Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersiap mengantisipasi peringatan dini kekeringan. Beberapa sektor yang diwaspadai adalah kekurangan air bersih dan meningkatnya ancaman kebakaran.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersiap mengantisipasi peringatan dini kekeringan. Beberapa sektor yang diwaspadai adalah kekurangan air bersih dan meningkatnya ancaman kebakaran. Secara umum, pasokan air DKI Jakarta masih memadai, tetapi beberapa lokasi yang tak mempunyai layanan jaringan pipa air bersih sudah mulai meminta pasokan air bersih.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Subejo mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan seluruh aparat setempat untuk terus melakukan pengawasan terkait kekeringan. Koordinasi juga sudah dilakukan dengan Dinas Kehutanan, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan serta PAM Jaya untuk mengantisipasi ancaman kekeringan.
”Kekeringan untuk daerah perkotaan memang berbeda dengan daerah perdesaan yang mempunyai lahan pertanian. Untuk perkotaan, kemungkinan terbesar adalah kesulitan air bersih karena sumur-sumur kering. Kami sejauh ini siap kalau harus menyuplai air bersih dengan tangki,” katanya di Jakarta, Rabu (21/8/2019) kemarin.
”Kekeringan untuk daerah perkotaan memang berbeda dengan daerah perdesaan yang mempunyai lahan pertanian. Untuk perkotaan, kemungkinan terbesar adalah kesulitan air bersih karena sumur-sumur kering. Kami sejauh ini siap kalau harus menyuplai air bersih dengan tangki,” katanya di Jakarta, Rabu (21/8/2019) kemarin.
Menurut Subejo, air bersih yang disuplai akan mengandalkan pasokan dari PAM Jaya sebab DKI tak mempunyai sumber air lainnya. Sejauh ini, belum ada laporan permintaan air kepada pemerintah.
Adapun untuk kebakaran, upaya pemadaman ditingkatkan selama musim kemarau ini dengan menambah armada untuk setiap pemadaman. Hal ini karena tingginya potensi kebakaran menyebar setiap puncak musim kemarau yang disertai kekeringan.
Pihaknya juga meminta Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta untuk menjaga aliran sungai dan kali tetap ada sebagai cadangan sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pemadaman.
Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo mengatakan, secara umum, pasokan air baku untuk DKI Jakarta masih aman. Meskipun saat ini produksi air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak diturunkan, dari biasanya 400 liter per detik menjadi 250 liter per detik.
Pengurangan produksi ini karena memburuknya kualitas air baku dari Kali Krukut akibat kemarau. ”Karena volume air berkurang, sedangkan konsentrasi kotoran masih tetap sama sehingga air menjadi lebih buruk kualitasnya,” katanya.
Pengurangan produksi air di IPA Cilandak itu ditutup dengan pasokan dari air curah yang berasal dari Kali Cisadane di Tangerang. Menurut Bambang, pasokan air dari Cisadane masih sesuai dengan kebutuhan bahkan berlebih sehingga masih bisa ditutup.
Adapun sumber utama air baku DKI Jakarta, yaitu sebesar 81 persen, adalah Waduk Jatiluhur. Dari simulasi sebulan lalu, Waduk Jatiluhur diprediksi masih tetap aman hingga kemarau berakhir.
Pada 19 Agustus lalu, level permukaan air Waduk Jatiluhur terpantau 98 meter. Adapun level kritisnya berada di 87,5 meter. ”Prioritas kami adalah melihat kondisi Waduk Jatiluhur sebagai sumber utama. Dalam pekan ini, kami akan kembali berkoordinasi untuk melihat sumber air baku,” kata Priyatno.
Pihaknya juga sudah menyediakan cadangan untuk suplai air bersih saat ada permintaan. Kapasitas cadangan ini bisa memenuhi seluruh kebutuhan air Jakarta selama 3-4 jam. Saat ini, pihaknya sudah memberikan suplai air bersih di titik-titik yang kekeringan yang tak terlayani jaringan pipa air bersih. Salah satunya di daerah Muara Karang.
Saat ini, operator-operator air pipa Jakarta masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih Jakarta sebesar 150 liter per orang per hari. Adapun Kebutuhan minimal 30-50 liter per orang per hari.