TURIN, SABTU - Laga kontra Juventus di Stadion Allianz Turin, Minggu (1/9/2019), menjadi malam yang ironis bagi bek Napoli, Kalidou Koulibaly. Bek asal Senegal ini menyandang predikat bek terbaik di Serie A musim lalu dan malam kemarin justru menghancurkan peluang timnya untuk bisa mencuri poin dari rival utamanya. Napoli pun kalah 3-4.
Duel pada pekan kedua Liga Italia antara Juventus dan Napoli itu merupakan duel yang sudah dinantikan Napoli. Tim asuhan pelatih Carlo Ancelotti itu sudah lama ingin menunjukkan bahwa mereka mampu meruntuhkan dominasi si “Nyonya Besar” di Italia. Mereka sudah punya pelatih kaya pengalaman dan para pemain yang mumpuni, termasuk Koulibaly.
Sejak bergabung di Napoli pada tahun 2014, Koulibaly telah berkembang menjadi bek yang sangat ditakuti lawan. Berkat bimbingan pelatih lama Napoli, Maurizio Sarri, yang kini melatih Juventus, Koulibaly tumbuh menjadi bek yang tidak hanya tangguh menahan serangan lawan melainkan juga berperan dalam membangun serangan dari belakang.
“Koulibaly saat ini merupakan bek terbaik di dunia. Satu-satunya bek yang bisa mendekati kemampuannya adalah Sergio Ramos (Real Madrid),” ujar mantan bek Juventus, Lazio, dan Atalanta, Guiglielmo Stendardo, seperti dikutip Football-Italia pada Oktober 2018. Menurut dia, Ramos masih kalah dari Koulibaly dalam hal kemampuan fisik.
Berkat Koulibaly, Napoli menjadi tim yang mampu menjaga gawang tetap utuh (clean sheet) dalam 14 laga selama musim 2018-2019. Meski belum bisa menganggu dominasi Juventus pada musim lalu, Napoli bisa finis pada peringkat kedua. Musim ini, misi mereka untuk menjungkalkan Juventus kembali berjalan. Namun, justru Koulibaly yang merusak kesempatan pertama, Minggu kemarin.
Napoli sebenarnya sudah mampu memukul balik Juventus pada babak kedua. Ketika sudah tertinggal 0-3 pada babak pertama, mereka bangkit dan menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Napoli berturut-turut mencetak gol melalui Kostas Manolas, Hirving Lozano, dan Giovanni Di Lorenzo.
Petaka muncul ketika waktu 90 menit habis dan laga memasuki masa tambahan waktu. Juventus mendapat tendangan bebas yang dieksekusi Paulo Dybala dan Koulibaly bermaksud membuang bola tersebut. Namun, bola justru masuk ke gawang. Koulibaly pun langsung lemas meratapi kesalahannya.
“Saya minta maaf. Kita sudah membuktikan bahwa kita kuat dan kita akan membuktikannya lagi,” ujar Koulibaly dalam akun Twitter-nya. Ia mengaku sangat merasa terluka karena telah menghancurkan jerih payah tim yang sudah mampu bangkit. Di sisi lain, ia ingin menyampaikan bahwa kekalahan ini bukan akhir dari segalanya. Musim 2019-2020 baru saja berjalan dan Napoli masih punya banyak kesempatan untuk kembali bangkit.
Koulibaly juga sadar bahwa Ancelotti juga sangat kecewa dengan hasil laga tersebut. “Ini bukan hasil yang positif, kami telah membuang peluang hari ini,” ujar Ancelotti.
Kecemasan Juventus
Napoli setidaknya sudah mampu membuat Juventus merasa cemas. Si Nyonya Besar mendapat peringatan bahwa lini belakang mereka masih sangat rapuh meski sudah memiliki salah satu bek muda berbakat, Matthijs de Ligt. Bek yang dibeli dari Ajax itu memang sedikit bekerja keras karena tidak ada Giorgio Chiellini yang mengalami cedera.
“Anda bisa saja kebobolan tetapi tidak kebobolan tiga gol dalam 16 menit,” ujar asisten manajer Juventus Giovanni Martusciello yang malam itu menggantikan posisi Sarri yang masih harus menjalani perawatan karena sedang mengidap penyakit pneumonia. Sarri sebenarnya ingin hadir dalam laga melawan mantan klub yang pernah ia latih itu.
Martusciello mengakui bahwa, timnya merasa sudah nyaman ketika unggul 3-0 melalui gol yang diciptakan Danilo, Gonzalo Higuain, dan Cristiano Ronaldo. Mereka lupa bahwa Napoli di bawah Ancelotti menyimpan ancaman. “Ketakutan muncul setelah Napoli mulai bisa menyamakan kedudukan,” ujarnya.
Juventus kini berada di puncak klasemen sementara dengan enam poin. Mereka selanjutnya akan menghadapi Fiorentina setelah jeda internasional. (AFP/REUTERS)