JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Papua meminta ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional dan Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional, pada Oktober 2019, urung diselenggarakan di Provinsi paling timur Indonesia itu. Kondisi arena-arena olahraga yang belum selesai dibangun, dan potensi gangguan keamanan, menjadi alasan Papua mengajukan pembatalan itu.
Ajang yang juga untuk uji coba arena-arena dan operasional teknis Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 itu, kemungkinan akan dipindah ke DKI Jakarta, pada November 2019. Sedangkan untuk tes arena PON akan dilakukan dengan menggelar kejuaraan tunggal, pada Mei-Juli 2020, saat semua arena ditargetkan fungsional. Arena PON ada 56, termasuk empat arena yang dibangun Kementerian PUPR. Delapan arena, saat ini dilaporkan selesai dibangun, salah satunya Stadion Papua Bangkit.
Kalau dipaksakan, kita mau pakai arena di mana?
Rencana pembatalan Papua tertuang dalam Surat Gubernur Papua Lukas Enembe kepada Menpora Imam Nahrawi bertanggal 20 Agustus 2019. Dalam surat itu, Lukas Enembe meminta gelaran Popnas dan Peparpenas 2019 dipindahkan dari Papua ke daerah lain.
”Kalau dipaksakan, kita mau pakai arena di mana? Keamanan juga, sekarang kita tahu bersama bahwa kondisinya kurang kondusif. Jadi, kami mohon maaf tidak bisa menggelar Popnas dan Peparpenas 2019 yang tadinya diagendakan pada Oktober,” ujar Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Alexander KY Kapisa dihubungi dari Jakarta, Minggu (25/8/2019).
Alexander mengatakan, hampir semua arena yang akan digunakan untuk Popnas dan Peparpenas 2019 belum siap. Per Juli 2019, pembangunan arena di bawah tanggungjawab Kementerian PUPR melalui APBN belum ada yang mencapai 50 persen. Pembangunan Istora Papua Bangkit di Kampung Harapan masih 32 persen, arena akuatik di Doyo Baru pada kisaran 22 persen, serta arena hoki dan kriket di Doyo Baru progresnya sekitar 20 persen.
Dari hasil komunikasi lisan, pihak DKI Jakarta menyatakan bersedia untuk menggelar Popnas dan Peparpenas itu
Pembangunan arena di bawah tanggungjawab pemda lewat APBD masih tahap pengerjaan, seperti arena bola voli dan voli pasir di Koya, serta lapangan futsal di Mimika. Sisanya, bahkan, masih dalam proses penyiapan pelaksanaan.
”Di samping itu, proses pengadaan peralatan pertandingan sejauh ini belum dilaksanakan pelelangan. Segenap delegasi teknis cabang yang ada di Popnas dan Peparpenas juga kesulitan memberikan jaminan ketersediaan peralatan tersebut,” kata Alexander.
Alexander menuturkan, situasi kian tidak memungkinkan karena situasi keamanan Papua yang kurang kondusif akhir-akhir ini. ”Melihat sejumlah kendala itu, kami benar-benar tidak mungkin menggelar Popnas dan Peparpenas sekarang. Kami tentu tidak ingin sekadar menggelar ajang. Kami juga ingin menjadi tuan rumah yang baik, yakni memastikan kenyamanan dan keamanan tamu,” tuturnya.
Menurut Alexander, dengan pembatalan menggelar Popnas dan Peparpenas 2019, pihaknya juga bisa fokus menyiapkan PON dan Peparnas 2020. Hal itu turut mengurangi beban anggaran dan energi Papua yang sekarang sangat tersita untuk dua ajang muti cabang di tahun depan tersebut. ”Kami ingin dua agenda itu bisa terselenggara dengan baik, dari sisi kenyamanan dan keamanan,” ujarnya.
Mengalihkan ke DKI Jakarta
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengutarakan, pihaknya dapat memaklumi kondisi Papua saat ini. Untuk itu, mereka tidak keberatan dengan permohonan pembatalan tersebut.
Sebagai tindaklanjut pembatalan tersebut, Gatot menyampaikan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan Pemprov DKI Jakarta agar bersedia menggantikan Papua. DKI Jakarta dipilih karena dinilai sangat siap secara infrastruktur. Selain itu, Kemenpora juga lebih mudah berkomunikasi dengan Pemprov DKI Jakarta di tengah situasi dadakan ini.
”Dari hasil komunikasi lisan, pihak DKI Jakarta menyatakan bersedia untuk menggelar Popnas dan Peparpenas itu. Namun, kami juga tahu diri, antara lain bersikap sangat lunak dengan DKI Jakarta. Kami tidak keberatan jika nomor pertandingan Popnas dikurangi dari 20 cabang menjadi setengahnya ataupun gelaran dimundur dari Oktober ke November,” katanya.
Bagi Gatot, Popnas maupun Peparpenas 2019 harus tetap digelar tahun ini. Sebab, itu sudah menjadi agenda rutin setiap dua tahunan. Ajang itu dianggap penting sebagai bagian pembinaan atlet muda nasional.