Raja Malaysia, Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong XVI Al-Sultan Abdullah Ri\'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, berkunjung ke Yogyakarta, Rabu (28/8/2019). Selain silaturahmi dengan Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, kunjungan Raja Malaysia tersebut diharapkan mempromosikan potensi wisata di Jogja.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
Raja Malaysia, Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong XVI Al-Sultan Abdullah Ri\'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, berkunjung ke Yogyakarta, Rabu (28/8/2019). Selain silaturahmi dengan Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, kunjungan Raja Malaysia tersebut diharapkan mempromosikan potensi wisata di Jogja.
Meski disebut tidak memiliki agenda khusus, kunjungan Raja Malaysia itu diharapkan ikut mempromosikan potensi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan begitu diharapkan bisa ikut mendongkrak jumlah wisatawan Malaysia yang melancong ke Jogja.
Kunjungan ke Yogyakarta ini dilakukan setelah Yang di-Pertuan Agong XVI bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/8/2019). Pada Rabu pagi, Yang di-Pertuan Agong XVI mendarat di Yogyakarta, kemudian berkunjung ke Keraton Yogyakarta.
Berdasarkan pantauan Kompas, Yang di-Pertuan Agong XVI tiba di Keraton Yogyakarta pada pukul 11.40 WIB. Sang raja tiba bersama istrinya, yakni Raja Permaisuri Agong Tunku Hajah Azizah Aminah Maimunah Iskandariah, serta tiga putrinya, yaitu Tengku Puteri Ilisha Ameera, Tengku Puteri Afzan Aminah Hafizatullah, dan Tengku Puteri Jihan Azizah ‘Athiyatullah.
Begitu tiba di Keraton Yogyakarta, Raja Malaysia dan rombongannya disambut sejumlah putri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, yakni Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, dan GKR Bendara di Regol Kamandungan Lor. Selain mereka, dua menantu Sultan HB X, yakni Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Purbodiningrat serta KPH Notonegoro, juga turut menyambut Raja Malaysia dan rombongan.
Kunjungan Raja Malaysia itu diharapkan ikut mempromosikan potensi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Raja Malaysia dan rombongannya kemudian masuk ke dalam Keraton Yogyakarta, lalu disambut Sultan HB X dan permaisurinya, GKR Hemas, di Regol Danapratapa. Dari pintu tersebut, Raja Malaysia beserta Sultan HB X pun masuk ke Gedhong Jene Keraton Yogyakarta. Di Gedhong Jene, kedua raja beserta keluarganya melakukan pertemuan dan ramah-tamah, lalu dilanjutkan foto bersama.
Setelah itu, Raja Malaysia dan Sultan HB X melihat pameran koleksi seni Keraton Yogyakarta di Tratag Gedhong Prabayekso. Selesai melihat pameran tersebut, Yang di-Pertuan Agong XVI dan Sultan HB X menyaksikan Tari Lawung Jajar di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta.
Tari Lawung Jajar merupakan tarian yang diciptakan oleh raja pertama Keraton Yogyakarta, Sultan HB I. Tarian tersebut bercerita tentang latihan perang yang dilakukan para prajurit Keraton Yogyakarta.
Seusai pentas tari, Raja Malaysia dan rombongannya makan bersama Sultan HB X dan jajarannya di Bangsal Manis Keraton Yogyakarta. Dalam acara itu, turut hadir Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo serta sejumlah pejabat pemerintah. Setelah makan siang, Yang di-Pertuan Agong XVI beserta rombongan meninggalkan Keraton Yogyakarta.
Saat diwawancarai setelah pertemuan dua raja tersebut, Sultan HB X mengatakan, dalam pertemuannya dengan Yang di-Pertuan Agong XVI, tidak ada hal khusus yang dibicarakan. "Enggak membahas apa-apa. Cuma ngobrol saja," kata Sultan yang juga Gubernur DIY itu.
Sultan menuturkan, dalam kunjungan itu, Yang di-Pertuan Agong XVI dan keluarganya sempat diajak melihat sejumlah pusaka milik Keraton Yogyakarta, misalnya berupa manuskrip dan batik. Bahkan, saat itu, istri Raja Malaysia, Raja Permaisuri Agong Tunku Hajah Azizah, sempat ikut membatik. Hasil membatik itu nantinya direncanakan dikirim ke Malaysia sebagai kenang-kenangan.
"Permaisuri sempat membatik tadi. Kalau sudah selesai, nanti saya kirim," ujar Sultan HB X.
Yang di-Pertuan Agong XVI dan keluarganya sempat diajak melihat sejumlah pusaka milik Keraton Yogyakarta, misalnya berupa manuskrip dan batik.
Sultan menambahkan, kunjungan Yang di-Pertuan Agong XVI kali ini bukanlah kunjungan pertamanya ke Yogyakarta. Sebab, pada tahun 1993, sang raja juga sempat berkunjung ke Yogyakarta dan bertemu dengan Sultan HB X.
"Beliau dulu kan pernah ke sini tahun 1993 dan bertemu saya, tapi saat itu belum menjadi Yang di-Pertuan Agong. Istrinya kan juga sering ke sini," kata Sultan HB X.
Makna srategis
Walaupun tidak membicarakan agenda khusus dan tak diikuti perjanjian kerja sama, kunjungan Yang di-Pertuan Agong XVI ke Yogyakarta dinilai tetap memiliki makna strategis.
Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi mengatakan, selain bersilaturahmi dengan Sultan HB X, kunjungan Yang di-Pertuan Agong XVI itu juga untuk melihat sejumlah destinasi wisata unggulan di DIY dan sekitarnya.
Setelah kunjungan ke Keraton Yogyakarta, Yang di-Pertuan Agong XVI dan rombongannya berkunjung ke beberapa tempat, yakni sentra kerajinan perak Kotagede di Yogyakarta; Candi Prambanan; dan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Menurut Gatot, kunjungan Yang di-Pertuan Agong XVI itu bisa menjadi sarana promosi bagi berbagai destinasi wisata di DIY dan sekitarnya. "Dengan kunjungan Raja Malaysia ini otomatis menjadi promosi bagi kita sehingga diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan Malaysia ke sini. Artinya kalau rajanya sudah ke sini, ya diharapkan rakyatnya juga ke sini," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo menyatakan, selama ini, jumlah wisatawan Malaysia ke DIY cukup mendominasi. Dari total wisatawan mancanegara yang datang ke DIY, sekitar 60 persennya dari Malaysia.
"Tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke DIY sekitar 412.000 orang. Dari jumlah itu, 60 persennya berasal dari Malaysia," ujar Singgih.
Dia menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat banyak wisatawan Malaysia datang ke DIY. Salah satunya adalah adanya penerbangan langsung dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Yogyakarta. "Selain itu, ini juga dampak dari masifnya promosi yang dilakukan melalui berbagai even," katanya.
Singgih berharap, kunjungan Yang di-Pertuan Agong XVI ke Yogyakarta ini bisa membawa dampak positif pada pariwisata DIY. Setelah kunjungan tersebut, diharapkan jumlah wisatawan Malaysia yang datang ke DIY bisa terus bertambah.
Selain itu, kunjungan tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan lama kunjungan wisatawan Malaysia di DIY. Sebab, saat ini, lama tinggal wisatawan Malaysia di DIY rata-rata baru sekitar 1,5 hari.
"Harapan kami, dengan ada beliau ke sini, itu juga akan membawa dampak yang positif sehingga lebih banyak lagi wisatawan Malaysia yang datang," ungkap Singgih.