Lagi-lagi kejutan oleh Wolverhampton Wanderers, klub medioker Liga Inggris yang sedang meretas jalan tampil di fase grup Liga Europa. Wolves, yang kini dilatih Nuno Espirito Santo, kembali tampil mengejutkan di laga perdana fase play off, dengan menang 3-2, pada laga tandang di Stadion Olimpico Grande Torino, atas tuan rumah Torino (Italia).
Oleh
Adi Prinantyo
·5 menit baca
Lagi-lagi kejutan oleh Wolverhampton Wanderers, klub medioker Liga Inggris yang sedang meretas jalan tampil di fase grup Liga Europa. Wolves, yang kini dilatih Nuno Espirito Santo, kembali tampil mengejutkan di laga perdana fase play off, dengan menang 3-2, pada laga tandang di Stadion Olimpico Grande Torino, atas tuan rumah Torino (Italia).
Jumat (23/8/2019) pagi WIB itu, Wolves unggul satu gol ketika bola tendangan bebas Joao Moutinho disundul ke gawang sendiri oleh bek Torino, Gleison Bremer. Skor 1-0 untuk Wolves bertahan hingga turun minum, sebelum Diogo Jota memperbesar keunggulan setelah memanfaatkan asis Adama Traore.
Gelandang Torino, Lorenzo de Silvestri, memperkecil ketertinggalan tuan rumah. Namun, Wolves kembali memperbesar keunggulan melalui aksi individu striker Raul Jimenez. Penyerang asal Portugal, sama dengan Pelatih Espirito Santo, itu mendribel bola dari tengah lapangan. Setelah mengecoh satu pemain, Jimenez melepaskan tendangan ke gawang. Bola tak kuasa dihalau kiper Salvatore Sirigu.
Torino hanya bisa menambah satu gol melalui eksekusi penalti Andrea Belotti, satu menit menjelang waktu normal usai. Apa boleh buat, Torino harus gigit jari karena gagal mengemas kemenangan pada laga perdana play off Liga Europa, di kandang sendiri pula.
Sebaliknya, ini hasil sangat positif bagi Wolves. Tim ”Serigala” yang baru sekali meraih prestasi level Eropa saat menjadi runner-up Piala UEFA 1971-1972, selain menang di laga perdana play off, juga mengantongi keuntungan tiga gol tandang. Sungguh istimewa.
Espirito Santo tinggal mengoptimalkan tim asuhannya pada laga kedua play off di kandang mereka, Stadion Molineux, kota Wolverhampton, Inggris, pekan depan. Jika Wolves kalah sekalipun, tetapi tetap bisa menjaga keunggulan gol tandang, mereka akan lolos otomatis ke fase grup.
Seperti lazimnya, ia tak mau jemawa. ”Ini jauh dari selesai, ini laga yang ketat. Kami bermain bagus, tampil terorganisasi, tetap dalam bentuk permainan kami, mencetak beberapa gol, tetapi, seperti saya katakan, masih ada satu laga ke depan, dan kami harus benar-benar tampil bagus lagi melawan, sekali lagi, tim yang sangat bagus,” ujar pelatih asal Portugal, yang sebelumnya melatih FC Porto, Portugal, itu.
Ia menambahkan, pemain sayap kanan Wolves, Adama Traore, tampil menawan. Traore, melalui pergerakannya di sisi kiri kotak penalti Torino, mengirim umpan ke tengah yang lalu disambar Jota. Lahirlah gol kedua Wolves.
”Saya senang (dengan performa dia). Dia membantu tim, yang lain juga melakukan apa yang harus dilakukan. Ini tentang (pemenuhan) tugas, tentang kaidah-kaidah permainan, tentang menjadi satu tim,” ujarnya, dikutip BBC Sports.
