Hari Ulang Tahun ke-650 Cirebon menjadi tonggak memajukan pariwisata secara berjejaring dengan daerah-daerah di sekitarnya. Tidak hanya menggelar berbagai festival, pemerintah setempat juga menyepakati komitmen bersama empat kabupaten sekitar Cirebon untuk memadukan dan mengembangkan potensi wisata di Jawa Barat bagian timur.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Hari ulang tahun ke-650 Cirebon menjadi tonggak memajukan pariwisata secara berjejaring dengan daerah-daerah di sekitarnya. Tidak hanya menggelar berbagai festival, pemerintah setempat juga menyepakati komitmen bersama empat kabupaten sekitar Cirebon untuk memadukan dan mengembangkan potensi wisata di Jawa Barat bagian timur.
Puncak peringatan hari jadi Cirebon berlangsung di Jalan Siliwangi, depan Balai Kota Cirebon, Minggu (1/9/2019). Jalan raya itu dijadikan panggung bagi 200 penari sintren. Penari berbagai usia menari menggunakan kaca mata hitam dan selendang, khas tari sintren. Ribuan warga rela berdesakan demi menyaksikan tari sintren massal itu.
Setelah itu, sekitar 100 grup pawai berjalan kaki sambil mengenakan aneka kostum dalam Cirebon Costume Carnival. Parade kostum itu, antara lain, berisi batik, topeng Cirebon, barongsai, hingga kostum yang dimodifikasi seperti kereta kencana singa barong.
Kereta ini merupakan hasil perpaduan bentuk burung (paksi atau burung), naga, dan gajah. Burung dalam kereta itu mewakili buraq yang erat dengan ajaran Islam, naga mewakili pengaruh China, dan liman atau gajah menjadi simbol Ganesha dalam Hindu.
Sebelumnya, panitia HUT Kota Cirebon juga menggelar Festival Empal Gentong. Festival yang mengangkat kuliner khas daerah itu menyediakan 650 porsi empal gentong secara gratis. Di kawasan Stadion Madya Bima, berlangsung pameran potensi Cirebon dan aneka wahana bermain hingga 22 September.
Berbagai acara tersebut termasuk dalam 50 rangkaian kegiatan HUT Kota Cirebon. Kegiatan massal ini pertama kali dilaksanakan untuk memperingati hari jadi Kota Cirebon. ”Ini akan jadi agenda tahunan. Kami ingin mengembangkan Cirebon sebagai kota kreatif berbasis sejarah dan budaya lokal sehingga pariwisatanya maju,” kata Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.
Puncak peringatan HUT Kota Cirebon itu juga diisi penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pariwisata dengan empat kabupaten di sekitarnya. Daerah-daerah itu adalah Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Kelima daerah itu sering disebut Ciayumajakuning.
Penandatanganan disaksikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, dan Sultan Sepuh XVI Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. Namun, keempat kepala daerah lain tidak hadir. ”Bentuk kerja sama pariwisata nantinya ialah membuat paket wisata bersama Ciayumajakuning. Tahun ini paketnya mulai berjalan,” kata Azis.
Menurut dia, Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon punya keunggulan wisata sejarah dan religi. Di kota seluas 37 kilometer persegi itu terdapat tiga keraton dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berumur ratusan tahun. Di Desa Astana, Cirebon, pengunjung dari sejumlah daerah kerap berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Sanga, sembilan ulama besar penyebar agama Islam di Tanah Jawa sekitar abad ke-15.
Sementara di Kuningan dan Majalengka, menurut Azis, kaya dengan destinasi wisata alam, seperti Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jabar. Adapun Indramayu menjadi destinasi wisata bahari dan budaya. ”Kalau ini bekerja sama, pasti luar biasa untuk kemajuan pariwisata daerah,” ungkapnya.
Terlebih, infrastruktur telah tersedia di Ciayumajakuning. Jalan Tol Cikopo-Palimanan, misalnya, mempercepat mobilitas wisata dari Jakarta ke Cirebon dan sekitarnya. Rel ganda kereta api juga telah lama beroperasi. Bahkan, Bandara Internasional Jabar Kertajati di Majalengka mulai Juli lalu kembali aktif melayani penerbangan domestik.
Untuk itu, Azis pun optimistis dapat mencapai target kunjungan 2 juta wisatawan tahun ini. Jumlah itu masih jauh di bawah kunjungan 4 juta wisatawan ke Kuningan tahun lalu.
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengapresiasi upaya Kota Cirebon mengembangkan pariwisata di Jabar bagian timur. ”Kami akan mengangkat Cirebon sebagai ikon pariwisata Jabar dan wilayah Ciayumajakuning sebagai kawasan ekonomi khusus. Caranya, memperbaiki sarana dan prasarananya. Cirebon maju, Jabar maju,” katanya.