Atlet Nasional Berburu Tiket Maraton PON Papua 2020
›
Atlet Nasional Berburu Tiket...
Iklan
Atlet Nasional Berburu Tiket Maraton PON Papua 2020
Sebanyak 31 atlet dari 11 provinsi, termasuk sejumlah atlet nasional, menjadikan Maybank Maraton Bali 2019 sebagai ajang berburu tiket nomor maraton PON Papua 2020
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
MANGUPURA, KOMPA - Tak hanya mewadahi pelari hobi, Maybank Marathon Bali (MMB) 2019 menjadi tempat perburuan tiket nomor maraton PON Papua 2020. Sedikitnya 31 atlet dari 11 provinsi memperebutkan tiket tersebut.
Sejumlah atlet nasional turut dalam perburuan ini, seperti pelari putra juara empat kali kategori maraton nasional MMB (2014, 2015, 2016, dan 2018) Hamdan Syafril Sayuti, serta juara separuh maraton 2012 dan 10K 2013 Agus Prayogo.
Di bagian putri, ada juara maraton nasional 2018 Odekta Elvina Naibaho serta juara separuh maraton 2012 dan 2013 Tryaningsih. Untuk lolos ke PON 2020, PB PASI menetapkan batas waktu maraton putra 2 jam 40 menit dan putri 3 jam 15 menit.
Agus ketika dihubungi dari Taman Bhagawan, Ubud, Bali, Sabtu (7/9/2019), mengatakan, ini adalah pertama kali dirinya turun di kategori maraton MMB. Sebelumnya, ia hanya tampil di separuh maraton dan 10K. Bahkan, ini perlombaan maraton pertama yang diikutinya setelah gagal finis di nomor maraton Asian Games 2018.
Karena itu, atlet kelahiran Bogor, Jawa Barat 23 Agustus 1985 itu tidak memasang target muluk-muluk. Ia hanya ingin berlomba dengan nyaman dan meraih tiket ke PON 2020. Dia tidak memasang target tinggi untuk menjadi juara.
Apalagi lintasan MMB cukup berat, dengan elevasi mencapai 60-70 persen. Kalau terlalu memaksakan diri, Agus khawatir fisiknya terkuras sehingga tidak mencapai puncak penampilan di SEA Games 2019 Filipina, target utamanya tahun ini.
”Di sini, saya hanya ingin mengambil suasana lomba . Apalagi ini perlombaan maraton terakhir yang saya ikuti sebelum turun di SEA Games 2019. Target saya mencapai puncak di SEA Games nanti,” ujar atlet yang memiliki catatan waktu terbaik 2 jam 21 menit saat turun di Gold Coast Maraton 2016 di Australia.
”Ada empat atlet pelatnas, dua putra dan dua putri, yang turun di MMB 2019. Tetapi, untuk atlet yang saya pegang, saya minta mereka tidak ngotot demi menjaga diri sebelum SEA Games 2019,” kata pelatih lari jarak menengah jauh PB PASI Agung Mulyawan.
Pembuktian diri
Selain atlet elit, ada sejumlah atlet daerah yang turun di MMB 2019 demi meraih tiket maraton PON 2020. Salah satunya atlet asal Nusa Tenggara Barat Imam Mahdi. Atlet berusia 23 tahun itu baru setahun ini fokus di lari maraton setelah sebelumnya banyak bergelut di nomor 5K, 10K, dan separuh maraton.
Di MMB 2019 ini, Imam punya mimpi untuk mendapatkan tiket maraton PON Papua. Ia telah mempersiapkan diri dengan matang lewat latihan intensif tiga bulan terakhir. Latihan dilakukan pagi dan sore hari. Program latihannya, antara lain latihan interval 1.000 meter x 20 kali atau 5.000 meter x 5 kali. Pada hari Minggu, dia berlatih lari dengan jarak panjang selama lima jam.
Imam hanya libur pada Sabtu petang. ”Saya baru kali ini ikut kualifikasi maraton PON dan belum pernah turun di PON. Jadi, saya berusaha sebaik mungkin walaupun kondisi medan perlombaan dan para pesaingnya sangat berat,” tutur Imam yang punya catatan waktu terbaik di maraton 2 jam 36 menit ketika juara Palu Maraton 2018 di Sulawesi Tengah.
Direktur Lomba MMB 2019 Widya Permana mengutarakan, pihaknya dipercaya sebagai salah satu kualifikasi maraton PON 2020 karena MBM memiliki sertifikat IAAF sejak tiga tahun terakhir. Untuk mencapai standar itu, mereka harus memastikan jalur perlombaan steril dari kendaraan bermotor.
Mereka juga wajib menyediakan stasiun air setiap 2,5 kilometer lintasan perlombaan. Lalu, mereka patut menyiapkan dokter, tenaga medis, petugas keamanan, hingga kendaraan pertolongan pertama (ambulans) yang memadai.
Standar keamanan tahun ini ditingkatkan dengan menambah pemandu pelari dari 19 orang menjadi 41 orang. Para pemandu itu juga dibekali prosedur pertolongan pertama dan sertifikasi pernapasan darurat (CPR) jika menemukan kondisi darurat di perlombaan.
Selain itu, panitia menyiapkan 24 ambulans (9 mobil dan 15 sepeda motor), 178 tenaga medis, serta 750 personel keamanan di luar aparat. ”Menjadi ajang kualifikasi PON merupakan kebanggaan tersendiri. Tidak banyak ajang di Indonesia dapat kepercayaan serupa. Ini menjadi awal cita-cita menjadi perlombaan maraton dunia,” pungkas Widya.