Konsep kota cerdas yang beberapa tahun lalu dipacu pengembangannya kini dinilai lambat berkembang. Pengolahan data kota seharusnya bisa disajikan lebih banyak sebagai informasi penting untuk masyarakat.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
Konsep Kota Cerdas yang beberapa tahun lalu dipacu pengembangannya kini dinilai lambat berkembang. Pengolahan data kota seharusnya bisa disajikan lebih banyak sebagai informasi penting untuk masyarakat.
Konsep kota cerdas yang beberapa tahun lalu dipacu pengembangannya kini dinilai lambat berkembang. Pengolahan data kota seharusnya bisa disajikan lebih banyak sebagai informasi penting untuk masyarakat.
Peneliti dan pengajar di Departemen Perencanaan Kota dan Realestat Universitas Tarumanagara, Suryono Herlambang, mengatakan, konsep smart city atau kota cerdas di Jakarta terhenti pada pelayanan dasar, di antaranya sudah memberikan pelayanan perizinan lewat internet, serta memberikan akses kepada warga pada produk-produk pemerintah, seperti peraturan dan anggaran daerah. Produk satu peta pun sebenarnya sudah lebih detail.
Namun, sistem kota cerdas Jakarta belum melangkah pada tahapan selanjutnya, yaitu pelaporan pemerintah pada masyarakat terhadap tata kelola kota. Data yang terekam selama ini semestinya bisa diolah dan disajikan sebagai data penting tentang kota untuk masyarakat.
”Seperti daerah mana saja yang selama ini rawan kriminalitas, rawan kebakaran, atau punya kasus demam berdarah. Data itu kan tiap tahun sebenarnya ada,” kata Suryono seusai diskusi panel tentang implementasi teknologi dalam kota di masa depan yang digelar Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta, Sabtu (24/8/2019).
Kanal aduan masyarakat Qlue yang dahulu sempat populer pun kini semakin meredup popularitasnya. Kanal ini dulu menjadi andalan warga dalam melaporkan berbagai permasalahan di lingkungan mereka.
Konsep kota cerdas ini juga seharusnya bisa digunakan untuk menata kota sehingga memungkinkan pergerakan dan penyediaan tempat tinggal yang terjangkau di dalam kota serta terjangkau harganya.
”Konsep kota cerdas sebagai kota berkelanjutan ini seharusnya juga diterapkan pada perbaikan halte-halte Transjakarta secara menyeluruh hingga penataan permukiman,” kata Suryono.
Menurut Suryono, sistem kota cerdas setidaknya adalah pengawasan, pelayanan pada masyarakat, dan pelaporan kinerja pengelolaan kota kepada masyarakat. Di negara maju, pemanfaatan kota cerdas berbasis teknologi informatika ini sudah sedemikian maju hingga pada micro mobility, micro climate, dan micro space.
Menurut Suryono, sistem kota cerdas setidaknya adalah pengawasan, pelayanan pada masyarakat, dan pelaporan kinerja pengelolaan kota kepada masyarakat. Di negara maju, pemanfaatan kota cerdas berbasis teknologi informatika ini sudah sedemikian maju hingga pada micro mobility, micro climate, dan micro space.
Dengan memanfaatkan teknologi informatika, konsep berbagi dan menyewa moda transportasi, ruang kantor hingga ruang hidup berkembang mengatasi keterbatasan ruang dan kemacetan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat Setiaji mengatakan, saat ini pemerintah daerah tengah fokus dalam mewujudkan satu data yang menjadi instruksi pemerintah pusat. Namun, kendala yang terjadi adalah masih adanya ego sektoral antara instansi-instansi dalam memberikan datanya.
”Kami di Jawa Barat sedang menuju ke arah sana, dengan Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk saling isi data,” katanya.
Sementara itu, dari pihak pengembang perumahan swasta pun terus mengembangkan konsep kota cerdas dalam permukiman-permukiman yang dikelola dalam bentuk aplikasi dan teknologi berkaitan dengan keamanan dan pengelolaan perumahan.
Presiden Direktur PT Astra Land Indonesia Wibowo Muljono mengatakan, teknologi pengenal wajah (face recognition), misalnya, bisa mengetahui siapa saja penghuni rumah dan keberadaannya di rumah maupun adanya orang asing. Dengan teknologi ini, tingkat keamanan bisa ditingkatkan sehingga saat hal buruk terjadi, cepat diketahui.