Indonesia boleh bermimpi untuk bisa tampil di ajang Piala Dunia. Namun, Malaysia mengajak tim ”Garuda” untuk kembali melihat kenyataan.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim nasional sepak bola Indonesia gagal menjalani start yang manis pada laga pertama kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 setelah dikalahkan Malaysia, 2-3, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Bahkan, Indonesia juga gagal menjadi tuan rumah yang baik akibat ulah sejumlah suporter yang mengabaikan sportivitas.
Laga kualifikasi putaran kedua di Grup G ini kembali menunjukkan kenyataan pahit kepada Indonesia bahwa tampil di Piala Dunia masih sebatas mimpi yang sulit terwujud. Indonesia masih belum siap terjun ke level tertinggi karena masih punya pekerjaan rumah yang belum kelar, yaitu menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.
Padahal, untuk bisa lolos dari fase grup dalam ajang kualifikasi ini, Indonesia setidaknya harus bisa finis di peringkat kedua dengan mengungguli tim-tim Asia Tenggara lainnya di Grup G, seperti Thailand dan Vietnam. Adapun Uni Emirat Arab menjadi tim yang difavoritkan untuk menempati puncak grup.
Pelatih timnas Indonesia Simon McMenemy pun memakai pendekatan yang lebih agresif dalam menjalani ajang kualifikasi ini. Pelatih asal Skotlandia itu menginginkan timnya untuk selalu menyerang secepat mungkin dan strategi itu sudah berhasil dijalankan pada awal laga.
Tim Garuda sudah mampu membuka keunggulan melalui kerja sama yang apik di lini serang. Dua gol Indonesia pada babak pertama tercipta dari kaki striker Alberto Goncalves alias Beto. Namun, lini pertahanan Indonesia sempat lengah sehingga Malaysia juga bisa mencetak satu gol pada babak pertama melalui tendangan Mohamadou Sumareh.
Malaysia kemudian bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2 pada babak kedua melalui gol yang diciptakan Muhammad Syafiq Ahmad. Selanjutnya gol kemenangan tim ”Harimau Malaya” terjadi pada menit ke-90+7 melalui tendangan Sumareh.
”Kekalahan ini sangat sulit ditelan dan tentu melukai semua orang. Kami sudah berhasil bermain sesuai strategi. Namun, para pemain kemudian kelelahan,” ujar McMenemy. Hampir semua pemain Indonesia sudah kelelahan pada babak kedua, bahkan bek Ricky Fajrin Saputra sampai mengalami cedera.
Dengan kondisi pemain seperti ini, harapan McMenemy untuk memakai pendekatan yang agresif pun menjadi sia-sia. Ia harus menerima kenyataan bahwa masih banyak hal-hal mendasar yang harus dibenahi di dalam skuad.
Padahal, McMenemy semula langsung berharap Indonesia mendapat lawan-lawan di luar Asia Tenggara. Dengan demikian, Indonesia mampu belajar banyak agar semakin cepat berkembang. Namun, hasil ini membuatnya harus berpikir untuk lebih jauh melangkah ke depan.
”Tidak adil untuk menyalahkan pemain karena mereka sudah berusaha bermain sebaik mungkin,” ujar McMenemy.
Ia berharap para pemain bisa bekerja dalam sistem yang baik seperti mendapat kenyamanan dalam hal penjadwalan liga. Jadwal liga yang padat dan bertabrakan dengan jadwal latihan timnas dapat mengganggu ritme dan stamina pemain. Kini, Indonesia harus kembali bangkit untuk menghadapi lawan berikutnya yang tidak kalah tangguh, yaitu Thailand, Selasa (10/9).
Ulah suporter
Kekalahan Indonesia ini semakin bertambah menyakitkan dengan adanya ulah sejumlah suporter Garuda yang ”menyerang” para suporter Malaysia di tribune penonton. Sejak awal laga, para suporter Indonesia melontarkan kata-kata kasar kepada para suporter Malaysia yang ditempatkan di satu titik tribune.
Pada babak kedua, sejumlah suporter Indonesia bahkan berani turun ke lapangan dan berlari ke arah suporter Malaysia. Sementara suporter Indonesia lainnya yang berada tepat di atas para suporter Malaysia mulai melempar plastik berisi minuman dan botol.
Ketika keributan terjadi, laga sempat terhenti dan kapten timnas Indonesia Andritany Ardhiyasa memutuskan untuk ikut mendekati para suporter. ”Jujur, sebagai kapten, saya sedih melihat apa yang dilakukan oknum suporter malam ini,” ujarnya.
Kiper Persija Jakarta ini juga mengaku ulah suporter tersebut justru semakin membuat mereka tidak bisa berkonsentrasi. Namun, ia merasa hal itu tidak bisa menjadi alasan untuk membenarkan kekalahan tersebut karena Malaysia juga merasa terganggu.
Sebenarnya, kericuhan itu justru menguntungkan Malaysia. ”Insiden suporter itu membuat kami merasa lebih termotivasi untuk memenangi laga ini. Kami berhasil dan kami sangat senang mendapat tiga poin,” ujar Sumareh.