Pemerintah Kota Surabaya mengganti bollard atau pembatas trotoar yang sebelumnya berupa tiang besi vertikal menjadi besi berbentuk manusia lidi.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya mengganti bollard atau pembatas trotoar yang sebelumnya berupa tiang besi vertikal menjadi besi berbentuk manusia lidi. Penggantian bollard dengan bentuk unik tersebut dilakukan untuk membuat para pejalan kaki semakin nyaman berjalan di trotoar.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyu Drajad, Minggu (8/9/2019) di Surabaya mengatakan, penggantian bollar akan dilakukan di 49 titik di sejumlah trotoar. Saat ini, penggantian mulai dilakukan di trotoar Jalan Pemuda dan akan diperluas di lokasi lain hingga akhir tahun.
“Penggantian bollard dilakukan secara bertahap. Kami menyiapkan 400 bollard berbentuk manusia lidi yang akan menggantikan bollard lama berbentuk tiang,” katanya.
Penggantian bollard ini, lanjut Irvan, dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan para pejalan kaki. Bollard berbentuk manusia lidi dinilai memiliki nilai seni lebih baik dibanding bollar berbentuk tiang. Pejalan kaki bisa lebih nyaman ketika melewati bollard-bolard tersebut.
Dalam setiap pemasangan bollard, kami mendesain tetap bisa dilewati pengguna kursi roda agar difabel tetap bisa mengakses trotoar dengan nyaman, ucap Irvan
Bollard berbentuk manusia lidi dengan beragam warna ini tidak akan mengurangi fungsi utama sebagai penghalang kendaraan bermotor. Di setiap trotoar selebar empat hingga enam meter, masing-masing dipasang lima bollard dengan jarak sekitar 40 centimeter.
Panjang sela-sela bollard ini hanya bisa dilewati pejalan kaki dan tidak muat untuk melintas sepeda motor. Di sisi pinggir, dipasang bollard berbentuk bola untuk mencegah kendaraan masuk ke area trotoar.
“Dalam setiap pemasangan bollard, kami mendesain tetap bisa dilewati pengguna kursi roda agar difabel tetap bisa mengakses trotoar dengan nyaman,” ucapnya.
Irvan mengatakan, Pemkot Surabaya terus meningkatkan kenyamanan para pejalan kaki di kota ini. Sejak 2011, Pemkot Surabaya sudah melakukan pembenahan trotoar sepanjang sekitar 50 kilometer antara lain di Jalan Ahmad Yani, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda, Jalan Tunjungan, dan Jalan Gubernur Suryo.
Trotoar diperlebar setidaknya lebih dari lima meter agar bisa menampung semakin banyak pejalan kaki. Di sepanjang trotoar dilengkapi dilengkapi penanda jalan (guiding block) untuk memudahkan para pejalan kaki tunanetra mengetahui jalan dan persimpangan. Di bagian pinggir, ada pohon-pohon yang membuat pejalan kaki merasa teduh saat berada di trotoar.
“Pemkot Surabaya menyiagakan petugas untuk menghalau pengguna kendaraan bermotor, pedagang kaki lima, dan parkir liar menguasai trotoar. Kami berusaha memastikan trotoar ramah bagi pejalan kaki,” tutur Irvan.
Keberadaan bollard berbentuk bola dunia membuat saya lebih tenang karena bisa mengurangi risiko kendaraan masuk ke trotoar jika terjadi kecelakaan di jalan raya, kata Triana
Warga Surabaya, Triana (25), mengatakan, berjalan kaki di trotoar Surabaya terasa lebih nyaman dibandingkan kota-kota lain. Dia merasa aman karena tidak ada pengendara pendaraan bermotor menyerobot trotoar sehingga bisa membahayakan para pejalan kaki. Jika lelah berjalan, ada kursi yang dipasang di trotoar untuk tempat istirahat sejenak.
“Keberadaan bollard berbentuk bola dunia membuat saya lebih tenang karena bisa mengurangi risiko kendaraan masuk ke trotoar jika terjadi kecelakaan di jalan raya,” katanya.
Warga Surabaya lainnya, Esty Fitria, menilai, trotoar di Surabaya saat ini bisa digunakan sebagai alternatif untuk lari. Trotoar yang lebar dan bebas dari gangguan membuat pelari dari IndoRunner Surabaya ini memanfaatkannya untuk berlari dengan komunitasnya setiap empat kali dalam seminggu.