Kondisi keamanan di sejumlah daerah di Papua Barat mulai kondusif setelah rangkaian unjuk rasa yang berlangsung selama tiga hari terakhir. Beberapa kota/kabupaten yang aksi unjuk rasanya sempat diwarnai kekerasan sudah berhasil diredakan.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS — Kondisi keamanan di sejumlah daerah di Papua Barat mulai kondusif setelah rangkaian unjuk rasa yang berlangsung selama tiga hari terakhir. Beberapa kota/kabupaten yang aksi unjuk rasanya sempat diwarnai kekerasan sudah berhasil diredakan aparat keamanan, pemerintah daerah, dan tokoh setempat. Aktivitas warga pun berangsur normal.
”Secara umum, kondisi di Papua Barat sudah kondusif. Terima kasih atas kerja sama yang baik dari sejumlah pihak yang menginginkan daerah ini damai. Kami ajak masyarakat agar kembali beraktivitas. Kami jamin keamanan,” kata Wakil Kepala Polda Papua Barat Komisaris Besar Tatang, seusai memimpin pengamanan unjuk rasa di Kota Sorong, Rabu (21/8/2019).
Aksi yang menonjol pada Rabu adalah demonstrasi di halaman kantor Wali Kota Sorong yang diikuti sekitar 1.500 orang. Aksi berjalan damai. Sehari sebelumnya, aksi di tempat yang sama berakhir ricuh. Aksi menonjol lainnya terjadi di Kabupaten Fakfak. Demonstrasi yang diwarnai dengan pembakaran pasar dan bentrok antarwarga itu juga telah berhasil dikendalikan polisi.
Tatang mengatakan, bersama pemerintah daerah dan TNI, pihaknya terus mendekati para tokoh kunci yang dapat meredam gejolak yang timbul di masyarakat. Di samping itu, sekitar 500 personel gabungan TNI/Polri yang didatangkan dari luar daerah masih bertugas hingga kondisi benar-benar aman.
Pantauan Kompas di Kota Sorong, aktivitas perbelanjaan mulai dibuka meski di beberapa titik dijaga aparat. Angkutan kota juga sudah kembali beroperasi. Warga mulai beraktivitas, termasuk anak-anak yang bermain di Taman Deo dekat Bandara Domine Eduard Osok yang pada Senin lalu dirusak massa. Sementara itu, aktivitas di kantor pemerintahan dan di sekolah masih diliburkan.
Di hadapan massa aksi pada Rabu, Wali Kota Sorong Lamberth Jitmau juga menyampaikan terima kasih kepada peserta aksi yang telah menyampaikan tuntutan mereka dengan damai. ”Terima kasih. Saya bahagia sekali,” ujarnya. Padahal, pada aksi Selasa lalu, Lamberthus dan sejumlah pejabat dilempari dengan batu, potongan kayu, dan botol air mineral oleh peserta aksi.
Pada Rabu, Lamberth berhasil menenangkan mereka seraya berjanji akan menyampaikan tuntutan itu kepada pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi. Ia juga mengimbau warga agar menjaga keamanan dan ketertiban, termasuk tidak merusak fasilitas publik. ”Gedung fasilitas publik ini adalah milik orang-orang Papua. Kita harus jaga,” katanya disambut tepuk tangan.
Unjuk rasa di Kota Sorong pada Rabu masih dalam kaitan mengecam ujaran kebencian bernada rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang. Aksi pada Rabu diikuti peserta lebih banyak dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Aksi tersebut berjalan damai hingga selesai.
Kami minta jangan ada lagi diskriminasi terhadap orang Papua di tempat lain.
Massa dari sejumlah titik bergerak menuju kantor Wali Kota Sorong sekitar pukul 12.00 WIT. Mereka kembali menyampaikan orasi secara bergantian, mulai dari tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat, hingga tokoh perempuan.
”Kami minta jangan ada lagi diskriminasi terhadap orang Papua di tempat lain. Pihak-pihak yang menghina mahasiswa Papua harus diproses hukum,” teriak beberapa orator.