Pelaku Usaha Perjalanan Terus Berinovasi
JOHOR, KOMPAS - Pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) terus bertahan dalam kondisi terganggunya usaha penerbangan domestik. Selain memperbanyak paket tur, mereka juga mengalihkan perjalan wisata ke luar negeri.
Langkah itu diambil agar mereka bisa bangkit, setelah terpuruk akibat tiga hal yakni hadirnya penjualan tiket penerbangan melalui sistem jejaring, naiknya harga tiket pesawat domestik, dan sistem bagasi berbayar.
Kemelut yang terjadi dalam setahun terakhir ini membuat agen perjalanan ini merugi hingga 80 persen.
Keluhan tersebut diungkapkan pelaku usaha agen perjalanan dari Surabaya, Semarang, Jakarta, Bandung, Belitung, Riau, dan Medan di sela-sela Familiarization Trip Astindo di Johor, Malaysia, Senin (26/8/2019) hingga Kamis (29/8/2019).
Direktur Eksekutif Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Sjahrul Firdaus Faryd membenarkan, anggotanya mengalami penurunan pendapatan cukup signifikan akibat mahalnya harga tiket dan penerapan sistem bagasi berbayar oleh maskapai penerbangan.
Pelaku usaha perjalanan tersebut mengeluhkan kondisi mahalnya harga tiket penerbangan yang terjadi dalam setahun terakhir. Dalam periode Januari sampai Juli 2019, mereka mengalami penurunan pendapatan bervariasi antara 50 hingga 70 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sjahrul mengatakan, saat ini jumlah anggota Astindo sebanyak 870-an. Anggotanya terdiri dari agen tiket dan tur. "Yang paling terdampak adalah agen penjualan tiket. Pendapatan mereka turun hingga 70 persen. Sementara anggota yang adalah agen perjalanan wisata (tur) mengalami penurunan pendapatan hingga 50 persen," kata Syahrul di Legoland, Kamis.
Menurut Syahrul, pelaku usaha perjalanan wisata juga cukup terdampak karena sebesar 50 persen dari biaya perjalanan adalah penbelian tiket.
"Komponen tiket adalah yang terbesar dari sebuah paket perjalanan wisata. Mahalnya harga tiket membuat harga paket menjadi naik. Belum lagi sistem bagasi berbayar, sehingga biaya perjalanan wisata naik," kata Syahrul.
Menurut Syahrul, mahalnya tiket dan sistem bagasi berbayar harusnya tidak terjadi karena kondisi ini mempengaruhi pariwisata domestik.
"Kenapa sangat berdampak? Dalam paket tur, tiket menjadi bagian terbesar, mencapai lebih dari 50 persen. Jadi adanya kenaikan tarif tiket sangat mempengaruhi perjalanan tur," tambah Firdaus.
Menurut Firdaus, kebijakan menaikkan harga tiket dan bagasi berbayar adalah salah. Ia berharap, harga tiket kembali murah agar potensi wisata domestik naik lagi.
"Orang jadi malas berjalan-jalan di domestik (dalam kota). Malah mereka mengalihkan perjalanan ke luar negeri yang lebih murah dan bagasi tidak berbayar," tambah Firdaus.
Tak hanya agen perjalanan anggota Astindo saja, dampak ini juga dirasakan oleh perhotelan dan toko suvenir atau oleh-oleh.
"Saya baru habis memantau ke sejumlah daerah, antara lain Pekanbaru, Bengkulu, Jambi, dan lainnya. Pelaku usaha suvenir mengeluh mengalami penurunan pembeli hingga 70 persen karena dampak orang membatasi perjalanannya ke luar kota. Begitu juga dengan hotel, tingkat hunian menurun karena banyak orang tidak lagi melakukan perjalanan ke luar kota," jelas Firdaus.
Menurut Firdaus, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan kondisi ini saat harga tiket pesawat naik dan bagasi berbayar. Misalnya, menggelar pameran yang menghadirkan maskapai penerbangan. Akan tetapi, tetap saja hasilnya belum maksimal.
Merugi dan bangkit
Ake dari Fik Tour and Travel di Jalan Gang Nuri, Pekanbaru, Riau, merasakan dampak beralihnya sistem pembelian tiket dari konvensional menjadi sistem daring. Juga mahalnya harga tiket dan sistem bagasi berbayar.
"Kami merugi hingga 80 persen. Banyak yang membatalkan perjalanannya," kata Ake yang melayani pembelian tiket dan paket perjalanan wisata," kata Ake di Hotel Westin, Desaru Coast, Johor, Malaysia, Rabu.
