Charles Leclerc menempuh jalan panjang dan berliku untuk meraih kemenangan pertama di Formula 1. Tonggak yang dia tancapkan di Sirkuit Spa, jadi awal dari mimpi besar lainnya.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
SPA FRANCORCHAMPS, MINGGU – Chares Leclerc, pebalap muda Ferrari, mewujudkan mimpi kanak-kanaknya, yaitu memenangi balapan Formula 1, dengan finis terdepan di seri Belgia, Minggu (1/9/2019) malam WIB. Namun, kemenangan perdana pebalap 21 tahun itu diliputi suasana duka menyusul tewasnya pebalap Formula 2, Anthoine Hubert (22), sahabat Leclerc.
Leclerc dan Ferrari seharusnya bergembira dan berpesta seusai balapan seri ke-13 di F1 musim 2019 itu. Leclerc, yang menguasai seri Belgia sejak latihan bebas, Jumat lalu, mengakhiri puasa kemenangan tim “Kuda Jingkrak” di F1. Itu menjadi kemenangan pertama Ferrari musim ini sekaligus podium tertinggi Leclerc dalam dua tahun karir penuhnya di F1.
Namun, tidak terlihat euforia itu, kemarin. Tidak ada pula teriakan laiknya para juara F1 lainnya. Leclerc bahkan hanya memejamkan matanya ketika tiba di parc ferme, kawasan parkir khusus para pemenang balapan di Sirkuit Spa Francorchamps. Tahun ini, ia nyaris tiga kali memenangi balapan F1, antara lain di Bahrain dan Austria. Namun, Leclerc baru mampu mewujudkannya di Belgia.
Pebalap asal Monako itu terbantu dengan karakteristik Sirkuit Spa yang didominasi tikungan cepat. Sirkuit semacam itu cocok dengan Ferrari, mobil dengan tenaga tertinggi di F1 musim ini. Di sirkuit tercepat di Eropa itu, Leclerc bisa memacu Ferrari hingga kecepatan 325 kilometer per jam. Ia pun tidak bisa disusul para pebalap lainnya, termasuk Lewis Hamilton dari tim Mercedes yang finis kedua, sejak start hingga berakhirnya balapan itu.
“Mimpi saya sejak kecil akhirnya terwujud. Namun, di sisi lain, kita menghadapi situasi sulit. Kita baru saja kehilangan seorang teman (Hubert). Saya tidak bisa menikmati sepenuhnya kemenangan ini,” tutur Leclerc yang mempersembahkan kemenangan pertamanya di F1 itu untuk Hubert.
Leclerc ternyata memiliki kedekatan dengan Hubert, pebalap tim BWT Arden yang tewas pada balapan hari pertama F2 di Belgia, Sabtu. Keduanya sama-sama memulai karir balapannya di Formula Renault 2.0 Eropa pada 2014 lalu. Namun, karir Leclerc sedikit lebih baik dari Hubert. Pada 2017, Leclerc sudah tampil di F2 dan langsung menjadi juara sebelum akhirnya promosi ke F1 setahun berikutnya.
Adapun Hubert baru terjun penuh di F2 pada tahun ini. Pebalap asal Perancis yang lama berkarir di GP3 itu dua kali memenangi seri balapan F2 musim ini, yaitu di Monako dan Perancis. Di Belgia, Leclerc menembus batasan baru, yaitu menjuarai seri F1, adapun Hubert tidak kesampaian mewujukan mimpinya tampil di F1. “Kami sempat tumbuh bersama. Saya juga memulai balapan bersamanya. Kejadian kemarin sangat disesalkan,” ujar Leclerc.
Reputasi mengerikan
Hubert tewas dalam kecelakaan maut yang melibatkan dua pebalap lainnya. Tragedi itu berawal saat mobilnya menghantam tembok pembatas di ujung tikungan kurva Raidillon guna menghindari tabrakan fatal dengan Giuliano Alesi, pebalap tim Trident yang terpelintir di depannya. Cilakanya, di belakangnya, meluncur dengan kencang mobil yang dikendarai Juan Manuel Correa dari tim Charouz. Mobil Hubert pun hancur, bahkan terbelah dua, seusai dihantam Correa.
Keduanya pun dilarikan ke rumah sakit. Namun, Hubert yang berasal dari Perancis, dinyatakan tewas sekitar sejam seusai kecelakaan itu. Adapun Correa dalam kondisi stabil saat dirawat di RS CHU Liege. Balapan pertama F2 di Belgia saat itu pun dibatalkan, begitu pula featured race kedua pada Minggu. Namun, balapan di atasnya, F1, tetap berlangsung.
Hubert menjadi pebalap pertama setelah Jules Bianchi asal Perancis yang tewas di balap Formula 1 pada 2014 di Jepang. Di masa lalu, Sirkuit Spa sempat ditakuti banyak pebalap. Sirkuit itu bahkan pernah diboikot sejumlah pebalap F1 pada musim 1969. Pada 1960, dua pebalap F1, yaitu Chris Bristow dan Alan Stacey, tewas dalam waktu 15 menit akibat kecelakaan di sirkuit itu.
Tikungan-tikungan cepat, ditambah medan balapan yang naik turun dan cuaca yang kerap berubah-ubah menjadi kombinasi mematikan di sirkuit ini. “Jika Anda berpikir bahwa apa yang kami lakukan sepenuhnya aman, itu salah besar. Para pebalap ini mempertaruhkan nyawanya di lintasan begitu turun di trek. Orang-orang harus mengapresiasinya dengan cara yang benar,” ujar Hamilton yang ikut berduka atas tewasnya Hubert. (AFP)