetapi, ya, mungkin saya akan mencoba lagi,” ujar Roth.
Roth sendiri sebenarnya merupakan pebalap dengan spesialisasi puncheur atau jago melahap tanjakan-tanjakan terjal yang pendek. Namun, ia bersaing dengan Lyons yang berspesialisasi all-rounder yang tidak hanya piawai di tanjakan, tetapi juga sprint.
Lyons mengaku sudah cukup mendapatkan pengalaman bertarung dalam ajang balap Asia sehingga tidak kaget dengan tantangan yang tersedia di TdI 2019. Cuaca panas yang menyengat juga tidak menjadi halangan. ”Saya melakukan persiapan dengan menjalani sauna dan mandi air panas dan ternyata berhasil,” ujarnya.
Adapun para pebalap menempuh etape I ini melalui rute perkotaan yang sibuk. Setelah meninggalkan Magelang, mereka langsung melalui pusat Kota Yogyakarta sebelum melalui Surakarta dan Sragen. Sepanjang lomba para pebalap tidak menghadapi tanjakan ekstrem.
Target lepas
Etape I inilah yang semula menjadi target para atlet Indonesia untuk meraih hasil terbaik, salah satunya Projo Waseso, sprinter dari tim nasional Indonesia. Namun, ia sudah merasakan masalah sejak awal lomba dan finis di urutan ke-76.
Hanya pebalap dari tim KFC Cycling Team, Muhammad Abdurrohman, yang menjadi pebalap Indonesia terdepan yang finis di urutan keenam. Sementara pebalap dari Terengganu Inc TSG Cycling Team, Choon Huat Goh (Singapura), merebut gelar sebagai pebalap Asia terbaik dan berhak mendapat jersey kuning.
Projo mengaku hasil pada etape I ini sesuai dengan prediksinya. ”Semua tim (lawan) tidak punya sprinter, semua climber (jago tanjakan). Sudah terbaca dari nama-nama yang masuk,” ujarnya.
Dengan banyaknya jago-jago tanjakan itu, kata Projo, tim-tim lawan tersebut tidak lagi berpikir untuk bertahan dalam peloton dan menanti kesempatan untuk sprint. Pertarungan menjadi lebih agresif karena sejak awal lomba sudah banyak pebalap yang langsung keluar dari peloton.
Selain keagresifan lawan, Projo mengakui bahwa ia dan rekan-rekannya terlambat ”panas”. Mereka belum siap ketika lawan-lawannya melakukan break pada awal lomba dan kesulitan untuk menyusul. Bernard Benyamin van Aert merupakan pebalap tercepat dari timnas Indonesia.
Banyaknya pebalap tanjakan menjadi masuk akal karena TdI 2019 ini menyajikan banyak tanjakan, termasuk tanjakan berkategori hors class pada etape IV (di Paltuding, Banyuwangi) dan etape V (Batur, Bali). Adapun etape II pada Selasa (20/8) juga sudah menawarkan tanjakan untuk merebutkan poin King of Mountain (KoM) di Gerbang Desa Jombok, Jombang, dan di Polres Pujon, Batu. Para pebalap akan menempuh jarak 163,4 km pada etape II yang berawal dari Alun-alun Madiun menuju ke Kota Batu.