Ake yang menjual tiket penerbangan dan paket wisata mengatakan, mahalnya tiket penerbangan membuat biaya perjalanan dan harga paket wisata menjadi naik. Akibatnya, banyak pelanggannya menunda perjalanan untuk sementara waktu, bahkan ada yang langsung membatalkan perjalanan.
Ake menjelaskan, yang paling terlihat dampaknya adalah pembelian tiket penerbangan yang menurun hingga 80 persen.
Neni Trinawati dari Duta Siak Wisata Tour and Travel, Riau, mengatakan, dampak dari pembelian tiket penerbangan sistem daring membuat pelanggannya yang masih bertahan adalah mereka yang sudah berusia lanjut dan belum mengerti pemesanan secara sistem daring. Sementara mereka yang sudah melek teknologi banyak yang beralih ke usaha serupa memakai sistem daring.
"Kami harus bersaing dengan jasa penjualan tiket online. Yang sudah melek teknologi dan mereka yang sangat sibuk memilih langsung membeli tiket melalui lewat telepon genggam. Mereka yang tidak tahu memggunalkan teknologi memesan tiketnya ke kami," kata Neni.
Kondisi usaha ini, lanjut Neni, diperparah dengan mahalnya harga tiket penerbangan dan sistem bagasi berbayar.
Neni mencontohkan, ada rombongan yang semula berencana ke Bali, akhir Desember 2018 dan awal Januari 2019. Ada juga langganannya yang akan ke Yogyakarta pada liburan sekolah Juli lalu. Akan tetapi, kedua pihak itu membatalkannya.
Beralih ke Luar Negeri
Neni mengatakan, tiket penerbangan domestik yang mahal mengharuskan mereka berinovasi.
" Kami menawarkan paket perjalanan ke luar negeri, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Jauh lebih murah daripada mau mau Jakarta, Yogyakarta, dan Bali," tambah Neni.
Biaya tiket dan perjalanan wisata ke luar negeri, kata Neni, jauh lebih murah. Apalagi, mereka betada tidak jauh dari tiga negara tersebut.
Dengan uang Rp 470.000 per orang, sudah bisa terbang atau naik kapal feri ke Singapura dan Malaysia. Sementara untuk tiket penerbangan ke Jakarta mencapai Rp 750.000 sampai 1,2 juta per orang per sekali terbang. Belum lagi penumpang bagasi berbayar minimal Rp 200.000.
"Enggak mungkin kan orang jalan-jalan tanpa bagasi karena mereka membawa oleh-oleh," jelas Neni.
Tiket Jakarta - Batam saja , kata Neni, bisa mencapai Rp 2,2 juta per orang. Sementara dari Batam ke Singapura untuk layanan pesawat pergi dan pulang maksimal Rp 1,5 juta pet orang.
Lilyana dari Eazy Holiday Tour, Surabaya; dan Silviyanti Adiyus dari Happy Holiday, Jakarta juga mengatakan dampak dalam usaha serupa.
"Dampaknya (tiket online, harga tiket mahal, dan bagasi berbagai), pelanggan menurun sampai 50 persen, terutama untuk pesanan tiket. Tetapi, untuk kalau perjalanan paket tur menurun hingga 30 sampai 40 persen," kata Lilyana.
Menurut Lilyana saat ini dalam kondisi seperti ini banyak pelanggan memilih menggunakan moda transportasi lainnya, seperti kendaraan pribadi, bus, dan kereta api.
Sementara untuk paket tur, kata Lilyana, pihaknya mengemasnya dengan maksimal, sehingga bagasi peserta tur terakomodasi. "Pintar-pintarnya kita memgemas paket tur ini, termasuk mengakomodasi bagasinya," kata Lilyana, Rabu di Hard Rock Hotel, Desaru Coast, Johor, Malaysia.
Harga tiket turun
Ake mengakui, memang sekarang ini harga tiket yang sudah diturunkan pada Selasa, Kamis, dan Sabtu. Akan tetapi, hal itu tidak memberikan dampak signifikan bagi agen perjalanan dan pelanggannya.
"Pengaruhnya sangat sedikit. Hanya beberapa rute penerbangan dan tempat duduk saja. Sedikit saja," kata Ake.
Willy Togu M Sihombing, pemilik biro jasa perjalan wisata Sedona Holidays Tour & Travel di Medan, Sumatera Utara, mengatakan, dalam kondisi dunia usaha pariwisata tujuan domestik yang lesu mereka menawarkan pilihan wisata ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thailand.
"Kalau mau bertahan, kami harus pintar berinovasi. Mahalnya berwisata domestik, pilihanya adalah menawarkan perjalanan ke luar negeri," kata Willy.