Penampilan Wolves di level Eropa ini menjadi yang pertama sejak terakhir kali pada 1980, atau 39 tahun lalu. Yang istimewa, pada laga perdana babak kualifikasi putaran ketiga Liga Europa, 8 Agustus lalu, melawan tuan rumah Pyunik di Stadion Republican, Yerevan, Armenia, Conor Coady dan kawan-kawan menang telak 4-0. Aksi impresif tim ”Serigala” berlanjut dengan kemenangan 4-0 lagi di Molineux, sepekan kemudian.
”Darah” Portugal
Jika mencermati skuad Wolves, bisa dibilang prestasi mereka terdongkrak oleh kontribusi ”darah” Portugal, lewat pelatih dan sejumlah pemain. Espirito Santo, kelahiran Sao Tome, Portugal, membawa Wolves berada di posisi ketujuh klasemen akhir Liga Inggris musim 2018-2019.
Tangga ketujuh sebenarnya bukan posisi otomatis tampil di Liga Europa. Namun, Wolves beruntung karena pemegang hak sebenarnya, yakni juara Piala FA, Manchester City, sudah pasti menuju Liga Champions sebagai juara Liga Inggris. Watford, tim finalis Piala FA, gagal ke Liga Europa karena kalah di final. Jadilah tiket itu direbut Wolves, tim di peringkat ketujuh liga.
Espirito Santo memoles Wolves sedemikian rupa sehingga ia menerima predikat Pelatih Terbaik Bulan Ini pada Oktober 2018, berkat aksi impresif Conor Coady dan kawan-kawan selama September. Dari empat laga yang dijalani September itu, tiga berakhir dengan kemenangan, satu lainnya seri. Pada tiga kemenangan itu, Wolves tak kebobolan (clean sheet).
Espirito Santo merekrut beberapa pemain Portugal, salah satunya gelandang senior Joao Moutinho, yang sejak 2005 menjadi skuad tim nasional Portugal. Eks pemain Monako (Perancis) dan Porto itu bergabung di Wolves per Juli 2018 dan hingga kini menjadi langganan pemain mula di bawah Espirito Santo.
Pemain asal Portugal lainnya meliputi sejumlah gelandang seperti Bruno Jordao, Pedro Neto, dan Ruben Neves. Di bawah mistar gawang ada Rui Patricio, kiper tim nasional Portugal sejak 2014. Di lini depan ada penyerang Diogo Jota, serta bek Ruben Vinagre di lini belakang.
”Darah” Portugal itu dikombinasikan dengan sejumlah andalan lain. Di lini belakang ada kapten Conor Coady, bek kelahiran Liverpool, Inggris, yang tergabung di Wolves sejak 2015. Lantas, ada pemain sayap didikan Barcelona berkebangsaan Spanyol, Adama Traore. Di lini depan, Espirito Santo juga punya striker asal Meksiko yang juga langganan tim nasional negaranya, Raul Jimenez.
Perjalanan Wolves di Liga Europa musim ini, tersisih di babak mana pun termasuk fase grup, bakal menjadi pencapaian spesial bagi klub. Apalagi jika bisa mencapai final, yang artinya menyamai pencapaian musim 1971-1972, saat mereka runner-up Piala UEFA.
Terakhir, ada Fulham, yang juga bukan klub elite Liga Inggris, tampil sebagai runner-up Liga Europa 2009-2010. Ketika itu, Danny Murphy dan kawan-kawan dilatih Roy Hodgson, pelatih senior asal Inggris yang pernah menjadi pelatih tim nasional Inggris.
Sejarah sepak bola Eropa juga mencatat bagaimana Pelatih Manuel Pellegrini memoles klub medioker Liga Spanyol, Malaga, hingga mencapai perempat final Liga Champions 2012-2013. Baik Pellegrini maupun Hodgson sama-sama dinilai mampu memoles skuad yang biasa-biasa saja, tetapi kemudian mampu mengukir prestasi menawan.
Akankah Espirito Santo bersama tim Wolves melanjutkan kisah gilang-gemilang pelatih ”bukan siapa-siapa” yang berhasil memoles klub medioker ke kancah tertinggi Eropa? Performa Wolves di babak-babak berikut Liga Europa akan menjawab pertanyaan ini. (AFP)