Megawati Tawarkan Pancasila sebagai Landasan Percepatan Reunifikasi Korea
›
Megawati Tawarkan Pancasila...
Iklan
Megawati Tawarkan Pancasila sebagai Landasan Percepatan Reunifikasi Korea
Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekanoputri, Kamis (29/8/2019), akan berbicara dalam Demilitarized Zone International Forum on the Peace Economy di Seoul, Korea Selatan.
Oleh
Antony Lee
·3 menit baca
SEOUL, KOMPAS — Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekanoputri, Kamis (29/8/2019), akan berbicara dalam Demilitarized Zone International Forum on the Peace Economy di Seoul, Korea Selatan. Dalam kesempatan itu, Megawati akan menawarkan Pancasila sebagai salah satu landasan untuk mempercepat perdamaian dan reunifikasi Korea.
Megawati yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) akan menjadi pembicara pembuka bersama sejumlah tokoh penting. Selain Megawati, hadir pula sebagai pembicara utama, antara lain, mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroder, mantan Perdana Menteri Jepang Hatoyama Yukio, dan mantan Presiden Mongolia Orchirbat Punsalmaagiin.
Kepada wartawan di Seoul, Rabu (28/8/2019) malam, Megawati menuturkan, dirinya meyakini ada keinginan dari kedua belah pihak, yakni Korea Utara dan Korea Selatan, untuk mendorong penyatuan Korea. Keyakinan ini muncul dari interaksi Megawati dengan pemimpin di kedua negara itu.
Megawati saat masih menjabat presiden pada 2002 memfasilitasi menyampaikan pesan dari pemimpin kedua negara. Saat itu Korut masih dipimpin Kim Jong Il, ayah dari pemimpin Korut saat ini, Kim Jong Un, dan Korsel dipimpin Presiden Kim Dae Jung. Beberapa tahun terakhir, Megawati juga aktif berbicara dalam beberapa forum membahas upaya reunifikasi dan perdamaian di Semenanjung Korea.
Jadi, saya paling tidak mengikuti keinginan-keinginan dari kedua belah pihak. Dan, saya menawarkan justru Pancasila untuk bisa dipergunakan sebagai landasan untuk nanti mempercepat proses yang sekarang telah terjadi.
Selain itu, Megawati juga menekankan, reunifikasi Korut dan Korsel ini lebih bisa terwujud jika tidak hanya didorong dari sisi politik, tetapi juga ada upaya mempertemukan melalui kebudayaan, ekonomi, dan sektor lain. ”Saya kira itu yang akan saya sampaikan,” kata Megawati.
Selain mendapat undangan untuk berbicara di forum yang diselenggarakan di Korea Selatan itu, ia juga mendapat undangan dari Pemerintah Korut. ”Tetapi, saya sedang menunggu, mencari waktu yang baik,” ucap Megawati.
Konferensi DMZ International Forum on the Peace Economy diselenggarakan oleh The Korean Institute for International Economic Policy dan The National Research Council for Economics, Humanities, and Social Sciences. Sebelum konferensi dimulai, para peserta konferensi terlebih dahulu menyambangi DMZ, yang menjadi perbatasan Korsel dan Korut. Lokasi ini berada sekitar 50 kilometer dari Seoul.
Lee Jae Young, Chair of the Executive Committee for the DMZ International Forum on the Peace Economy, dalam sambutan di laman daring konferensi menyampaikan, para tamu undangan dari Korea dan dari negara lain yang akan menghadiri forum itu akan membahas kebijakan perdamaian ekonomi di bawah naungan slogan ”perdamaian adalah ekonomi”.
Terkait hal itu, dia ingin meningkatkan pemahaman terkait peta ekonomi baru Semenanjung Korea dan berkontribusi pada konsensus di tingkat komunitas internasional.
”Kami percaya DMZ International Forum on the Peace Economy akan menjadi wadah bagi komunikasi yang bermakna di dalam Korea dan komunitas internasional serta menuntun pada keberagaman ide untuk mendukung perdamaian ekonomi di Semenanjung Korea,” kata Lee dalam sambutan tertulisnya.